Pelajar SMA Negeri 11 Purworejo Praktik Menggelar Acara Pernikahan

Ujian praktik ini mengkolaborasikan enam mata pelajaran.

Pelajar SMA Negeri 11 Purworejo Praktik Menggelar Acara Pernikahan
Pasangan “pengantin” “Smanlas Mantu”. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, PURWOREJO -- SMA Negeri 11 Purworejo Jawa Tengah menggelar acara bertajuk Smanlas Mantu”yang berlangsung 29 Januari hingga 2 Februari 2024.

Ini adalah pertama kalinya sekolah yang berlokasi di Jalan Raya Kutoarjo-Kebumen Km 5,5 Ketundan, Kecamatan Butuh Purworejo tersebut menggelar acara Mantu, dalam tanda kutip.

Melalui rilis yang dikirim ke redaksi koranbernas.id, guru penilai praktik bahasa Inggris, Arty Sulisyoningsih Isworo SPd menjelaskan ini merupakan ujian praktik kelas XII SMA Negeri 11 Purworejo.

Ada lima pasang pengantin yang ‘dinikahkan’, di mana dalam sehari ada satu pasang pengantin. Mereka berasal dari kelas XII MIPA 1, 2 serta XII IPS 1, 2, 3.

Mas kawin dan mahar. (istimewa)

Layaknya sebuah pernikahan, para siswa dalam satu kelas saling bekerja sama untuk mendekorasi lokasi acara. Lalu  berbagi tugas.  Ada yang berperan sebagai MC, penghulu, dukun manten, among tamu maupun menjadi sepasang  ‘pengantin’.

Layaknya sebuah pernikahan pula, diberikan mahar mulai seperangkat alat shalat dan mobil yang dihias pita. Usai ‘menikah’ mereka juga menerima buku yang diumpamakan sebagai buku nikah suami-istri.

“Jika tahun-tahun sebelumya praktik siswa adalah seni, baru tahun ini praktik dengan Smanlas Mantu. Tentu untuk mempersiapkan semuanya mereka saling bekerja sama dan mereka dinilai,” kata Arty.

Ujian Praktik ini mengkolaborasikan enam mata pelajaran (mapel) yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, Bahasa Inggris, PAI, Pelajaran Pendidikan Kewirausahaan (PKWU) dan Seni Budaya.

Praktik menghias mobil untuk pengantin. (istimewa)

Kepala Sekolah Sukami SPd mengatakan ujian praktik adalah simulasi pernikahan adat Jawa dengan  prosesi  lengkap. Tujuannya melatih siswa-siswi bermasyarakat ke depannya.

Selain itu, juga melatih tanggung jawab dengan cara siswa-siswi berperan masing-masing sesuai tugas yang diemban. Juga untuk menumbuhkembangkan rasa cinta terhadap budaya tradisional Jawa.

“Semoga nilai- nilai yang terkandung dalam praktik ini seperti kerja sama dan kegotongroyongan serta rasa tanggung jawab pada tugas, akan bermanfaat kelak bagi mereka ke depan. Menjadi bekal hidup bermasyarakat,” kata Sukami. (*)