Sepenggal Kisah Kakek Solihin Pedagang Kambing Legendaris yang Tidak Lagi Mengejar Pembeli ke Luar Kota
Baginya, seekor sapi mengurangi penjualan tujuh ekor kambing.
KORANBERNAS ID, KEBUMEN -- Nama M Solihin (83) bagi warga Kebumen yang pernah membutuhkan Kambing untuk aqiqah bukan sosok yang asing. Pedagang kambing legendaris asal Desa Adikarso Kecamatan Kebumen itu memulai berdagang kambing sejak tahun 1952 saat masih remaja.
Ditemui koranbernas.id di tempat usaha jalan lingkar selatan Kota Kebumen, Selasa (21/5/2024), dia mengungkapkan sepenggal kisahnya. Pada hari Raya Idul Adha 1445 Hijriah kali ini, pria lanjut usia (lansia) itu memilih menunggu pembeli di tempat usahanya sekaligus rumah tinggal.
Artinya, tidak tidak perlu lagi mengejar pembeli sampai luar kota. "Baru empat ekor yang laku," kata Solihin seraya mengungkapkan kambing-kambing telah dibeli untuk keperluan kurban pertengahan Juni 2024.
Omzet dari penjualan kambing dengan cara menunggu, tidak menjual di pinggir jalan atau mengirim ke relasi ke luar kota, memang jauh lebih sedikit. Apalagi jumlah pedagang kambing dadakan menjelang Idul Adha terus bertambah.
Tempat usaha penjualan kambing milik M Solihin. (nanang w hartono/koranbernas.id)
"Mengirim kambing ke luar kota biayanya banyak," kata dia sambil menyebutkan sejumlah uang yang harus dikeluarkan hingga kambing sampai ke tangan relasinya di beberapa kota.
Sudah belasan tahun dia memilih menunggu pembeli di rumahnya. "Sekarang 50 ekor ya ada," ucapnya.
Pembeli kambing bisa menitipkan di kandangnya. Kambing dikirim sehari sebelum disembelih untuk keperluan aqiqah atau kurban.
Diakui, menurunnya penjualan kambing kurban tidak lepas dari sebagian umat muslim yang kurban memilih sapi. Baginya, seekor sapi mengurangi penjualan tujuh ekor kambing.
Pada masa tuanya, Solihin tetap bertahan sebagai pedagang kambing. Pendengarannya masih baik. Setiap transaksi dari tawar menawar hingga harga jadi dia yang melayani. (*)