Ratusan SMK Mengikuti Program Konversi Massal Motor Listrik
Kerja sama Muhammadiyah dengan Kemendikbudristek, kendaraan dinas di DIY telah dikonversi ke penggerak bertenaga listrik.
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Pendidikan bukanlah sekadar transfer ilmu tetapi juga persiapan menghadapi dinamika masa depan yang terus berubah.
Ketua Majelis Pendidikan Dasar, Menengah dan Pendidikan Nonformal (Dikdasmen PNF) Muhammadiyah, Didik Suhardi, menyoroti pentingnya adaptasi dan inovasi dalam dunia pendidikan untuk menghadapi era global yang serba cepat.
Dalam pernyataannya, Didik Suhardi mengambil contoh sederhana tentang terjadinya perubahan mindset dari penggunaan motor bensin ke motor listrik.
"Dunia berubah sangat cepat, kita tidak bisa mengira-ngira. Seperti pandemi Covid-19 memaksa kita mengadaptasi cara baru dalam beraktivitas, seperti rapat virtual," ujarnya saat meresmikan Teaching Factory (Tefa) SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta, Selasa (11/6/2024).
Menghadapi tantangan
Untuk mempersiapkan siswa menghadapi masa depan yang semakin kompleks, Suhardi menekankan pentingnya membekali mereka tidak hanya dengan keterampilan akademis tetapi juga kewirausahaan. Hal ini memungkinkan mereka untuk siap menghadapi tantangan yang akan datang.
Dalam upaya beradaptasi dengan perubahan teknologi, Muhammadiyah bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menginisiasi program konversi sepeda motor bensin menjadi listrik di sekolah-sekolah.
Ini merupakan bagian dari inisiatif Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk mendorong penggunaan energi terbarukan dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Ratusan sekolah Muhammadiyah, terutama yang memiliki jurusan listrik otomotif, terlibat dalam program ini. Setidaknya tiga jurusan, yaitu listrik, teknik sepeda motor dan mesin, bekerja sama untuk melakukan konversi secara massal.
Perubahan positif
Selain memberikan pelatihan teknis, Muhammadiyah juga berharap dapat membekali siswa dengan keterampilan kewirausahaan. Hal ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu memperbaiki sepeda motor listrik di bengkel, tetapi juga mengelola bisnis secara profesional.
Didik Suhardi menekankan Muhammadiyah berkomitmen untuk melaksanakan perubahan positif dalam dunia pendidikan. Dia berharap inisiatif ini dapat membawa manfaat bagi perkembangan pendidikan di seluruh nusantara dan mendorong kolaborasi antara pemerintah, swasta dan masyarakat dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.
Kepala SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta, Kustejo, menjelaskan dalam program konversi kendaraan listrik kali ini sekolahnya memiliki 5 rombongan belajar yang terlibat, dengan total kurang lebih 175 siswa.
"Sesuai dengan standar, satu motor menggunakan satu baterai. Untuk mengerjakan satu motor dengan benar mungkin memerlukan waktu dua sampai tiga hari. Produksi bracket untuk teknik sepeda motor atau mesin juga bisa diselesaikan dalam waktu dua hari per bracket," tandasnya. (*)