PHRI Meminta Pemkot Yogyakarta Tak Hanya Fokus Wisatawan Lokal

Pemkot Yogyakarta dan Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta bisa mencontoh Pemerintah Thailand.

PHRI Meminta Pemkot Yogyakarta Tak Hanya Fokus Wisatawan Lokal
Tugu Jogja sebagai kawasan Sumbu Filosofi di Kota Yogyakarta. (yvesta putu ayu palupi/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA  -- Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY meminta Pemerintah Kota Yogyakarta (pemkot) untuk tak hanya fokus dalam mengembangkan pariwisata bagi wisatawan lokal. Angka kunjungan wisatawan asing (wisman) perlu digenjot mengingat kawasan Tugu Yogyakarta ke Malioboro, Keraton Yogyakarta hingga Panggung Krapyak  yang menjadi bagian dari Sumbu Filosofi sudah ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda pada September 2023.

"Pemkot selama ini sudah melakukan direct promotion (pemasaran langsung-red) di kota kota besar di Indonesia, tapi di luar negeri belum, terutama Malaysia dan Singapura dan negara-negara ASEAN," kata Wahyu Wikan Trispatiwi, Wakil Sekretaris BPD PHRI DIY, Senin (25/3/2024).

Menurut Wikan, PHRI DIY berada di Malaysia mengikuti International Trade & Exhibition Centre (MITEC) Kuala Lumpur Malaysia dalam rangka Pameran Asosiasi Agen Tur dan Perjalanan Malaysia (MATTA Fair) 2024. Acara ini dimaksudkan salah satunya untuk mempromosikan pariwisata Indonesia, termasuk DIY kepada masyarakat di negara-negara ASEAN.

Menurut dia, sejak beberapa tahun terakhir, Pemkot tidak mengikuti pameran. Melalui kehadiran PHRI dalam MATTA Fair 2024, PHRI bisa melakukan survei dan informasi terkait kondisi pariwisata di negara-negara ASEAN untuk kemudian dibagikan kepada Pemda DIY maupun Pemkot Yogyakarta dalam rangka pengembangan market atau pasar angka kunjungan wisman.

Kota Yogyakarta saat ini melakukan branding pengembangan pariwisata di tiga kawasan seperti Kotabaru, Kotagede dan Sumbu Filosofi. “Pemkot mestinya juga memiliki kesadaran untuk mempromosikan tiga destinasi tersebut tak hanya pada wisatawan lokal namun juga luar negeri,” ungkapnya.

ARTIKEL LAINNYA: Dinas Pariwisata Sleman Promosi Desa Wisata di Malaysia

Dia menambahkan, Pemkot Yogyakarta dan Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta bisa mencontoh Pemerintah Thailand yang sukses menggabungkan hiburan dengan wisata religi sebagai daya tarik wisata mereka. Pemkot bisa menggabungkan wisata di Kota Yogyakarta dengan wisata religi di Borobudur.

"Pemkot tidak sekadar (promosi Kotabaru, Kotagede dan Sumbu Filosofi) di daerah kita sendiri tapi juga keluar negeri. Apalagi sebenarnya banyak ajang promosi keluar negeri, terutama ASEAN," tandasnya.

Secara terpisah Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, Wahyu Hendratmoko, mengungkapkan dinas tersebut memang tidak berangkat ke MATTA Fair 2024 di Malaysia. Wahyu mencoba melakukan promosi wisata dengan cara lain agar kunjungan wisman ke Kota Yogyakarta tidak menurun.

"Harapannya (angka wisman ke kota Jogja) tidak turun karena kami menggencarkan promosi luar negeri melalui channel yang lain," jelasnya.

Wahyu menjelaskan, pihaknya mentargetkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kota Yogyakarta pada 2024 ini mencapai 3,2 juta orang. Sedangkan target wisman mencapai 70 ribu orang.

ARTIKEL LAINNYA: Saron Gender Menandai Bangkitnya Wisata Kuliner di Plaza Kuliner Glagah Kulonprogo

"Akhir Februari kemarin alhamdulillah wisman sudah tercapai 50 persennya. Kami menjalin kerja sama dengan pihak luar negeri untuk mempromosikan potensi pariwisata jogja mulai dari TPO (Tourism Promotion Organization - red) sampai dengan UCLG ASPAC (United Cities and Local Governments Asia-Pasific - red). Juga dengan optimalisasi sosial media utk promosi pariwisata," jelasnya.

Meski saat ini ada maskapai penerbangan yang tidak lagi beroperasi dari Yogyakarta ke Kuala Lumpur, Wahyu optimis tidak mengganggu jumlah wisman yang masuk ke Yogyakarta. Sebab masih ada sejumlah maskapai lain di Malaysia dan Singapura yang memiliki rute perjalanan ke Yogyakarta.

"Kami terus akan melakukan kerja sama dan promosi dengan tour and travel dari bali supaya program Bali Beyond, salah satunya adalah destinasi Jogja dengan Prambanan dan Borobudur (bisa terwujud)," ungkapnya.

Anggota Komisi B DPRD Kota Yogyakarta,  R Krisma Eka Putra, menyayangkan kurang aktifnya promosi destinasi wisata Sumbu Filosofis Yogyakarta yang dilakukan Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta.

Sejak ditetapkannya Sumbu Filosofis sebagai warisan budaya dunia pada 2023, Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta menargetkan kunjungan 3,4 juta wisatawan lokal dan 70 ribu wisatawan asing.

ARTIKEL LAINNYA: Ini Deretan Menu Istimewa di Destinasi Wisata Budaya Dunia Saat Ramadan

"Kunjungan wisatawan asing jauh dari apa yang sudah ditargetkan. Sebab hingga saat ini, kunjungan wisatawan asing ke Yogyakarta baru sekitar 7 persen dari target," ungkapnya.

Krisma menyebutkan Dinas Pariwisata belum memaksimalkan tugas utamanya untuk mempromosikan berbagai wisata di Kota Yogyakarta seperti Sumbu Filosofis.

Selama ini, Komisi B DPRD Kota Yogyakarta tidak pernah mendapatkan data mengenai berapa banyak wisatawan lokal maupun asing yang datang saat sebuah event pariwisata digelar di Kota Yogyakarta. Padahal data tersebut penting untuk mengetahui berapa banyak wisatawan yang datang ke Kota Yogyakarta.

"Sudah sering saya ingatkan, tugas utama Dinas Pariwisata adalah promosi wisata Kota Yogyakarta agar setiap tahun selalu mengalami kenaikan," ungkapnya.

Dia berharap, Dinas Pariwisata lebih aktif terlibat event-event internasional. Sebab Dinas Pariwisata tidak lagi berpartisipasi dalam acara-acara pariwisata di kancah internasional sejak 2019.

Bahkan dalam usulan anggaran 2019 hingga 2024, Dinas pariwisata tidak terlibat acara pariwisata yang diselenggarakan di luar negeri. Seharusnya Dinas pariwisata terlibat aktif dalam acara-acara internasional untuk mempromosikan destinasi wisata di Kota Yogyakarta.

"Katanya pada saat itu, takut akan adanya temuan BPK. Padahal memang 80 persen anggaran Dinas pariwisata harusnya promosi pariwisata," tambahnya. (*)