Susahnya Mencari BBM Bersubsidi di SPBU Yogyakarta
Ketua DPC Hiswana Migas DIY, Aryanto Sukoco, mengungkapkan di Yogyakarta terdapat 52 perusahaan otobus.
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Sejumlah pengemudi kendaraan wisata mengeluhkan susahnya mencari Bahan Bakarj Minyak (BBM) bersubsidi di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Yogyakarta.
Menurut sejumlah pengemui yang ditemui di Taman Parkir Abu Bakar Ali Yogyakarta, sejak BBM susah diperoleh mereka melakukan pengisian bahan bakar hanya terbatas sekitar Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu saja.
Susahnya mendapatkan BBM bersubsidi untuk jenis solar khususnya ternyata tidak hanya dirasakan oleh warga Yogyakarta. Sejumlah pengemudi kendaraan wisata khususnya bus juga merasakan hal yang sama.
Mereka mengaku sudah beberapa minggu terakhir mengalami kesulitan mendapatkan BBM bersubsidi khususnya solar. Nuryanto, pengemudia wisata dari Dikatrans Klaten mengaku cukup kerepotan jika bus yang dikemudikan harus isi BBM, sementara antreannya cukup panjang.
Merasa kasihan
Hal senada disampaikan Wardoyo, pengemudi bus wisata Ailean Trans Karanganyar Jawa Tengah. Dirinya kesulitan mendapatkan BBM bersubsidi dan harus mendatangi lebih dari lima SPBU, akhirnya menemukan SPBU yang menyediakan BBM bersubsidi.
Dia juga merasa kasihan penumpang busnya harus menunggu antrean yang cukup panjang. Selain itu, juga khawatir jika BBM bersubsidi dipersulit akan membuat ekonomi Indonesia lumpuh, karena banyak sektor yang masih menggunakan BBM bersubsidi.
Keresahan masyarakat terutama para pelaku sektor swasta ini juga sudah dirasakan oleh jajaran DPC Hiswana Migas DIY. Ketua DPC Hiswana Migas DIY, Aryanto Sukoco, mengungkapkan di Yogyakarta terdapat 52 perusahaan otobus.
Jumlahnya akan berkali lipat saat libur panjang karena banyak pengunjung dari luar daerah. Hal ini berimbas pada kebutuhan BBM bersubsidi baik solar maupun pertalite. “Kami berharap kuota BBM bersubsidi untuk Yogyakarta dapat ditinjau kembali,” ungkapnya, Selasa (11/6/2024).
Sektor pariwisata
Menurut Aryanto, DPC Hiswana Migas telah menangkap keresahan masyarakat, salah satunya dari sektor pariwisata. Sebagai destinasi wisata nomor dua di Indonesia setelah Bali, kuota yang seharusnya hanya untuk masyarakat Yogyakarta, juga dipakai oleh pengunjung dari berbagai daerah di Indonesia.
Ketua Bidang SPBU DPC Hiswana Migas DIY Bangun Wahyuaji menambahkan Hiswana Migas akan berusaha mendapatkan informasi data dari pelaku wisata atau kunjungan wisata ke Yogayakarta dan dibandingkan dengan realisasi kuota yang ada.
Data riil ini nantinya akan dikomunikasikan kepada pihak yang berwenang dalam penentuan kuota BBM bersubsidi di Yogyakarta. (*)