Menyongsong Masa Depan Keamanan Pangan dan Kesehatan Global

Summer Course yang berlangsung 19 - 28 Juni 2024 diikuti oleh peserta dari delapan negara.

Menyongsong Masa Depan Keamanan Pangan dan Kesehatan Global
Ahmad Hamim Sadewa dan Prof Gunadi memberikan keterangan kepada wartawan. (muhammad zukhronnee muslim/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Dalam upaya memperkuat pemahaman dan solusi terhadap tantangan keamanan pangan dan kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar Summer Course 2024 bertajuk Nourishing Futures: Exploring the Intersection of Food Security and Health Status.

"Isu keamanan pangan dan kesehatan merupakan dua dimensi yang saling terkait dan berperan penting dalam membentuk kesehatan masyarakat secara global," terang dr Ahmad Hamim Sadewa Ph D, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FK-KMK UGM kepada wartawan, Rabu (19/6/2024).

Hamim menjelaskan kesehatan adalah pilar dasar bagi kemajuan bangsa. Masalah kesehatan adalah tanggung jawab bersama. Nutrisi sebagai salah satu aspek kesehatan, tidak hanya menjadi tanggung jawab satu atau dua pihak melainkan multidisiplin.

"Keamanan pangan juga penting, karena kita masih bergantung pada impor. Ketergantungan ini berisiko tinggi jika terjadi gangguan di negara pengekspor," jelasnya.

Delapan negara

Summer Course yang berlangsung 19 - 28 Juni 2024 diikuti oleh peserta dari delapan negara termasuk Amerika Serikat, Belanda, Republik Ceko, Turki, China, Thailand, Malaysia dan Indonesia. Kegiatan ini diawali perkuliahan selama tiga hari dilanjutkan praktikum di lingkungan UGM serta kunjungan lapangan ke Desa Wisata Samberembe, Erista Garden dan PIAT UGM.

"Kolaborasi lintas budaya dan disiplin menjadi semakin penting dalam menangani masalah kesehatan masyarakat di era globalisasi," ungkap Prof dr Gunadi Ph D Sp BA Subsp DA(K), Ketua Tim Internasionalisasi FK-KMK UGM.

Menurut dia, Indonesia menghadapi triple burden of malnutrition: stunting, overweight dan defisiensi mikronutrien. Overweight dan obesitas juga merupakan bentuk malnutrisi. Banyak wanita usia subur mengalami defisiensi besi (anemia), yang mempengaruhi kualitas hidup mereka dan menciptakan lingkaran setan malnutrisi.

Menurut Prof Gunadi, edukasi terhadap ibu sangat penting dalam mengatasi malnutrisi, dan peran media sangat dibutuhkan untuk menyampaikan informasi penting mengenai masalah ini. "Tidak hanya pemerintah yang berperan, tapi semua aspek masyarakat harus terlibat," tambahnya.

Anak nelayan

Efek globalisasi terhadap malnutrisi juga menjadi sorotan. Seorang mahasiswa menanyakan mengapa banyak anak nelayan mengalami stunting sejak 2018. Ternyata, nelayan harus menjual ikan untuk membeli beras atau membiayai pendidikan anak, sehingga anak-anak mereka tidak mendapat asupan protein yang cukup.

Data Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) tahun 2019 menunjukkan sekitar 690 juta orang di seluruh dunia menderita kelaparan, menggarisbawahi tantangan besar dalam mencapai keamanan pangan global. Kurang gizi turut menyumbang pada beban penyakit yang signifikan.

"Hubungan antara keamanan pangan dan status kesehatan tidak hanya terkait penyediaan kalori, tetapi juga kualitas dan keragaman diet. Akses yang terbatas pada makanan bergizi dapat memicu berbagai bentuk kekurangan gizi, termasuk kelebihan konsumsi nutrisi tertentu," jelas Tony Arjuna S Gz M Nut Diet Ph D AN APD, Ketua Panitia Summer Course FK-KMK UGM.

Dengan semangat kolaborasi lintas disiplin, Summer Course 2024 diharapkan menjadi tonggak penting mendukung kesejahteraan pangan dan kesehatan global, merintis masa depan di mana setiap individu memiliki akses ke pangan yang bernutrisi dan kesehatan yang optimal. (*)