Ziarah ke Imogiri, PKL Sebut HB IX Sosok Pengayom yang Konsisten

Ziarah ke Imogiri, PKL Sebut HB IX Sosok Pengayom yang Konsisten

KORANBERNAS.ID—Ratusan pedagang kaki lima di kawasan Malioboro, Rabu (14/8/2019) melakukan ziarah ke Makam Sri Sultan HB IX di Imogiri. Ziarah merupakan rangkaian kegiatan memperingati HUT Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-74.

Ziarah ini, diikuti oleh perwakilan dari seluruh paguyuban atau komunitas PKL di Malioboro. Antara lain Padma, PPLM, Handayani , PPMS, Pemalni, Tridharma, KPPKL-Y dan Pasar Sore

Sebelum ziarah, rombongan yang sudah hadir di lokasi pukul 10.00 WIB, mengawali kegiatan dengan sambutan, pembacaan riwayat hidup HB IX, pembacaan jasa-jasa HB IX untuk RI, untuk pruralitas dan juga jasa sultan untuk PKL di Malioboro. Acara kemudian ditutup dengan doa, tabur bunga.

Sukidi selaku Ketua Paguyuban Pedagang Lesehan Malioboro mengatakan, kegiatan ini sengaja dilakukan sebagai ungkapan terimakasih dan penghargaan atas jasa dan perjuangan Sultan HB IX sebagai pahlawan.

Pilihan ziarah ke Makam Sultan HB IX, mengingat jasa-jasa almarhum yang luar biasa dalam kemerdekaan dan menjaga kemerdekaan yang kala itu baru saja diperoleh bangsa ini.

Berfoto di depan Regol Makam Sultan HB IX. (istimewa)

“Almarhum HB IX bukan hanya pahlawan bagi bangsa Indonesia. Tapi beliau adalah pahlawan di hati setiap warga Yogyakarta. Beliau meletakkan lantasan yang kokoh bagi tumbuh dan berkembangnya kehidupan yang toleran dan harmonis di tengah-tengah warga Yogyakarta yang plural dari sisi etnik, agama, dan golongan,” katanya saat memberi sambutan.

Sultan HB IX, kata Sukidi, adalah pahlawan sekaligus orang tua dan pengayom bagi rakyat kecil. Pengayoman, diberikan Sultan kepada setiap elemen masyarakat, tidak terkecuali Pedagang Kaki Lima Kawasan Malioboro.

“Beliaulah yang memberi kesempatan kepada pedagang kaki lima bisa hidup berdampingan dan mencari nafkah di kawasan Malioboro. Filosofi Tahta untuk Rakyat dan Harmoni benar-benar beliau jalankan secara nyata dan konsisten,” katanya.

Ketua Presidium Paguyuban Kawasan Malioboro Sujarwo Putro, mengatakan, sosok dan kepemimpinan Sultan HB IX, memberi kesan mendalam bagi seluruh masyarakat. Untuk para pedagang dan wong cilik, Sultan yang zaman mudanya akrab dengan panggilan GRM Dorojatun, adalah figur pengayom.

“Tidak ada di daerah lain, di depan pertokoan ada pedagang kaki lima. Tidak ada di daerah lain, di depan Gedung Pemerintahan diperkenankan pedagang kaki lima bisa berjualan. Tidak heran, ketika beliau wafat, selama 3 hari, pedagang kaki lima Malioboro tidak berjualan sebagai bentuk penghormatan dan rasa kehilangan yang dalam,” kata Jarwo..

Mengutip literatur, Sujarwo mengungkapkan, suatu saat setelah agresi Belanda usai, warga Tionghoa yang tinggal di Yogyakarta resah dan takut. Mereka sudah bersiap mengungsi keluar Yogyakarta.

“Akan tetapi, Sultan HB IX menenangkan dan menjanjikan perlindungan terhadap mereka,” tuturnya.

Sultan HB IX, sepanjang hayatnya dikenal dengan sosok dan kebijakan yang menghargai dan mengayomi seluruh keragaman etnik, agama, golongan, dan lainnya yang hidup di Yogyakarta. Tidak heran sikap toleran dan menghargai tumbuh subur sampai hari ini di tengah-tengah warga Yogyakarta.

“Hal inilah yang memungkinkan pedagang kaki lima hidup berdampingan dengan toko, hotel, dan gedung pemerintahan di kawasan Malioboro hingga sekarang,” lanjut Jarwo. (SM)