Tenaga Ahli Kepariwisataan Masih Langka

Tenaga Ahli Kepariwisataan Masih Langka

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Hanya rentang tiga tahun, jumlah mahasiswa di STIE API meroket. Dulu puluhan mahasiswa, sekarang jumlah mahasiswa total hampir mencapai 600 orang.

“Faktornya banyak. Salah satunya, kami membuka Program Studi Manajemen konsentrasi Pariwisata. Ini merupakan satu-satunya di DIY. Kampus pariwisata yang lain kan umumnya membuka program studi khusus misalnya perhotelan,” kata Susilo BW SH MH, Ketua STIE “Pariwisata API” Yogyakarta, di kampus STIEPar API Jalan Glendongan TB XV/15 B, Babarsari Depok Sleman, Selasa (7/2/2023).

Program studi ini, menurut dia, ternyata banyak membantu lulusan kampus berakreditasi B itu mencari pekerjaan. Hasil tracer study yang dilakukan, banyak alumni STIEPar berposisi sebagai pembuat kebijakan di birokrasi PNS. Banyak juga yang berprofesi sebagai guru dan dosen. Sebagian lainnya bekerja di bidang swasta dan berwirausaha.

Diakui, saat ini tenaga ahli di bidang manajemen pariwisata masih langka. Booming bisnis pariwisata telah berhasil menyerap tenaga basic employee dari lulusan SMK dan vokasi. Namun untuk tenaga ahli masih sangat kekurangan.

Tenaga ahli, kata dia, saat ini masih banyak diisi lulusan luar negeri, ataupun mereka yang sudah puluhan tahun melalui karier dan mendekati usia pensiun.

Susilo mengungkapkan, sejak tiga tahun memimpin kampus, dia bersama seluruh sivitas juga banyak membuka jalur kerja sama dengan berbagai pihak. Terobosan membangun sinergi dan kolaborasi ini, memberikan banyak kesempatan bagi mahasiswa untuk mendapatkan beasiswa selama kuliah di STIPar API.

“Faktanya sekitar 80 persen mahasiswa kami menempuh kuliah secara gratis karena beasiswa,” lanjutnya.

Sinergi, lanjut dia, juga membuka pintu kerja sama dengan berbagai pihak. Mahasiswa STIEPar API banyak dilibatkan dalam program-program pendampingan terhadap desa-desa yang mengembangkan kepariwisataan.

Sejumlah desa wisata di DIY, rutin menggandeng pihak kampus dalam berbagai kegiatan peningkatan kapasitas.

“Bahkan, di Purworejo ada lima lokasi yang rutin kami dampingi dengan melibatkan mahasiswa. Ini menjadi bagian dari pengabdian kami kepada masyarakat, sekaligus membekali mahasiswa kami dengan pengalaman praktis di lapangan,” kata Susilo. (*)