Pemerintah Minta Simbol Kerukunan dan Keberagaman di TITD Dijaga

Pemerintah Minta Simbol Kerukunan dan Keberagaman di TITD Dijaga

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA—Dr. H. Wawan Djunaedi Kepala Pusat Bimbingan dan Pendidikan Khonghucu Sekretariat Jenderal Kementerian Agama Republik Indonesia mengatakan, keberadaan Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban sangat penting bagi umat. Kelenteng ini menjadi simbol kerukunan umat beragama dan keberagaman, yang harus dijaga bersama.

Wawan menyampaikan hal itu, saat melakukan pembinaan di TITD Kwan Sing Bio Tuban, Sabtu, (14/11/2020). Kegiatan tersebut menerapkan protokol kesehatan secara ketat dengan jaga jarak, pakai masker, cuci tangan dan lainnya, sebagai upaya untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Sebagaimana rilis dari pihak pengelola kelenteng, Wawan menegaskan, Kelenteng Kwan Sing Bio merupakan tempat ibadah bersama bagi umat Khonghucu, Buddha dan Tao. Keberadaan kelenteng terbesar se-Asia Tenggara itu, menjadi contoh yang sangat baik bagi kerukunan antar umat beragama yang harus tetap dijaga.

“Orang bisa masuk ke TITD, artinya secara keimanan dia bisa menerima keberagaman,” tegas Wawan Djunaedi.

Pihaknya datang ke rumah ibadah berlogo kepiting itu, dalam rangka untuk memberikan pelayanan keagamaan dan memastikan semua umat bisa beribadah dengan nyaman. Kehadirannya sekaligus menyaksikan Umat Konghucu TITD Kwan Sing Bio Tuban menggelar sembahyang perdana, di Ruangan Lithang Konfusiani. Sebelumnya, mereka tidak bisa melakukan ritual keagamaan, karena kelenteng ditutup sejak 28 Juli 2020 akibat konflik kepengurusan.

Wawan berpesan kepada seluruh umat yang ada di Kelenteng Kwan Sing Bio ini, agar mengedepankan langkah musyawarah dan jalur mediasi dalam menghadapi setiap persoalan. Kalau ada persoalan, dia minta juga segera diselesakan tuntas, agar umat atau masyarakat bisa beribadah secara nyaman.

“Artinya, dicarikan solusi terbaik yang semua pihak bisa sama-sama menang. Dinamika ini supaya diselesaikan secara musyawarah atau jalur mediasi, sehingga umat yang menang adalah umat beragama,” pintanya lebih lanjut.

Kedatangan rombongan Pusat Bimbingan dan Pendidikan Khonghucu Sekretariat Jendral Kementerian Agama Republik Indonesia itu disambut baik oleh pengurus dan Alim Sugiantoro Ketua Penilik Domisioner Kelenteng Tuban.

“Kita sangat berterima kasih karena Pak Wawan sangat antusias sekali untuk membimbing agama Khonghucu agar bisa bersatu dan menghormati agama lain,” terang Alim Sugiantoro.

Alim Sugiantoro telah sepakat untuk dinamika yang ada di kelenteng diselesaikan melalui jalur mediasi. Hal itu dibuktikan dengan pembukaan gerbang pintu kelenteng yang digembok sejak 28 Juli 2020. Pembukaan pintu gerbang dilakukan melalui jalur mediasi dengan melibatkan tiga tokoh berpengaruh.

Tiga tokoh yang dilibatkan itu adalah Bos Maspion Grup Alim Markus, Bos Kapal Api Soedomo Mergonoto dan Paulus Welly Affandi (Wefan), pada Minggu (25/10/2020). Setelah dibuka, umat bisa menjalankan ibadah seperti biasanya hingga saat ini.

“Jalur mediasi sudah ada, saat gerbang pintu kelenteng ini dibuka dengan melibatkan tiga tokoh untuk menyelesaikan masalah ini,” terang Alim panggilan akrab Ketua Penilik Domisioner Kelenteng Tuban itu.

Alim mengaku bahagia, persoalan yang sebelumnya muncul sudah mendapatkan titik terang dan solusi terbaik. Kalaupun masih ada pihak yang mempersoalkan, maka itu dipastikan hanya segelintir umat, yang dia harapkan ke depan juga bisa ikut menyadari pentingnya menciptakan kerukunan dan saling menghormati untuk kedamaian umat dan masyarakat.

“Saya sepakat semua masalah diselesaikan secara mediasi, dan saya kira persoalan sudah selesai,” pungkasnya. (*)