RSUP Dr Sardjito Kekurangan Oksigen, Begini Faktanya

RSUP Dr Sardjito Kekurangan Oksigen, Begini Faktanya

KORANBERNAS ID, SLEMAN – Kekurangan stok oksigen untuk pasien sebenarnya sudah mulai dirasakan RSUP Dr Sardjito sejak 29 Juni 2021. Karena itu, pengelola rumah sakit terbesar di Jogja tersebut berkoordinasi dengan PT Samator dan PT Surya Gas, dua perusahaan yang selama ini secara rutin menyuplai kebutuhan oksigen.

Pada Sabtu (3/7/2021), ketersediaan oksigen di RSUP Dr Sardjito menipis, bahkan diperkirakan akan habis pada pukul 18:00 WIB.

"Hal ini sangat beresiko bagi pasien yang sedang membutuhkan tindakan, baik pasien covid-19 maupun yang non-Covid-19. Kami sudah melakukan upaya yang maksimal dan penghematan seoptimal mungkin," terang Rukmono Siswishanto, Direktur RSUP Dr Sardjito, dalam surat permohonan dukungan, Sabtu (3/7/2021) petang.

Surat permohonan dukungan yang ditujukan kepada Menkes RI, Dirjen Pelayanan Kesehatan, Gubernur DIY, BPBD, Dinas Kesehatan, Persi dan Dewan Pengawas ini juga beredar luas di sosial media. Disebutkan, ketersediaan oksigen sentral di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta akan mengalami penurunan pada hari Sabtu, tanggal 3 Juli 2021 mulai pukul 16.00 WIB sampai dengan kehabisan persediaan oksigen yang awalnya diperkirakan pada pukul 18.00 WIB.

Dalam pembaruan informasi yang diterima koranbernas.id pada Minggu (4/7/2021) disebutkan dengan bermacam efisiensi yang dilakukan, oksigen central benar-benar habis pada sekitar pukul 20.00 WIB. Dari kondisi tersebut, perawatan pasien beralih menggunakan oksigen-oksigen tabung atau oksigen cadangan yang ada, termasuk mendapat pinjaman dari RS Akademik UGM dan RSGM/FKG UGM.

Polda DIY juga merespons cepat surat permohonan dukungan dari RSUP Dr Sarjito yang beredar luas di jejaring sosial itu. Minggu (4/7/2021) dini hari pukul 00.15 WIB, Polda DIY membawa100 tabung oksigen dan langsung didistribusikan ke bangsal-bangsal perawatan sambil menunggu kedatangan pasokan dari penyedia oksigen.

Menurut keterangan singkat Kabid Humas Polda DIY, Kombes Pol Yuliyanto, 100 tabung oksigen tersebut berasal dari RS Bhayangkara.

"100 tabung oksigen tersebut adalah oksigen yang dialokasikan untuk RS Bhayangkara dan Urusan Kesehatan (Urkes) di Polres Jajaran. Melihat situasi di Sardjito yang urgen, maka pimpinan berkeputusan untuk mendahulukan Sardjito," jelasnya.

"Hal ini sangat mungkin dilakukan, karena beban pasien di RS Bhayangkara dan Urkes Polres Jajaran tidak seberat di RSUP Dr Sardjito," lanjutnya.

Pada Minggu (4/2021) pukul 03.40 WIB, truk oksigen liquid pertama sudah masuk dan mengisi tabung utama, disusul truk kedua pada pukul 04.45 WIB, sehingga oksigen central sudah berfungsi kembali.

Humas RSUP Dr Sadjito, Banu Hermawan, menyebut dengan pengisian ini pelayanan di RSUP Dr Sardjito untuk sementara sudah menggunakan oksigen sentral. Pihaknya juga berharap semoga kedepan oksigen ini terus lancar dipasok oleh penyedia oksigen untuk memenuhi perawatan bagi pasien yang membutuhkan oksigen.

"Kami sampaikan pula bahwa RSUP Dr Sardjito telah menyediakan bed untuk pasien Covid-19 secara optimal sebanyak 35% dari total tempat tidur, dan pasien yang datang jauh lebih banyak dari kemampuan daya tampung rumah sakit," imbuhnya.

"Kami mengimbau bagi masyarakat untuk mengikuti dan mematuhi PPKM. Sehingga laju Covid dapat kita tekan bersama-sama. Tanpa peran serta masyarakat , tentu saja pandemi ini akan sulit tertangani," lanjutnya.

Terkait pemberitaan yang menyebutkan 63 pasien meninggal, Banu menjelaskan bahwa jumlah tersebut merupakan akumulasi dari hari Sabtu (3/7/2021) pagi sampai Minggu (4/7/2021) pagi dan tidak hanya pasien yang menggunakan oksigen atau Covid-19 saja yang meninggal.

Sedangkan yang meninggal pasca oksigen central habis pukul 20.00 WIB, menurut Bandu, jumlahnya 33 pasien. Pasien sejumlah itu bukan semata-mata pasien Covid-19 yang harus dengan bantuan oksigen, tetapi terdapat pasien lainnya pula.

"Pasien-pasien yang memerlukan bantuan oksigen tetap tersuplai dengan oksigen tabung. Sehingga tidak benar jika meninggal tanpa dapat bantuan oksigen, tetapi proses meninggalnya karena kondisi klinisnya yang memburuk," pungkasnya. (*)