Sumpah Pemuda dan Gibran

Gibran adalah darah baru dalam panggung politik. Ia memang belum memiliki jam terbang tinggi dalam politik, tapi bagaimana pun, anak muda ini representasi dari generasi muda yang menjadi mayoritas jumlah pemilih pada Pemilu 2024. Terlepas dari kekurangannya, ketika berlangsung deklarasi pasangan pada Rabu (25/10/2023), Gibran berorasi dengan meninggalkan mimbar, memilih memegang mic dan menyapa para pendukung dengan caranya. Peringatan Sumpah Pemuda tahun ini, menjadi berbeda dengan peringatan tahun-tahun sebelumnya. Pembeda itu adalah, tampilnya pemuda yang menjadi bakal calon wakil presiden. Apapun hasilnya kelak, ini adalah catatan penting dalam sejarah pemuda.

Sumpah Pemuda dan Gibran

BINTANG panggung politik Pemilu 2024 adalah Gibran Rakabuming Raka. Anak muda yang baru berumur 36 tahun. Tak ada yang bisa membantah realita ini. Perjalanan karir politiknya melesat bagai meteor. Setelah terpilih sebagai Walikota Surakarta, dan belum menyelesaikan masa tugasnya, ia melejit ke panggung nasional sebagai Bacawapres Prabowo Subianto. 

Tampilnya Gibran seperti memporak-porandakan banyak kalkulasi pengamat. Dan tentu saja juga para politisi. Isu Gibran didorong ke panggung nasional memang sudah agak lama terdengar. Ketika dikonfirmasi, berulang kali Gibran menyatakan tidak. Apakah ini memang kemampuan Gibran menyembunyikan informasi penting tentang peluangnya maju ke panggung nasional, ataukah Gibran sendiri pada awalnya memang tidak tahu menahu soal persiapan menggelar karpet merah bagi dirinya? Orang lain hanya bisa menduga-duga.

Gibran menjadi perbincangan publik. Sejak sang paman, Ketua MK, resmi menggelar “karpet merah”, banyak orang mulai membincangkan sosok Gibran. Pembicaraan makin seru, ketika Partai Golkar melalui forum Rapimnas memutuskan mengusung Gibran sebagai bacawapres Prabowo. Apalagi, setelah Prabowo pada 22 Oktober malam resmi mengumumkan duetnya dengan Gibran, yang notabene masih belum jelas statusnya sebagai kader PDI-P.

Sikap PDI Perjuangan tentang status Gibran sampai tulisan ini diunggah, belum satu suara. Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto menyebut, Gibran sudah pamit kepada Ketua DPP PDI-P Puan Maharani. Ketika dikejar pertanyaan apakah itu berarti Gibran dipecat dari PDI-P, Hasto menyebut, arti pamit kan sudah jelas. Sementara Ketua DPC PDI-P Rudy mengatakan, ia tidak akan memecat Gibran. Sebaliknya meminta Gibran segera mengembalikan kartu anggota PDI-P yang diterimanya sejak 19 September 2019. Sedang Ketua DPP PDI-P Komarudin Watubun menegaskan, secara de facto Gibran sudah bukan lagi kader PDI-P ketika ia menjadi bacawapres Prabowo. Langkah politik Gibran, telah membuat galau PDI-P yang berperan dalam karir politik putera Jokowi ini.

Akhirnya, tudingan politik dinasti kepada Presiden Joko Widodo menjadi bola panas yang terus menggelinding di lapangan politik Indonesia. Sebagai Presiden, Joko Widodo menegaskan sikapnya bahwa ia mendukung ketiga pasangan calon capres-cawapres. Sebagai ayah Gibran, Jokowi menyatakan bahwa tugasnya adalah mendoakan dan merestui langkah Gibran maju dalam kontestasi Pilpres 2024. Semua kubu kontestan di luar Koalisi Indonesia Maju yang mengusung Prabowo-Gibran, was-was bahwa Jokowi akan menggunakan kekuasaan yang sedang dipegangnya untuk memenangkan pasangan Prabowo-Gibran.

Kubu yang paling terpukul, tentu saja PDI-P bersama koalisinya. Jokowi dan Gibran adalah dua politisi yang naik ke panggung masing-masing menggunakan kendaraan PDI-P. Dan sekarang, keluarga Jokowi seperti melupakan PDI-P. Pencalonan Gibran yang direstui Jokowi dianggap sebagai sikap “tidak tahu balas budi”. Pengamat pun kemudian berspekulasi, bahwa sisa pemerintahan Jokowi setahun ke depan akan banyak mendapat hambatan dari PDI-P bersama koalisinya yang bila mengajak kekuatan partai politik pengusung Anis-Imin, menguasai lebih dari 50% kursi parlemen. Akankah terjadi?

Bagaimana pun, langkah politik luar biasa telah dilakukan Partai Golkar, yang mengesampingkan kepentingan pribadi, kelompok dan golongan. Amanah Munas Golkar yang berbulat tekad mengusung Airlangga Hartarto sebagai capres, ditanggalkan demi memberi tiket emas kepada anak muda bernama Gibran. Golkar-lah yang membuka jalan bagi generasi muda untuk tampil ke panggung politik nasional menjelang datangnya Indonesia Emas 2045.

Gibran adalah darah baru dalam panggung politik. Ia memang belum memiliki jam terbang tinggi dalam politik, tapi bagaimana pun, anak muda ini representasi dari generasi muda yang menjadi mayoritas jumlah pemilih pada Pemilu 2024. Terlepas dari kekurangannya, ketika berlangsung deklarasi pasangan pada Rabu (25/10/2023), Gibran berorasi dengan meninggalkan mimbar, memilih memegang mic dan menyapa para pendukung dengan caranya.

Peringatan Sumpah Pemuda tahun ini, menjadi berbeda dengan peringatan tahun-tahun sebelumnya. Pembeda itu adalah, tampilnya pemuda yang menjadi bakal calon wakil presiden. Apapun hasilnya kelak, ini adalah catatan penting dalam sejarah pemuda. **