Puluhan Relawan dan Seniman dari Qatar Berbagi Ilmu di SMKN 1 ROTA Bayat Klaten

Puluhan Relawan dan Seniman dari Qatar Berbagi Ilmu di SMKN 1 ROTA Bayat Klaten
Hazem Idriss, Head of Community Service Section Qatar Museum. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, KLATEN—Sebanyak 23 sukarelawan dan seniman dari Qatar Museum serta para mahasiswa dari Virginia Commonwealth University di Qatar serta sukarelawan dari Qatar Youth Hostel melaksanakan lokakarya di SMKN 1 Rota Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kedatangan mereka untuk membina hubungan, mempromosikan pemahaman lintas-budaya, dan membangun kepercayaan yang terjalin antara Qatar dan Indonesia di level akar rumput.

Lokakarya ini berlangsung selama lima hari, merupakan bagian dari Year of Cultur dan Community Service Section di Qatar Museums ke SMKN yang terkenal dengan jurusan kriya keramik dan kriya batik untuk membina hubungan.

“Setelah merayakan hari jadi kami yang ke-10 tahun lalu dengan seluruh wilayah MENASA, kami memikirkan apa yang membuat Years of Culture berhasil selama bertahun-tahun. Jawabannya cukup jelas - hubungan individu dan persahabatan yang terjalin pada banyak program pertukaran yang difasilitasi selama bertahun-tahun. Pada intinya, para sukarelawan yang melakukan perjalanan ke Yogyakarta adalah duta budaya terdepan kami, membangun kepercayaan melalui berbagi pembelajaran dan pengalaman,” ujar perwakilan dari Years of Culture.

SMKN 1 ROTA Bayat, adalah sekolah kejuruan dan teknik yang terkemuka di wilayah Bayat Klaten. Awalnya sekolah ini dibangun dengan dukungan dari inisiatif Reach Out to Asia Qatar pada tahun 2009 setelah gempa bumi dahsyat yang melanda wilayah tersebut pada tahun 2006. Sekolah ini menghasilkan seniman-seniman muda yang memiliki spesialisasi di bidang seni tradisional Indonesia seperti batik, keramik, musik gamelan, dan tari.

Program lokakarya yang kaya dan komprehensif dari Years of Culture dan Community Service Section di Qatar Museums, dikembangkan sesuai dengan persyaratan Kementerian Pendidikan, yang dirancang untuk memperkaya pengalaman pendidikan para siswa dan memberi mereka wawasan praktis ke dalam bidang seni, budaya, dan pengembangan profesionalitas yang dinamis.

Para sukarelawan, memimpin serangkaian lokakarya yang dirancang untuk memberdayakan para siswa dengan keterampilan yang berharga di berbagai disiplin ilmu kreatif. Mulai dari fotografi, pemasaran digital, dan videografi, manajemen acara untuk museum dan pameran, serta pengembangan produk di bidang mode dan desain.

“Saya telah bekerja sama dengan SMKN 1 ROTA Bayat sejak pertama kali dibuka pada tahun 2009 dan melihat banyak siswa yang luar biasa berkembang menjadi seniman, guru, dan kolaborator yang terkemuka,” kata Hazem Idriss, Head of Community Service Section Qatar Museum, sesaat sebelum keberangkatan kelompok relawan ke Indonesia.

Lily Kasoem, Founder of Titian Foundation menambahkan, kehadiran mereka mencerminkan hubungan yang kuat antara kedua negara. Ia berharap ke depan kerjasama ini semakin kuat. “Pertukaran budaya ini juga membantu mengatasi hambatan dan memupuk rasa saling menghargai di antara kita,” ujar Lily Kasoem.

“Kelas yang diadakan para relawan menunjukkan pentingnya pendidikan dan semangat inovasi yang akan mendorong kemajuan negara kita di era digital. Saya yakin setiap siswa yang belajar bersama para relawan akan mengingat pengalaman ini sepanjang hidup mereka,” lanjut Lili.

Sejumlah relawan dari Tumur Tengah, antusias belajar gamelan di Bayuat Klaten.  

Years of Culture adalah sebuah inisiatif yang bertujuan untuk memperkuat ikatan budaya antar negara, mempromosikan saling pengertian dan apresiasi melalui hubungan interpersonal dan pengalaman yang mendalam. Melalui serangkaian pertukaran budaya dan kolaborasi, Years of Culture bertujuan untuk menampilkan warisan kekayaan budaya dari negara-negara yang berpartisipasi dan membina hubungan yang langgeng di antara komunitas yang beragam.

Guru SMKN 1 Rota Bayat, Dwi Kuncoro menambahkan, selain mempromosikan pemahaman lintas budaya dan Humas SMKN 1 Rota Bayat, lokakarya sempat terhenti pada tahun 2015 yang lalu dan pada tahun 2023 kembali dilaksanakan. Lokakarya pada tahun ini, berbeda dengan sebelumnya karena membawa relawan yang cukup banyak.

Mereka memiliki keahlian mulai, dari fotografi, pemasaran digital, videografi hingga manajemen acara untuk mesuem, dan pameran serta pengembangan produk di bidang mode dan desain.

“Mereka mengajarkan keahliannya kepada siswa-siswa di SMKN 1 Rota Bayat selama lima hari, dengan cara mengajar di kelas,”ucapnya, Jumat (27/10/2023).

Menurutnya kehadiran sukarelawan dan seniman dari Qatar Museum, diharapkan memberikan nilai positif bagi siswa. Sebab produk yang dihasilkan mendapatkan apresiasi yang bagus dari sukarelawan dan seniman dari luar negeri.

“Para siswa ini juga bisa belajar dari sukarelawan dan seniman yang punya keahlian di bidangnya masing-masing. Tentu ini akan membuat rasa percaya diri dari para siswa semakin tinggi,” terangnya.

Dwi mengatakan, bahwa SMKN 1 Rota Bayat berdiri pada tahun 2009 silam tak lepas dari Reach Out to Asia Qatar (ROTA) yang memberikan dananya untuk membeli lahan di Bayat guna dibangun menjadi sekolahan yakni SMKN 1 Rota Bayat.

“Keberadaan SMKN 1 Rota Bayat ini untuk melestarikan budaya terutama budaya batik dan keramik yang memang daerah Bayat terkenal dengan batik dan keramiknya,” imbuh Dwi Kuncoro.

Head of Community Service Section Oatar Museum, Hazem Idriss mengatakan program lokakarya yang melibatkan 23 sukarelawan dan juga seniman yang tidak saja dari negara Qatar ini, dirancang untuk memberdayakan para siswa dengan keterampilan berharga dari berbagai disiplin ilmu kreatif, mulai dari fotografi, pemasaran digital dan videografi, manajemen acara untuk museum dan pameran serta pengembangan produk di bidang mode dan desian.

“Saya telah bekerjasama dengan SMKN 1 Rota Bayat pertamakali tahun 2009 dan melihat banyak siswa yang luar biasa berkembang menjadi seniman, guru dan kolabolator yang terkemuka,” katanya.

Lebih lanjut Hazem mengatakan Year of Culture adalah sebuah inisiatif yang bertujuan memperkuat budaya antar negara, mempromosikan saling pengertian dan apresiasi melalui hubungn interpersonal dan pengalaman yang mendalam.

Melalui serangkaian pertukaran budaya dan kolaborasi Year of Cultur bertujuan untuk menampilkan warisan kekayaan budaya dari negara-negara yang berpartisipasi membina hubungan yang langgeng diantara komunitas yang beragam.

“Jadi para sukarelawan dan seniman ini tidak hanya mengajar di kelas, praktek di ruang praktikum namun mereka juga belajar tentang budaya yang ada di Bayat, Klaten ini,” ucapnya.‎ (*)