Tokoh Wisata Jogja Berkumpul Bahas Gagasan Quality Tourism, Poin Pentingnya Bukan Pembatasan Kunjungan 

Tokoh Wisata Jogja Berkumpul Bahas Gagasan Quality Tourism, Poin Pentingnya Bukan Pembatasan Kunjungan 
Sejumlah tokoh pariwisata DIY mendiskusikan gagasan quality tourism. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA--Quality tourism atau peningkatan kualitas pariwisata di Yogyakarta, bisa dilakukan tanpa harus dengan membatasi kunjungan pariwisata. Fokus utama untuk merealisasikan gagasan ini, haruslah pada pelayanan prima terhadap wisatawan yang berkunjung. Pelayanan ini dapat ditingkatkan dengan mengimplementasikan nilai Sapta Pesona, yaitu aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan memberikan kenangan indah.

Demikian benang merah dari diskusi pariwisata yang diadakan oleh beberapa tokoh penting di sektor pariwisata Yogyakarta, di ONO Kopi Mangkuyudan Yogyakarta, Selasa (4/6/2024) malam. Mereka adalah Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Deddy Pranowo, Ketua ASITA DIY Edwin Ismedi Himna, Ketua BP2KY Aldi Fadhlil Diyanto, dan Direktur Utama PT Jogkem Grup Arya Ariyanto.

Arya Ariyanto, Direktur Utama PT Jogkem Grup menekankan, bahwa pelayanan prima merupakan langkah efektif untuk meningkatkan kualitas pariwisata. Menurutnya, setiap karyawan harus diberi pemahaman tentang pentingnya memberikan pelayanan yang excelent kepada semua wisatawan yang datang ke Yogyakarta.

Ia juga menekankan pentingnya perhatian terhadap pelaku UMKM, sopir taksi, pengemudi becak, andong, serta pedagang asongan. Pemerintah daerah memiliki peran penting dalam membina mereka. Arya juga menyebutkan bahwa pendidikan bagi pelajar perlu ditata agar para pendatang dapat menghormati dan mengikuti norma budaya di Jogja.

Deddy Pranowo Eryono menekankan pentingnya peningkatan kualitas pelayanan dalam industri perhotelan dan restoran. Menurutnya, hospitality atau keramahtamahan dalam melayani tamu di hotel maupun restoran, adalah hal yang mutlak.

Ia percaya bahwa dengan memberikan pelayanan yang terbaik, pariwisata di Yogyakarta dapat terus berkembang tanpa harus membatasi jumlah kunjungan wisatawan.

Sedangkan Ketua ASITA DIY, Edwin Ismedi Himna mempertanyakan kesiapan Yogyakarta dalam menghadapi quality tourism yang berkaitan erat dengan kehadiran quality tourist.

Ia menyoroti perlunya kejelasan terkait destinasi wisata dan fasilitas penunjang yang harus memadai. Edwin mencatat bahwa Yogyakarta masih menjadi destinasi wisata yang nyaman bagi berbagai kalangan wisatawan. Selama ini, pelayanan terhadap tamu, mulai dari penjemputan hingga layanan guide, sudah berjalan dengan baik, namun harus terus ditingkatkan untuk mencapai standar quality tourism.

Aldi Fadhlil Diyanto, Ketua BP2KY, menambahkan bahwa quality tourism sangat cocok untuk Yogyakarta yang kaya akan budaya. Wisata berbasis budaya dapat memperkuat konsep quality tourism dengan memisahkan pasar menjadi high, middle, dan low

Ia menekankan pentingnya penelitian ekonomi karena setiap segmen pasar ini berkaitan erat dengan UMKM yang beroperasi di masing-masing segmen. Aldi juga menekankan pentingnya meningkatkan aksesibilitas internasional. 

Penambahan penerbangan internasional sangat diperlukan, karena Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) sangat kapabel untuk menerima kedatangan penerbangan internasional, baik dari segi kualitas layanan maupun kapasitasnya. Dengan demikian, pasar menengah atas dapat dijaga dengan baik oleh wisatawan internasional, pasar middle oleh wisatawan lokal dan korporat, serta pasar low oleh pelajar yang banyak melakukan studi tour di Yogyakarta.

Semua narasumber sepakat bahwa kualitas pariwisata di Yogyakarta dapat ditingkatkan melalui pelayanan prima, sesuai dengan nilai-nilai Sapta Pesona. Pemerintah daerah dan semua pelaku industri pariwisata harus bekerja sama untuk mencapai tujuan ini, termasuk meningkatkan fasilitas dan aksesibilitas, serta memberikan pendidikan yang baik kepada pelajar dan masyarakat lokal. Dengan demikian, Yogyakarta dapat terus menjadi destinasi wisata yang nyaman dan menarik bagi semua kalangan wisatawan. (*)