Christine Hakim Peroleh Penghargaan Khusus JAFF 2023
Film Autobio-Pamphlet karya sutradara India, Ashish Avinash Bende menjadi pembuka JAFF.
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- NETPAC Asian Film Festival (JAFF) edisi ke-18 resmi dibuka Minggu (26/11/2023) malam di pelataran XXI Empire Yogyakarta. Acara pembukaan diisi penampilan musik dari Sal Priadi yang menyanyikan lagu-lagu dari film-film Asia.
Penonton yang memadati lokasi tampak antusias menyaksikan penampilan Sal Priadi dan juga para bintang film yang hadir seperti Chicco Kurniawan, Lutesha, Daffa Wardhana dan Arbani Yasiz.
Tak ketinggalan, para tamu spesial dari luar negeri juga turut meramaikan acara seperti sutradara Ashish Avinash Bende, produser Saville Chan, aktor Hui Yuet Sheung maupun komposer Chu Wan Pin.
Salah satu ikon sinema Indonesia, Christine Hakim, juga memperoleh penghargaan khusus atas kontribusinya selama 50 tahun di dunia perfilman Asia.
Film yang menjadi pembuka JAFF tahun ini adalah Autobio-Pamphlet, karya sutradara muda India, Ashish Avinash Bende. Cerita film ini tentang perjalanan hidup seorang penulis yang mengalami trauma masa kecil dan mencoba menyembuhkan dirinya melalui karya-karyanya.
ARTIKEL LAINNYA: Mengaktualisasi Pemikiran Sang Maestro Affandi di SUMONAR 2023
Film itu mendapatkan penghargaan Asia Pacific Young Audience Award 2023 dan mendapat pujian dari para kritikus film.
Dalam sambutannya, Ashish Avinash Bende mengucapkan terima kasih kepada JAFF yang telah memberikan kesempatan kepadanya untuk menayangkan filmnya di festival yang prestisius. Ia juga bangga bisa berada di samping Christine Hakim, yang merupakan salah satu inspirasinya dalam bercerita.
"Saya sangat terinspirasi oleh film-film Ibu Christine Hakim, terutama yang berkaitan dengan isu-isu sosial dan budaya. Film-filmnya sangat berani dan bermakna, dan saya berharap film saya juga bisa memberikan dampak positif bagi penonton," kata Ashish Avinash Bende kepada wartawan.
JAFF18 berlangsung delapan hari dari 27 November hingga 2 Desember 2023, dengan menampilkan 205 film dari 25 negara Asia Pasifik. Tema yang diusung tahun ini adalah Luminescence, yang menggambarkan keunikan dan keindahan sinema Asia yang terus bersinar di kancah internasional.
Selain pemutaran film, JAFF18 juga menggelar pameran seni instalasi film yang merupakan hasil kolaborasi antara tujuh perupa dari berbagai negara Asia yang mengikuti lokakarya di hutan Amazon bersama Apichatpong Weerasethakul. Pameran ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara alam, spiritualitas, dan diri.
ARTIKEL LAINNYA: Dulu Bernama Hoogere Kweekschook, SMAN 7 Purworejo Jadi Kawasan Cagar Budaya
Direktur Kebudayaan, Kemendikbudristek RI, Hilmar Farid, yang turut hadir dalam acara pembukaan menyampaikan apresiasinya kepada JAFF yang telah menjadi salah satu festival film terbaik di Asia.
Ia berharap, JAFF bisa menjadi ajang untuk memperkaya pengetahuan dan pengalaman tentang sinema Asia, baik melalui film, diskusi, workshop, maupun pertemuan informal.
Ia mengajak para penonton untuk menikmati setiap film yang ditayangkan tanpa terpengaruh oleh nama besar atau penghargaan yang telah diperoleh, tetapi berdasarkan pada kualitas dan pesan yang disampaikan film tersebut.
"Sinema Asia adalah sinema yang beragam, dinamis, dan kreatif. Sinema Asia adalah sinema yang mampu menampilkan berbagai sudut pandang, emosi, dan imajinasi. Sinema Asia adalah sinema yang layak untuk diapresiasi dan didukung oleh semua pihak," ujar Hilmar Farid.
Ifa Isfansyah selaku Direktur JAFF mengaku senang dengan antusiasme yang ditunjukkan oleh para penikmat film. Ia mengatakan, tiket-tiket untuk beberapa film sudah habis terjual hanya dalam hitungan jam.
"JAFF adalah festival film yang tidak hanya menampilkan film-film berkualitas, tetapi juga memberikan ruang bagi para pembuat film dan penonton untuk berinteraksi, berbagi, dan belajar. JAFF adalah festival film yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memberdayakan dan mencerahkan," tandas Ifa. (*)