Isu Ketenagakerjaan Hanya Menarik Saat Pilkada

Isu Ketenagakerjaan Hanya Menarik Saat Pilkada

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Problem ketenagakerjaan dari masa ke masa belum menjadi isu sentral. Pada momen-momen tertentu seperti pemilihan kepala daerah (pilkada) atau pemilu sektor ini menjadi sangat menarik bahkan seksi. Begitu perhelatan politik selesai nasibnya kembali menjadi isu pinggiran.

“Problem ketenagakerjaan harus bisa dicarikan solusi secara komprehensif sesuai dengan instrumen sumber daya manusia ketenagakerjaan,” ungkap Muhammad Zuhri, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia (Pusdiklat SDM) Ketenagakerjaan, Selasa (9/2/2021) malam, saat menghadiri rapat kerja Politeknik Tenaga Kerja (Polteknaker) di The 1O1 Tugu Yogyakarta.

Rapat yang berlangsung tiga hari bertema Meretas Jalan Transformasi Politeknik Ketenagakerjaan melalui Optimalisasi Konsolidasi dan Soliditas Sumber Daya Manusia kali ini diikuti kepala program studi (kaprodi), dosen, dekan serta para staf kampus tersebut.

Menurut Zuhri, problem ketenagakerjaan mestinya ditangani serius. Polteknaker harus mampu memainkan perannya. Pada masa depan idealnya kampus ini menjadi instrumen untuk mendidik SDM ketenagakerjaan. Tujuannya supaya memiliki kemampuan, kompetensi dan mampu menggaet isu pinggiran menjadi isu sentral.

Langkah-langkah seperti ini penting sebagai upaya mendukung gebrakan Menteri Tenaga Kerja (Menaker), Ida Fauziyah, yang membuat sembilan lompatan besar di antaranya reformasi birokrasi, ekosistem digital siap kerja maupun transformasi kewirausahaan.

Zuhri menyatakan inilah bukti keseriusan Kemnaker menindaklanjuti visi misi presiden dan wakil presiden bahkan secara serius mentindaklanjuti lima program prioritas pemerintah terutama meningkatkan kualitas SDM. “Bagaimana Polteknaker ini bisa dikembangkan agar bisa memberikan kontribusi terhadap sembilan lompatan Kemnaker,” ucapnya.

Polteknaker harus melaksanakan lompatan mulai sekarang. Meski kampus ini baru berdiri, realitanya banyak pihak memberikan pengakuan dan harapan. Polteknaker sejak dua tahun silam berproses meraih akreditasi. Targetnya Maret tahun ini selesai.

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Polteknaker, Elviandi, menyampaikan lembaga pendidikan yang didirikan tahun 2017 itu merupakan perguruan tinggi vokasi. Sistem pembelajaran (perkuliahan) 70 persen praktik 30 persen teori.

“Polteknaker bukan perguruan tinggi ikatan dinas namun demikian bersinergi dengan berbagai perusahaan agar lulusannya terekrut di pasar kerja serta lebih kompetitif,” kata dia.

Polteknaker memiliki tiga program studi yaitu Program Studi Manajemen Sumber Daya Manusia (D3), Program Studi Relasi Industri (D4) serta Program Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (D4).

Brand & Business Transformer, Ermilian Heria Chandra, memberikan dukungan untuk memperkuat Polteknaker. Branding salah satunya. Polteknaker ibarat kertas yang masih putih bersih. Ke depan para lulusan kampus di Ciracas Jakarta Timur ini tidak sekadar terakreditasi tetapi juga tersertifikasi. (*)