Stok Pangan Jateng Aman, Cadangan Beras 876 Ribu Ton

Stok Pangan Jateng Aman, Cadangan Beras 876 Ribu Ton

KORANBERNAS.ID, SEMARANG -- Stok pangan di Jawa Tengah (Jateng) pada Maret 2021 aman terkendali untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Ketua Komisi B DPRD Jateng, Sumanto, Jumat (5/3/2021) di ruang kerjanya, menyatakan kondisi itu sekaligus menunjukkan ketahanan pangan di provinsi ini membaik.

“Cadangan beras mencapai 876.812 ton, sementara stabilitas komoditas kedelai bisa terkendali,” kata Sumanto.

Belum lama, Komisi B DPRD Jateng melaksanakan kunjungan kerja ke  Dinas Ketahanan Pangan Jawa Tengah di Jalan Gatot Subroto Kompleks Pertanian Tarubudaya Ungaran Timur Kabupaten Semarang.

Di sisi lain Sumanto menyatakan perlunya penggiatan riset pada bidang teknologi pertanian untuk memaksimalkan hasil dan kualitas panen. Untuk itu permasalahan arus bawah sektor pertanian dan peternakan harus diselesaikan lebih dahulu.

“Dalam hal ini (pertanian dan peternakan) belum mengalami kemajuan signifikan, di antaranya masih ada petani kesulitan mendapatkan pupuk,” tambahnya.

Seperti diketahui, pada masa lalu Indonesia merupakan pengekspor terbesar komoditas gula di Asia Tenggara. Selain itu, swasembada beras juga pernah diraih.

“Dulu kita untuk mendapatkan pupuk tidak sesulit sekarang. Setiap saat bisa. Makanya kita dulu bisa swasembada pangan, bahkan bisa ekspor ke luar negeri,” sambung Sumanto.

Dia mengemukakan usulan mendirikan lagi Koperasi Unit Desa (KUD) untuk mempermudah petani memperoleh pupuk dan menjual hasil pertaniannya.

Sekretaris Komisi B M Ngainirrichadl. Dia menyoroti impor garam yang dilakukan Pemprov Jateng tahun lalu. (istimewa/Dokumentasi Humas DPRD Jateng)

Impor garam

Sekretaris Komisi B, M Ngainirrichadl, dalam kesempatan yang sama menyoroti impor garam yang dilakukan Pemprov Jateng tahun lalu.

Pada 2019 Jateng pernah mengalami surplus garam dengan raihan angka produksi mencapai 1,43 juta ton yang melampaui pencapaian tahun 2018.

Memang, kata dia, produk garam yang dihasilkan petambak Jateng kurang memenuhi kadar NhCl, namun bukan berarti harus mengambil opsi impor komoditas itu.

“Mengapa kita tidak melakukan alokasi anggaran saja untuk merekayasa dengan teknologi agar NhCl-nya tinggi, sehingga bisa memasok kebutuhan industri,” usul Ngainirrichadl.

Kepala Seksi Benih Tanaman Pangan Distanbun Jateng,  Agus Rustiyarto, menanggapi hal tersebut berupaya akan mengembangkan teknologi pertanian melalui riset dengan mengoptimalisasi peran balai-balai yang tersebar di seluruh Jateng.

Agus mengakui peningkatan produksi benih palawija di wilayahnya juga perlu didukung optimalisasi sumber daya air dan irigasi serta sarana dan prasarana (sarpras) lainnya

“Untuk pengembangan ke arah penelitian dan uji riset, kami masih butuh dorongan dari segenap anggota dewan,” katanya.

Diakui, masih banyak kendala seperti keterbatasan atau kompetensi SDM, penerapan inovasi, sampai dengan kondisi lahan yang marginal. (*)