Ombak Tiga Kali Lebih Kuat, Surfing di Parangtritis Banyak Peminat

Memang karakter ombaknya lebih kuat dari wilayah lain, bahkan tiga kali lipat.

Ombak Tiga Kali Lebih Kuat, Surfing di Parangtritis Banyak Peminat
Proses membuat papan selancar di Hauw Surfboard Dusun Mancingan 11 Kalurahan Parangtritis, Kretek Bantul. (sariyati wijaya/koranbernas.id)
Ombak Tiga Kali Lebih Kuat, Surfing di Parangtritis Banyak Peminat

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Olahraga surfing atau berselancar di atas ombak dengan papan selancar sangat populer di daerah pesisir pantai Bali, Lombok, NTT, Banten.

Pantai Parangtritis yang terkenal berombak besar bahkan tiga kali lebih kuat dari pantai-pantai lainnya, ternyata juga banyak diminati para penggemar olahraga yang menantang itu.

"Memang karakter ombaknya lebih kuat dari wilayah lain, bahkan tiga kali lipat," kata Bima Sepiawan (28), pengelola Hauw Surfboard, kepada wartawan  dalam acara "Dinamika Pembangunan" gelaran Dinas Kominfo Bantul, Selasa (25/2/2025).

Mereka yang berminat surfing bisa langsung datang ke tempat usahanya  di RT 08 Dusun Mancingan 11 Kalurahan Parangtritis Kretek Bantul untuk menyewa papan. Atau bisa juga pesan secara online melalui akun instagram.

Sewa papan

Selain menyewakan papan, Hauw Surfboard juga menerima servis papan selancar serta tempat penjualan dan pemesanan. Biasanya  orang datang karena papan selancar mereka rusak karena patah, pecah ataupun ingin dicat ulang.

Bisa juga memesan papan selancar dengan harga bervariasi tergantung bentuk dan juga besarnya papan yang disesuaikan dengan berat badan pengguna. Harganya dipatok mulai Rp 3,8 juta hingga Rp 8 juta per item.

Selain itu, ada pula kursus atau belajar berselancar. Setiap siswa didampingi satu coach sehingga lebih terjamin keamanannya dan lebih fokus. Sekali berlatih dikenakan biaya Rp 250 ribu dengan durasi satu jam.

"Untuk berlatih biasanya orang datang pagi atau sore hari. Dan latihan ini dilakukan bertahap tidak langsung ke tengah pantai tapi di pinggiran dulu dengan ketinggian air mulai selutut, sepinggang baru menuju tengah. Biasanya pada kursus yang pertama siswa sudah bisa mulai berdiri di atas papan selancar," kata Bima.

Tumpuan kaki

Disebutkan, semakin orang sering berolahraga dengan mengandalkan tumpuan kaki, misalnya beladiri, maka kemampuan untuk  menguasai olahraga surfing juga lebih baik.

Hingga kini yang rutin berlatih ada enam perempuan dan delapan orang  laki-laki. Juga ada tambahan siswa baru berusia SD sebanyak tiga anak. Bima mengenal dunia surfing saat bekerja di Bali pada tahun 2015  serta sering ikut kompetisi. Dia berencana ingin menimba ilmu sembari bekerja selama 10 tahun.

Ternyata pada tahun 2020 terjadi Covid sehingga usaha pariwisata berhenti. Saat itu Bima pulang ke rumahnya di wilayah Parangtritis. Dari ilmu yang diperoleh, Bima kemudian berani membuka reparasi papan selancar dan membuat papan selancar baru sesuai pesanan.

Selain itu, juga menerima kursus bagi yang ingin bisa menguasai olahraga air tersebut, sejak tahun 2022. Usaha di bidang surfing adalah yang pertama kali dan satu-satunya hingga saat ini untuk wilayah DIY  dan Jawa Tengah. (*)