Ny. Rini: Sekarang, Saya bisa Menyeterika Baju tanpa Listrik Jegleg...

Ny. Rini: Sekarang, Saya bisa Menyeterika Baju tanpa Listrik <i>Jegleg</i>...

KORANBERNAS.ID, SLEMAN--Wajah Paryati (60), Sabtu pagi (18/6/2022) berseri-seri. Sejak selepas subuh, ia sudah mandi dan berdandan rapi, mengenakan celana hitam dan baju biru lengan panjang. Jilbab warna ungu muda ia kenakan sebagai kelengkapan busana muslim. Kakak kandung Paryati, Ny. Poniyem (81), juga ikut berdandan rapi. Ia mengenakan celana panjang abu-abu dengan jilbab merah marun. Dua kakak beradik itu tinggal di Pedukuhan Gendosari, RT-003, RW-024, Kalurahan Sumbersari, Kapanewon Moyudan, Sleman. Pagi itu, juga diundang Ny. Rini Siamsih (35), penduduk Pedukuhan Dumpuh RT-002, RW-000, Kalurahan Argodadi, Kapanewon Sedayu, Bantul. Ia juga berbusana muslim, celana warna coklat muda dan baju lengan panjang kotak-kotak hitam-merah.

Mereka bertiga sejak pagi sudah menunggu rombongan Direksi PT PLN (Persero), yang Sabtu pagi menggelar acara gowes bersama Pemimpin Redaksi Media, termasuk koranbernas.id. Tiga perempuan itu duduk berjajar di depan rumah Paryati, berseragam T-Shirt putih berlogo PLN Peduli. Gowes berawal dari Lapangan Imogiri, Bantul dan berakhir di Kopi Klothok Menoreh”, Nanggulan, Kulonprogo. Dalam perjalanan, rombongan singgah di rumah Paryati.

Rumah Paryati, dijadikan tempat untuk acara peresmian pemberian bantuan kepada 100 penerima manfaat dari program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PLN Peduli. Secara simbolis, pemberian bantuan 100 sambungan listrik gratis diberikan kepada tiga perempuan yang diundang pada acara di rumah Paryati.

Sejak satu jam sebelum rombongan Direksi PLN datang dengan sepeda, tiga penerima manfaat sudah dilatih panitia. Terutama Paryati yang harus menjawab pertanyaan Direktur Utama saat peresmian.

Direkrut Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN memiliki dua fungsi. Selain sebagai korporasi untuk menjalan tugas berbisnis di bidang listrik, PLN juga memiliki tanggung jawab sosial.

“Sebab, kita semua punya Pancasila. Dan sila kelima adalah Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam konteks itulah, PLN merasa ikut bertanggung jawab untuk juga mempedulikan warga tidak mampu agar dapat menikmati listrik,” kata Darmawan.

Ia menambahkan, kali ini PLN memberikan paket penyambungan listrik kepada 100 warga kurang mampu di wilayah Kabupaten Sleman dan Bantul. Setiap paket bernilai Rp. 1,1 juta terdiri dari instalasi rumah dan biaya penyambungan. Daya yang diberikan adalah 450 Volt Ampere (VA-Watt).

“Bantuan biaya penyambungan listrik gratis ini merupakan bentuk kepedulian PLN bagi masyarakat tidak mampu, serta sebagai upaya dalam pemerataan kelistrikan di seluruh Indonesia, selain itu juga sebagai wujud hadirnya negara melalui akses energi. Kue pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat,” ungkap Darmawan.

***

SELESAI menyampaikan pidato resmi, Darmawan Prasodjo mengambil mice dari tempatnya. Ia berjalan mendatangi tiga perempuan penerima manfaat yang duduk menghadap para tamu. Sambil jongkok, Dirut PLN berdialog dengan mereka satu-persatu.

Pripun sak niki? Wis dibantu pasang listrik? (Bagaimana sekarang? Setelah dibantu pasang listrik?)

“Alhamdulillah, Pak. Kula remen sanget... diparingi pasang listrik, (Alhamdulillah, Pak. Saya senang sekali dibantu pasang listrik), jawab Paryati agak terbata. Perempuan buruh tenun ATBM di desanya ini seperti menahan haru.

“Sak derenge dipasang listrik pun nyalur? Ngganthol? (Sebelum dipasang listrik sudah nyalurkan listrik? Nyambung ke tetangga?),” sambung Darmawan.

“Enggih. Nyalur nggene kakang kula... (Iya. Nyambung dari rumah kakak),” kata Paryati.

“Njuk di-mel? Kon mbayar pinten? (Lalu dilintai duit. Bayar berapa?”

“Enggih. Mbayar... (Iya. Bayar),jawab Paryati agak tersipu tanpa menyebut rupiah yang ia bayarkan tiap bulan kepada kakaknya yang tinggal bersebelahan rumah.

“Njenengan pripun Mbah? Remen disukani sambungan listrik? (Bagaimana Mbah. Senang diberi sambungan listrik?),” tanya Dirut kepada Ny. Poniyem yang duduk di tengah.

“Remen Pak. Matur nuwun sanget nggih! (Senang, Pak. Terima kasih banyak ya),” tutur Ny. Poniyem lirih.

Dirut kemudian bertanya kepada Ny. Rini Siamsih yang tinggal di Dumpuh, Argodadi, Sedayu. Perempuan ini merasa tidak nyaman duduk di kursi, sementara Dirut PLN jongkok tidak jauh darinya. Ibu dua anak ini lalu berdiri di samping kursi agak menjauh dari posisi Dirut PLN yang mengajaknya berbicara.

“Njenengan daleme pundi, Bu? Pripun rasane sakwise dipasangi listrik? (Ibu rumahnya di mana? Bagaimana setelah rumah dipasang listrik?).”

“Griya kula, Dumpuh, Argodadi, Sedayu, Pak. Rasane nggih remen sanget dibantu PLN. (Saya tinggal di Dumpuh, Argodadi, Sedayu, Pak. Saya sangat senang dibantu PLN),” tutur buruh pabrik sosis ini.

“Sak derenge nggih ngganthol listrik? Ken mbayar mboten? (Sebelum ini nyambung listrik dari tetangga? Suruh bayar tidak?),” tanya Dirut.

“Enggih, Pak. Nyalur nggene kakang kula. Kakang kula sae, mboten ken mbayar. (Iya, Pak. Saya nyalur dari rumah kakak. Tetapi kakak saya baik, tidak disuruh mbayar),” kata Ny. Rini disambut tawa yang mendengar.

Ia melanjutkan, “Sakdangune nyalur listrik, sering jegleg nek kula ngge setlika klambi. Dadi, kula nggih bolak-balik mlajar. (Selama menyalurkan listrik dari rumah kakak, sering mati kalau saya menyeterika baju. Listrik putus (karena kelebihan beban-red). Jadi, saya harus bolak-balik berlari ke depan untuk menghidupkan listrik lagi),jawab Ny. Rini.

Menurut keterangan Vice President Komunikasi Korporat PLN Gregorius Adi Trianto, Sepanjang Semester I Tahun 2022, PLN telah memberikan bantuan listrik gratis kepada sebanyak 509 warga kurang mampu di wilayah Jateng dan DIY.

Bantuan tersebut disalurkan tersebar di daerah Magelang, Salatiga, Tegal, Klaten, Purwokerto, Sukoharjo, dan Demak.

Tak hanya di Jawa Tengah dan Yogyakarta, PLN juga telah memberikan bantuan penyambungan listrik gratis kepada 18.377 keluarga kurang mampu di seluruh Indonesia sepanjang 2021, dengan total anggaran mencapai Rp 18,6 miliar. (*)