Meningkatkan Literasi Sains Peserta Didik dengan Model Guided Inquiry

Meningkatkan Literasi Sains Peserta Didik dengan Model <i>Guided Inquiry</i>

SAAT ini masyarakat sedang memasuki era baru, terjadinya banyak perubahan di berbagai bidang terutama dalam bidang pendidikan. Tuntutan pada abad 21 menjadikan bidang pendidikan harus mengikuti perubahan zaman. Dalam kehidupan abad 21, masyakarat dimudahkan dengan adanya perkembangan IPTEK, teknologi berkembang pesat dan segala sesuai dapat diakses dengan mudah.

Sains menurut Arikunto (2021) merupakan bidang ilmu pengetahuan yang memuat materi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai oleh siswa. Zaman sekarang individu diharuskan memiliki kemampuan literasi sains sebagai bekal individu untuk menghadapi perkembangan zaman dan persaingan di dunia yang semakin modern. Ketika individu dapat menguasai kemampuan literasi sains, individu memiliki kesempatan yang jauh lebih besar pada dinamika kehidupan.

Literasi sains (science literacy) gabungan dari dua bahasa latin, literatus yang memiliki arti ditandai dengan huruf, melek huruf, atau pendidikan, sedangkan kata scientia yang berarti memiliki pengetahuan. Jadi literasi sains dapat diartikan sebagai pengetahuan yang membuka wawasan tentang ilmu pengetahuan alam. National Sciene Teacher Assosiantion menyampaikan bahwa individu yang memiliki literasi sains adalah individu yang menggunakan konsep sains, mempunyai keterampilan proses sains untuk mengikuti perkembangan sosial dan ekonomi, mengembangkan diri dalam memecahkan suatu masalah dalam kehidupan sehari-hari jika berhubungan dengan orang lain.

Pengetahuan yang biasanya dihubungkan dengan literasi sains adalah:

  1. Memahami ilmu pengetahuan alam, norma dan metode sains dan pengetahuan ilmiah.
  2. Memahami kunci konsep ilmiah.
  3. Memahami bagaimana sains dan teknologi bekerja bersamaan.
  4. Menghargai dan memahami pengaruh sains dan teknologi dalam masyarakat.
  5. Hubungan kompetensi-kompetensi dalam konteks sains, kemampuan membaca, menulis dan memahami sistem pengetahuan manusia.
  6. Mengaplikasikan beberapa pengetahuan ilmiah dan kemampuan mempertimbangkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan literasi sains harus dihubungkan dengan fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang nantinya fenomena tersebut akan dianalisis dan ditelaah melalui kegiatan ilmiah yang berakhir dengan penarikan kesimpulan.

Guided Inquiry merupakan salah satu model pembelajaran yang memiliki peran untuk membangun siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Shoimin (2014) menyampaikan bahwa strategi yang digunakan pada pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan yang menekankan pada proses berfikir secara mandiri dan analistik, guna mencari dan menemukan jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Tujuan utama penggunaan metode inkuiri terbimbing menurut Dimyati dan Moedjiono (2009: 87) yaitu meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam memperoleh dan memproses perolehan belajar.

Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Guided Inquiry (Sudrajat, 2011) sebagai berikut.

  1. Kelebihan model pembelajaran Guided Inquiry :
    1. Membantu dalam menggunakan daya ingat dan transfer pada situasi belajar.
    2. Mendorong peserta didik untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri.
    3. Mendorong peserta didik untuk berpikir inisiatif dan merumuskan hipotesisnya  sendiri.
    4. Dapat membentuk dan mengembangkan self-concept pada diri peserta didik.
    5. Memungkinkan peserta didik belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis  sumber belajar yang tidak hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar.
    6. Menghindarkan cara belajar tradisional (menghafal).

 

  1. Kekurangan model pembelajaran Guided Inquiry:
    1. Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar peserta didik yang menerima informasi dari guru apa danya menjadi belajar mandiri dan kelompok dengan mencari dan mengolah informasi sendiri. Mengubah kebiasaan bukanlah suatu hal yang mudah, apalagi kebiasaan yang telah bertahun-tahun.
    2. Guru dituntut mengubah kemasan mengajar yang umumnya sebagai penyaji  informasi menjadi fasilitator dan motivator. Hal ini merupakan pekerjaan yang tidak gampang, karena umumnya guru merasa belum mengajar dan belum puas apabila tidak menyampaikan informasi (ceramah).
    3. Metode ini dalam pelaksanaannya memerlukan penyediaan sumber belajar dan fasilitas yang memadai yang tidak selalu tersedia.
    4. Metode ini tidak efisien khususnya untuk mengajar peserta didik dalam jumlah besar, sedangkan jumlah guru terbatas.

Langkah-langkah kegiatan model pembelajaran guided inquiry yang dikemukakan oleh Jumanta Hamdayana (2022) sebagai berikut.

  1. Orientasi: guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Mengkondisikan siswa supaya memfokuskan individu untuk menghaapi masalah yang akan diselesaikan.
  2. Merumuskan masalah: merupakan langkah yang membawa siswa pada masalah yang disusun guru sesuai kemampuan siswa untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dituntut untuk aktif dan berpikir seacara mandiri.
  3. Mengajukan hipotesis: jawaban sementara yang disajikan siswa dari suatu masalah yang sedang dikaji.
  4. Mengumpulkan data: aktivitas yang dilakukan siswa yaitu mengumpulkan banyak informasi yang bisa diperoleh dari masalah tersebut, guna mengkaji hipotesis yang diajukan.
  5. Menguji hipotesis: langkah menentukan jawaban yan dianggap benar atau sesuai dengan informasi yang didapatkan berdasarkan pengumpulan data yang  didapatkan.
  6. Kesimpulan: proses mendeskripsikan temuannya yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran guided inquiry dapat diaplikasikan dalam meningkatkan literasi sains pada peserta didik saat proses pembelajaran. **

Nur Intan Septiani, S. Pd.

Mahasiswa PPG Prajabatan PGSD UAD