Muhammadiyah Membangun Hotel dan Pusat Bisnis Tanpa Utang

Muhammadiyah Membangun Hotel dan Pusat Bisnis Tanpa Utang
Pencanangan Suara Muhammadiyah Business Center di SM Tower oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir. (muhammad zukhronnee muslim/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Suara Muhammadiyah, sebuah usaha penerbitan majalah yang dirintis Kiai Dahlan pada 1915 resmi membentangkan layar untuk mengarungi dunia bisnis sektor perhotelan dan pariwisata.

Pada 2018, Suara Muhammadiyah berhasil membangun Grha Suara Muhammadiyah, gedung lima lantai yang menjadi pusat gravitasi seluruh unit bisnis yang dikelola oleh Suara Muhammadiyah.

Kemudian, membentuk syarikat usaha bernama PT Syarikat Cahaya Media (PT SCM), satu perseroan yang seluruh sahamnya berada di bawah kendali Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Keberhasilan ini memicu Suara Muhammadiyah untuk merambah bisnis baru di sektor perhotelan dan pariwisata. Langkah pertamanya berupa pembangunan SM Tower and Convention yang dijadikan sebagai kado milad ke-114 Muhammadiyah sekaligus kenang-kenangan pada peringatan hari lahir Suara Muhammadiyah ke-108.

Peresmian operasional SM Tower and Convention, Sabtu (24/6/2023), merupakan perwujudan dari impian lama yaitu dua hari menjelang Milad ke-114 Muhammadiyah menjadi kenyataan.

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengatakan hotel pertama yang dimiliki oleh perusahaan media ini dibangun dengan secara mandiri, swakelola dan tidak utang sepeser pun dari bank.

“Kita harus terus membangun, tapi membangun yang sistemnya baik. Jangan mengandalkan utang besar-besaran, jangan mengutamakan investasi besar-besaran, tapi kekuatan di dalam tidak kuat,” kata Haedar.

Hal itu yang menurut Haedar menjadikan SM hadir secara mandiri dalam membangun SM Tower and Convention tanpa mengajukan pinjaman sepeser pun ke bank. Itu dilakukan bukan sebagai bentuk anti kolaborasi atau kerja sama, melainkan sebagai pesan untuk bangsa.

“Bahwa investasi kekuatan dari luar itu oke, tapi harus di atas kepentingan bangsa dan negara dan harus terus meningkatkan, mengoptimalkan kemampuan kemandirian bangsa. Dari jadi konsep Berdikarinya Bung Karno, itu harus kita wujudkan dalam praktiknya,” ungkapnya.

Direktur Utama PT Syarikat Cahaya Media/Suara Muhammmadiyah, Deni Asy’ari MA Datok Marajo menyebutkan usaha untuk menghadirkan SM Tower and Convention ini harus melalui jalan yang tidak mudah.

"Banyak tantangan sekaligus pergumulan panjang. Impian ini bisa terwujud berkat kerja keras, kolaborasi dan ketulusan bersama," tegasnya di sela peresmian.

Deni menyebutkan spirit pembangunan SM Tower adalah semangat ideologis, bukan semangat pragmatisme bisnis. Ini dilakukan dalam rangka membangun kekuatan umat dan jamaah.

"Memang orientasi dari kehadiran SM Tower sebagai inovasi terbarukan untuk membangun ekosistem sebagai koridor dakwah nyata Muhammadiyah yang bergerak di bidang ekonomi," kata dia.

SM Tower tidak semata-mata orientasinya pragmatisme bisnis tetapi memiliki orientasi ideologis ingin membangun jaringan sebagai kekuatan jamaah dan umat.

“Nanti kita bisa membangun sebuah ekosistem baru di dalam ekonomi. Di mana peredaran dan perputaran uang ada di ummat. Itulah semangat ideologisnya,” tambahnya.

SM Tower ingin mempunyai diferensiasi dari hotel-hotel yang sudah ada dengan brand Living Muslim Hotel. Maksud dari Living Muslim bukan hanya orang Islam yang bisa menginap di SM Tower melainkan lebih kepada core values (nilai-nilai) kehidupan muslim yang dijalankan di SM Tower.

“Prinsipnya Living Muslim bukan eksklusif untuk orang Islam, tetapi SM Tower memberikan core values. Ketika orang menginap di sini bukan sekadar tidur, tetapi mendapat inspirasi, mendapat nilai-nilai baru dan semangat baru,” jelasnya. (*)