Peternak Sedih Sapinya Mati, Dinas Janjikan Vaksinasi, Mungkin Bulan Ini

Peternak Sedih Sapinya Mati, Dinas Janjikan Vaksinasi, Mungkin Bulan Ini

KORANBERNAS.ID, PURWOREJO -- Sejak Desember tahun lalu, virus LSD (Lumpy Skin Disease) menyerang ternak sapi di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah (Jateng). Ratusan sapi terpapar dan berakibat pada kematian seekor pedhet atau anak sapi.

Seperti yang dialami Teguh Riyanto (44), seorang peternak dari Desa Karangmulyo Kecamatan Purwodadi Kabupaten Purworejo, harus kehilangan pedhet yang berumur dua bulan, Senin (6/2/2023). Pedhet miliknya dilaporkan mati akibat terpapar virus LSD.

Raut kesedihan dan kekecewaan tampak terlukis di wajah Teguh saat harus mengubur anak sapi yang telah dia rawat dua bulan ke belakang.

"Yang namanya kehilangan, perasaannya tetap sedih. Apalagi anak sapi itu kalau normal bisa laku sekitar Rp 3 juta sampai Rp 4 juta, karena yang usia 4 bulan paling tidak ditawar Rp 8 juta sampai Rp 10 juta. Itu kan sapinya masih dua bulan," ucapnya.

Teguh menceritakan anak sapi terjangkit penyakit LSD sekitar satu setengah bulan lalu. Anak sapi itu tertular dari induknya yang lebih dahulu terpapar penyakit kulit disebabkan virus lewat gigitan serangga, seperti nyamuk dan lalat.

Awalnya, Teguh melihat muncul bentol-bentol pada sekujur tubuh sapi peliharaannya. Sebelum pecah dan meninggalkan luka seperti koreng, kemunculan gejala itu dibarengi berkurangnya nafsu makan sapi dan penurunan kesehatan.

Teguh mengaku sudah melakukan upaya penanganan dengan memanggil dokter hewan secara pribadi untuk memberikan suntikan vitamin dan antibiotik. Namun, usaha itu belum berbuah positif karena anak sapi akhirnya mati.

"Padahal sudah disuntik dua kali. Pemberian suntikan pertama saat sapi mengalami gejala sekitar Desember 2022. Kemudian, suntikan kedua pada pertengahan Januari 2023. Induknya setelah disuntik tidak apa-apa, membaik, makannya juga sudah rosa (kuat). Tetapi yang kecil (anak sapi) setelah disuntik tidak ada perkembangan, menyusunya tidak kuat. Mungkin karena masih dua bulan, tidak kuat akhirnya mati," terangnya kepada wartawan, Selasa (7/2/2023).

Dia berharap pemerintah melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan segera melakukan peninjauan kembali ke lokasi yang sapi-sapinya terdampak penyakit LSD, khususnya di Desa Karangmulyo Kecamatan Purwodadi Kabupaten Purworejo. Sebab, di desa tersebut hampir seluruh pedhet terjangkit penyakit LSD.

“Rata-rata pedhet di Karangmulyo sudah terkena LSD, ada puluhan jumlahnya. Sapi yang ambruk sudah ada tiga ekor dan mati baru satu ini. Harapan kami, minta ditinjau ulang, entah mau diberi vaksin LSD atau bagaimana. Vaksin LSD segera diturunkan kalau bisa," tambahnya.

Menurut Teguh, dampak penyakit LSD di Desa Karangmulyo lebih parah dibanding kasus penyakit mulut dan kaki (PMK) beberapa waktu lalu.

Saat kasus PMK, ternak sapi di desa tersebut tidak mati. Sementara penyakit LSD bisa membuat seekor pedhet mati.

"Kalau PMK malah tidak ada korban sapi mati. Ini (penyakit LSD) malah bikin sapi ada yang mati. Kalau PMK lebih cepat pulih ketimbang penyakit LSD, pulihnya sapi lebih lama, soalnya menimbulkan luka," katanya.

Drh Widarti selaku Kabid Keswan (Kesehatan Hewan) dan Kesmavet (Kesehatan Masyarakat Veteriner) Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKPPKP) menyatakan benar adanya kematian pedhet.

"Sebelumnya telah terjadi kematian pedhet satu ekor di Desa Girimulyo Kecamatan Kemiri, kasus tersebut karena peternak terlambat melapor ke petugas. Jadi sudah terlambat, kondisi pedhet sudah sangat lemah," jelas Widarti kepada koranbernas.id melalui telefon.

Menurutnya, jumlah kasus yang terlaporkan melalui sistem informasi kesehatan hewan nasional ada 193 kasus LSD di Kabupaten Purworejo. Semua sudah ditangani dan menunjukkan progres membaik, untuk kesembuhan tergantung tingkat keparahannya.

Rata-rata dalam jangka waktu 10 hari ternak sudah mau makan. Ternak yang ndheprok atau tidak bisa berdiri, sudah bisa berdiri, karena bengkak-bengkak pada persendiannya sudah mengempis atau sembuh. Benjolan-benjolan semakin mengempis dan benjolan yang pecah sudah mengering.

Disebutkan, petugas di lapangan juga mengedukasi peternak. Penanganan ternak yang terpapar virus LSD tidak hanya mengandalkan pengobatan saja.

Peternak juga harus ikut ngopeni (memelihara) ternaknya (misalnya dengan asupan makanan bergizi dan minum sehat untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh). Selain itu juga menjaga sanitasi kandang dan lingkungan sekitarnya.

"Karena LSD penyebabnya adalah virus maka daya tahan tubuh sapi yang paling penting, pedhet sangat rentan terserang penyakit karena antibodinya belum berkembang dengan baik, dan pedhet tersebut kemungkinan tertular LSD melalui air susu induknya," sebutnya.

Terkait vaksinasi LSD, dia menyatakan 35 kabupaten dan kota se-Jateng masih menunggu kedatangan vaksin LSD. Kemungkinan datangnya vaksin bulan ini.

"Dari informasi Dinas Peternakan dan Keswan Provinsi Jateng, bulan Februari ini baru datang vaksinnya dengan jumlah sangat terbatas," terang Widarti. (*)