Sampah di DIY 600 Ton Per Hari, Dibuang Ke Mana?
KORANBERNAS.ID – Pemerintah DIY mengakui secara jujur dan terus terang pengelolaan sampah di provinsi ini belum sepenuhnya beres. Setiap hari terkumpul 600 ton sampah.
Pertanyaannya, apabila Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan Bantul tidak lagi mampu menampungnya, ke mana sampah akan dibuang.
Ini terungkap saat berlangsung Diskusi bertema Mengatasi Masalah Sampah di DIY yang diselenggarakan Forum Diskusi Wartawan bersama Sekretariat DPRD DIY, Selasa (19/11/2019), di Ruang Lobby Lantai I Gedung DPRD DIY Jalan Malioboro 54.
Adapun narasumber Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) DIY Agus Setianto serta Ketua JPSM (Jejaring Pengelolaan Sampah Mandiri) DIY, Bambang Suwerdha.
Diskusi kali ini merupakan tindak lanjut dari studi komparasi yang dilaksanakan Forum Wartawan DPRD DIY ke Kota Malang, beberapa waktu silam.
“Jujur kita mengakui masalah sampah belum sepenuhnya beres, seperti halnya kemiskinan, pendidikan dan ekonomi. Kita harus memandang secara komprehensif,” ungkap Agus Setianto.
Dia berharap ke depan terjadi pengurangan jumlah sampah dimulai dari hulu. Caranya adalah mendorong pemerintah kabupaten/kota memperbanyak jumlah TPS 3 R (Reduce, Reuse, Recycle).
Selain itu, juga memaksimalkan fungsi bank sampah karena terbukti mampu mengurangi lima persen volume sampah sebelum berakhir di TPST Piyungan.
“Kita terus berupaya mengurangi 30 persen sampah. TPST Piyungan sampai saat ini dipekonah dengan modifikasi. Ben umure dawa sithik,” kata dia.
Menurut Agus, masalah persampahan sudah menjadi isu nasional bahkan internasional. Indonesia tercatat peringkat dua negara yang paling banyak memproduksi sampah plastik setelah China.
Sampah plastik mengalir sampai laut dan merusak sumber daya laut khususnya ikan maupun ekosistemnya.
Dia setuju pengelolaan sampah plastik perlu jadi prioritas, dimulai dari rumah tangga.
Agus teringkat pada era 70-an hampir semua rumah tangga memiliki lubang atau jugangan sehingga sampah organik langsung diolah dan berguna menyuburkan tanah.
Di era sekarang budaya itu berubah. Sampah menjadi beban sangat berat bagi pemerintah.
Gunakan Danais
Bambang Suwerdha selaku insiator bank sampah menambahkan sebenarnya respons masyarakat terhadap bank sampah sangat tinggi.
Persoalannya di DIY sebagai tempat lahirnya bank sampah kemudian menyebar se-Indonesia bahkan jadi acuan luar negeri, dari sekitar 1.500 unit bank sampah sekarang tinggal sekitar 700-an yang masih aktif. Ini terjadi karena faktor minimnya dukungan pemerintah.
Dia mengusulkan apabila memungkinkan Pemda DIY menggunakan Dana Keistimewaan (Danais) untuk mengatasi masalah persampahan. Bagaimana pun mengelola sampah merupakan bagian dari budaya masyarakat.
“Danais ranahnya eksekutif, digunakan untuk penguatan lima bidang. Coba nanti kami komunikasi ke Dinas Kebudayaan, memungkinkan nggak,” sambung Agus Setianto.
Sebagai gambaran, sekali pergelaran wayang kulit dibutuhkan dana berkisar Rp 50 juta. Dengan alokasi yang sama apabila dipakai untuk menumbuhkan budaya pengelolaan sampah diyakini mampu mengurangi volume sampah.
Dalam kesempatan itu Bambang Suwerdha yang juga dosen Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Yogyakarta menyampaikan apresiasi forum diskusi seperti ini.
“Ini salah satu momentum sangat penting bagi saya. Terus terang kita butuh kolaborasi untuk mengatasi permasalahan sampah,” kata dia.
Berbicara soal Bank Sampah Malang (BSM) yang sukses setelah mencontoh Bantul, Bambang mengakui bedanya Malang dan Bantul ada pada respons pemerintah.
“Kita bergerak dari bawah. Karakteristik masyarakat Bantul beda dengan Malang yang powerfull didukung kebijakan dan anggaran,” kata dia.
Yang pasti, keberadaan bank sampah terbukti mampu mengurangi beban pemerintah. “Dulu tulisan di kampung-kampung pemulung dilarang masuk suatu saat berubah menjadi pembeli sampah silakan masuk,” kata dia.
Baik Agus maupun Bambang sepakat sudah saatnya semua pihak cancut taliwanda mengelola sampah yang jumlahnya tidak sedikit.
Kasubag Humas Sekretariat DPRD DIY DIY, Pat Nugroho, juga sepakat masalah persampahan DIY perlu ditangani secara serius supaya DIY ke depan semakin baik. (sol)