Turis Jepang Menghilang dari Yogyakarta, Asita Susun Strategi Baru
Warga Indonesia banyak yang berwisata ke Turki. Sebaliknya belum banyak wisatawan negara tersebut ke Indonesia.
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Kunjungan turis Jepang ke Yogyakarta mengalami pengurangan sangat drastis hingga 90 persen. Hilangnya wisatawan dari Negeri Sakura yang bertandang ke Kota Budaya itu terjadi karena sejumlah faktor dan kendala.
"Banyak faktor memang, namun ini menurunkan angka kunjungan wisatawan jepang ke jogja dari sebelumnya 350 ribuan per tahun, menjadi sekitar 180 ribu," ungkap Edwin Ismedi Himna, pengurus DPP Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) yang sebelumnya menjabat Plt DPD Asita DIY dalam Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub) di Sheraton Hotel, Kamis (12/12/2024).
Asita DIY berupaya mengembangkan inovasi dan menyusun strategi untuk mengembalikan kuantitas dan kualitas wisatawan asing ke Jogja. Di antaranya membuat pasar baru wisatawan dari negara lain. Salah satu pasar yang potensial adalah Timur Tengah dan Turki.
Apalagi selama ini warga Indonesia banyak yang berwisata ke Turki. Sebaliknya belum banyak wisatawan negara tersebut ke Indonesia. "Mereka merasa punya utang budi, maka warganya akan didorong untuk berkunjung ke Indonesia termasuk Jogja. Asita bisa mengambil peran, dan kami yakin Jogja bisa," jelasnya.
Suara terbanyak
Terkait Musdalub kali ini, Trianto Sunarjati selaku Direktur PT Trihasena Karsa Wiguna/Travel Help Indonesia terpilih menjadi ketua 2024-2029. Trianto memperoleh suara terbanyak bersaing dengan Sri Mujiyati (Direktur PT Via Via Jogja).
Musdalub kali ini bertema Bersama Asita Membangun Pariwisata Berkelanjutan. Musyawarah yang dibuka sejak pagi hari diikuti 88 anggota aktif dari total 153 anggota DPD Asita DIY. "Diharapkan pengurus baru ini dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisata," ujarnya.
Ketua Gabungan Industri Pariwisata (GIPI) DIY, Bobby Ardiyanto, mengungkapkan kepengurusan baru Asita DIY bisa menyusun program dengan paket-paket menarik. Dengan demikian bisa mengembalikan ekosistem pariwisata DIY semakin baik ke depan.
"Tantangan kita sangat besar secara internasional, dengan perubahan kebiasaan wisatawan juga setelah pandemi. Asita harapannya bisa solid, bisa me-refresh produk-produk pariwisata kita menjadi semakin berkualitas," tambahnya. (*)