STTN Resmi Berubah jadi Poltek Nuklir, Kuliah Empat Tahun Gratis

STTN Resmi Berubah jadi Poltek Nuklir, Kuliah Empat Tahun Gratis

KORANBERNAS ID, YOGYAKARTA -- Setelah mengikuti proses perubahan regulasi dalam beberapa tahun terakhir Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN) secara resmi berubah menjadi Politeknik Nuklir. Rekomendasinya pun telah terbit dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3752/D/OT/2020 tanggal 30 Desember 2020.

Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko yang hadir dalam peresmian Poltek Nuklir, Sabtu (30/10/2021) menyatakan, Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia atau Poltek Nuklir diresmikan 30 Oktober 2021 ini untuk menindaklanjuti Peraturan BRIN No 13/2021 yang telah diundangkan sejak 28 Oktober 2021, serta PP 4/2012 tentang Penyelenggaraan dan Pengelolaan Pendidikan Tinggi.

"Ini merupakan milestone ke-3 bagi pendidikan vokasi yang berdiri sejak 1985 dan berubah menjadi STTN pada 2001. Dengan transformasi ini, Poltek Nuklir diharapkan menjadi pusat pendidikan vokasi terkait teknologi nuklir tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di regional," kata Handoko.

Untuk itu, BRIN bersama segenap Pimpinan di Poltek Nuklir menargetkan peningkatan status akreditasi menjadi A dari akreditasi B saat ini. Juga penambahan kapasitas dari 400 menjadi 1.000 mahasiswa. Selain itu juga menambah jumlah prodi disesuaikan perubahan/kebutuhan zaman serta menyelenggarakan S2 dan S3 terapan.

"Semua ini dibarengi dengan peningkatan kualitas melalui penguatan global engagement dengan pendidikan tinggi dan linstitusi riset sejenis di luar negeri," imbuhnya.

Handoko menambahkan, untuk mencapai target tersebut BRIN akan mendukung secara total melalui beberapa kebijakan konkrit, antara lain pembebasan biaya masuk dan UKT bagi seluruh mahasiswa Poltek Nuklir mulai semester depan. Juga penyediaan asrama bagi mahasiswa tahun pertama dan kedua, revitalisasi dan integrasi infrastruktur serta program pendidikan dan riset dengan BRIN Babarsari.

Selain peningkatan kuantitas, lanjut Handoko, kualitas dosen dengan percepatan peningkatan kualifikasi melalui S2/S3 by-research juga dilakukan, peningkatan mobilitaas SDM antara Poltek dan BRIN dalam bentuk pembantu periset (reserch assistantship) di BRIN Babarsari dan fasilitas nuklir lain.

"Mobilisasi periset BRIN menjadi dosen di Poltek dan mobilisasi pensiunan menjadi Dosen pun dilakukan, Selain itu seluruh dosen maupun mahasiswa wajib menguasai bahasa Inggris," kata Dia.

Sementara Deputi SDM IPTEK BRIN, Edy Giri Rachman Putra menyebut adanya perubahan status ini akan menjadi tantangan baru baik dalam sistem pembelajaran maupun penguatan SDM.

“Tantangan ke depan adalah bagaimana melakukan antisipasi lingkungan strategis baik internal maupun eksternal, bagaimana pembelajaran mampu menghasilkan dan mampu menguatkan SDM yang unggul di bidang teknologi nuklir, dan menjadikan lulusan berdaya saing global,” tegasnya.

Edy Giri berpesan kepada para pejabat yang dilantik agar mampu meletakan dasar kuat sebagai Perguruan Tinggi Vokasi Nuklir satu-satunya di Indonesia dan sangat jarang di negara lain. Upaya menguatkan jejaring serta implementasi kerjasama dalam mengembangkan Nuclear Teaching Laboratory / Nuclear Teacing Industry bersama stakeholder dari dalam dan luar negeri juga penting.

"Selain harus mampu bersinergi untuk mengubah paradigma, semangat, budaya, juga menjadikan Poltek Nuklir mengglobal sesuai visi misi Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia," lanjutnya.

Sebagai perguruan tinggi diploma bidang vokasi, salah satu daya saing sekaligus keunggulan mahasiswa disini adalah dibekalinya mahasiswa dengan sertifikasi Surat Izin Bekerja Petugas Proteksi Radiasi (SIB PPR). SIB PPR merupakan sebuah lisensi yang wajib dimiliki oleh pengguna zat radioaktif baik industri maupun lembaga yang memanfaatkan zat radioaktif.

Selain sertifikasi PPR Industri, juga ditawarkan tambahan sertifikasi kompetensi bagi mahasiswanya, yaitu SIB PPR Medik, UT (Ultrasonic Test) level 2 dan lisensi Operator Radiografi (OR).

"Harapannya dengan peresmian ini, Poltek Nuklir akan semakin terbuka, kuat berjejaring dengan industri, lembaga penelitian, maupun perguruan tinggi, semakin banyak menghasilkan inovasi dan mampu menguatkan Indonesia dengan aplikasi teknologi nuklir," tandasnya.(*)