Pentingkah Pendidikan Bahasa Jawa?

Pentingkah Pendidikan Bahasa Jawa?

PENDIDIKAN Bahasa Jawa pada saat ini sangat memprihatinkan, di kalangan anak-anak remaja, bahkan sampai orang tua. Pendidikan Bahasa Jawa meliputi tata krama, unggah-ungguh, maupun paramasastra. Apabila dilihat dari keberadaannya, salah siapa?

Penulis tidak akan mencari siapa benar dan siapa yang salah, hanya merasa ikut prihatin atas keberadaan Bahasa Jawa sangat jauh dari perilaku kehidupan orang-orang Jawa (orang Jawa tidak kelihatan Jawanya). Tata krama/budi pekerti/tingkah laku merupakan manifestasi dari nilai-nilai kebudayaan Jawa misalnya, berjalan di depan orang tua menganggukkan kepala sambil senyum, mengucapkan permisi, dan lain-lain sudah jauh dirasakan oleh kalangan anak-anak, remaja sampai orang tua.

Pendidikan Bahasa Jawa anak-anak, remaja sampai orang tua pun semakin jauh baik pengertian maupun pelaksanaan bahasa krama. Jauh dari bahasa krama karena tidak belajar apa karena tidak ada yang memberi pelajaran, penulis tidak tahu. Kenyataannya di masyarakat semakin kecil perbincangan menggunakan Bahasa Jawa apalagi dengan berbahasa krama khususnya di Jawa, rata-rata menggunakan bahasa indonesia.

Pendidikan Bahasa Jawa juga semakin tak kelihatan di kalangan anak-anak, remaja sampai orang tua terkait dengan paramasastra baik tembang maupun geguritan. Bagi pemangku kebijakan, apabila ingin pendidikan Bahasa Jawa eksis keberadaannya, harus berani mengambil langkah untuk melestarikan pendidikan Bahasa Jawa baik melalui pendidikan formal, non formal maupun keluarga.

Pelajaran Bahasa Jawa di tingkat sekolah dasar dianggap perlu, karena apa? Untuk lebih mengenalkan kepada kebudayaan Jawa agar tidak terlupakan dan ditinggal. Bagi masyarakat Jawa, pendidikan Bahasa Jawa sangat penting untuk melatih berbahasa Jawa yang benar beserta tingkatan-tingkatannya, bagi sesama ataupun dengan yang lebih tua. Sering ditemui juga anak SD kurang dididik oleh orang tua di rumah dan membuat anak tersebut kurang sekali tata kramanya, sangat jauh mencermikan budaya Jawanya, dan banyak juga SD yang tidak kenal menerapkan pendidikan bahasa, pendidikan Bahasa Jawa hanya dikesampingkan. Memang, Bahasa Jawa tidak diujikan di ASPD, tetapi pelajaran Bahasa Jawa ini penting untuk kehidupan anak-anak yang akan datang.

Saat ini guru untuk pelajaran Bahasa Jawa sangat minim, dan sangat jarang sekali di satu sekolah terdapat guru untuk mengampu Bahasa Jawa, pasti guru tersebut dari bidang studi lain. Mereka nyambi di mata pelajaran yang lain untuk di satu sekolah tersebut, tak jarang di tingkat SMA pelajaran Bahasa Jawa hanya dikhususkan untuk kelas-kelas tertentu saja, tak heran juga jika sekarang anak-anak remaja sangat kurang pengetahuannya di bidang studi Bahasa Jawa. Mengapa tidak dijadikan mata pelajaran yang wajib? Apakah Bahasa Jawa sudah tidak penting lagi bagi pelajaran di sekolah-sekolah, baik sekolah dasar, maupun menengah? Penulis pun tak paham.

Mengapa anak-anak remaja tidak terlalu minat dengan pelajaran Bahasa Jawa? Dan di perguruan tinggi negeri untuk pendidikan Bahasa Jawa juga sedikit peminatnya? Mungkin bagi mereka pelajaran Bahasa Jawa itu kuno, membosankan, tetapi apabila diamati, pelajaran Bahasa Jawa sangat penting diterapkan di sekolah, karena dapat mendidik dan membangun karakter anak untuk lebih melestarikan budaya Jawa dan tahu untuk berunggah-ungguh, apalagi jika anak tersebut tinggal di pedesaan, itu sangat dibutuhkan sekali sampai besok dia besar dan berkeluarga.

Oleh karena itu, tidak ada kata terlambat untuk belajar, dan tidak ada kata terlambat untuk berlatih, apabila kita tidak melestarikan budaya Jawa seperti tata krama, unggah-ungguh, maupun paramasastra apakah kita akan tetap mendapat predikat warga Jawa yang terkenal dengan budi perkerti andhap-asornya? Jangan sampai kita yang orang Jawa sampai kehilangan jawanya, dan sangat dianjurkan sekali pedidikan Bahasa Jawa itu diterapkan sejak dini di tingkat sekolah dasar, dan di rumah sendiri diajarkan oleh orang tua untuk tetap berperilaku yang sopan yang mencerminkan kepribadian orang Jawa yang sesungguhnya. *

Esti Lutfiah, S.Pd.

Mahasiswa PPG Pra Jabatan UAD 2021