BRIN Peroleh Dana Riset Eksternal Saat Efisiensi Anggaran
BRIN menjalin kerja sama dengan berbagai negara termasuk Korea, Jepang, Australia dan beberapa negara Eropa.
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berhasil memperoleh pendanaan dari pihak eksternal hingga 180 persen dari dana internal yang dialokasikan untuk riset. Pencapaian ini menunjukkan kesuksesan strategi lembaga tersebut dalam menghadapi kebijakan efisiensi anggaran pemerintah.
"Tahun kemarin dari dana internal Rp 10 miliar, dana eksternal kami mencapai Rp 18 miliar," ungkap Dr Cuk Supriyadi Ali Nandar ST M Eng, Kepala Organisasi Riset untuk Energi dan Manufaktur BRIN, pada International Conference on Sustainable Energy Engineering and Application (ICSEEA) 2025, Rabu (19/2/2025) di Yogyakarta.
Keberhasilan itu dicapai melalui strategi inovasi pendanaan yang melibatkan kolaborasi aktif dengan industri dan mitra internasional. BRIN saat ini menjalin kerja sama dengan berbagai negara termasuk Korea, Jepang, Australia, dan beberapa negara Eropa untuk pendanaan riset.
Menurut Dr Cuk, efisiensi anggaran tidak mempengaruhi dana riset secara signifikan. "Komitmen dari Pak Kepala BRIN untuk dana riset tidak terpotong. Yang terpotong memang untuk pembelian peralatan," jelasnya.
Pengelolaan sampah
Salah satu implementasi nyata dari hasil riset BRIN adalah pengelolaan sampah. Lembaga ini mengembangkan program percontohan di beberapa daerah, termasuk Sewon, Bantul dan Panggungharjo. Program ini menerapkan sistem pengolahan sampah komunal yang harus selesai dalam satu hari.
Dr Cuk menekankan pentingnya pendekatan inovatif dalam menghadapi tantangan anggaran. "Kita perlu melakukan inovasi untuk mendapatkan dana eksternal. Sejak awal riset itu harus melibatkan dan mencari permasalahan yang dibutuhkan oleh industri atau mitra," ujarnya.
BRIN juga aktif mengembangkan solusi pengelolaan sampah yang disesuaikan dengan kondisi lokal. Di Semarang, misalnya, telah diterapkan model self-sufficient yang tidak bergantung pada bahan bakar fosil, menggunakan mesin berbahan bakar biodiesel dan pengolahan sampah plastik melalui metode pyrolysis.
"Sebagai innovation hub, BRIN berperan mengumpulkan industri dan kampus untuk belajar bersama," katanya seraya menambahkan perlu peran penting lembaga dalam membangun ekosistem inovasi nasional.
Dua bidang utama
Ketua Panitia ICSEEA, Mohamad Khoirul Anam S Si Ph D menambahkan konferensi tahun ini menarik partisipasi internasional yang cukup luas, termasuk peserta dari Ukraina, Australia, Thailand dan Malaysia.
Kepala Pusat Riset Teknologi Pengujian dan Standar BRIN, Dr Teguh Muttaqie, mengungkapkan fokus riset BRIN saat ini tertuju pada dua bidang utama yaitu konservasi energi dan manufaktur hijau.
"Konservasi energi itu bagaimana kita membuat energi lebih efisien dari bebannya, dari pemakaiannya, tapi tidak mengurangi fungsi," jelasnya.
Dalam bidang manufaktur, BRIN berupaya mengembangkan teknologi yang sesuai dengan kondisi Indonesia. "Kalau di luar negeri, daya belinya tinggi. Teknologi dari sana applicable di sana, tapi belum tentu di kita. Inilah tantangan teman-teman manufaktur," tambah Dr Teguh.
Menurut dia, pencapaian ini menunjukkan kebijakan efisiensi anggaran justru mendorong lembaga penelitian untuk lebih inovatif dalam mencari sumber pendanaan alternatif, sambil tetap mempertahankan kualitas dan relevansi penelitian mereka terhadap kebutuhan industri dan masyarakat. (*)