Khutbah Idul Fitri di Lapangan Minggiran, Ustad Nur Kholis: Kesepian Akibat Digitalisasi

Sering kali, saat ada kabar duka, grup WhatsApp ramai dengan ucapan belasungkawa, tetapi yang datang untuk takziah semakin sedikit.

Khutbah Idul Fitri di Lapangan Minggiran, Ustad Nur Kholis: Kesepian Akibat Digitalisasi
Seorang bocah mengedarkan infak keliling di sela Salat id 1446 H di lapangan Minggiran Mantrijeron Yogyakarta, Senin (31/3/2025). (muhammad zukhronnee muslim/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Ribuan jamaah memadati Lapangan Minggiran Mantrijeron Kota Yogyakarta saat Salat Idul Fitri 1446 H, Senin (31/3/2025) pagi. Cuaca cerah mengiringi pelaksanaan ibadah yang berlangsung khidmat hingga jamaah meluber ke sisi kiri dan kanan jalan.

Ustad Dr H Nur Kholis S Ag MA selaku imam dan khatib dalam khutbahnya menyoroti tiga tantangan besar yang dihadapi umat Islam saat ini, yakni kesepian akibat digitalisasi, memudarnya kebersamaan sosial dan melemahnya nilai spiritualitas.

"Semakin canggihnya teknologi komunikasi berbasis digital membuat interaksi langsung berkurang. Kita hidup di tengah banyak orang, tetapi tetap merasa kesepian," ujar Nur Kholis.

Dia menekankan pentingnya membangun kembali komunikasi tatap muka agar hubungan dalam keluarga dan masyarakat semakin kuat. Selain itu, Nur Kholis juga menyoroti menurunnya kepedulian sosial di tengah masyarakat.

Semakin sedikit

“Sering kali, saat ada kabar duka, grup WhatsApp ramai dengan ucapan belasungkawa, tetapi yang datang untuk takziah semakin sedikit,” katanya.

Dia mengingatkan, ajaran Islam menekankan pentingnya solidaritas, sebagaimana dijelaskan dalam Al Quran tentang keutamaan bersedekah dan menolong sesama.

Tantangan terakhir yang disampaikan adalah hilangnya nilai-nilai spiritualitas akibat gaya hidup materialistis dan konsumtif.

“Banyak umat Muslim yang mulai meninggalkan salat dan lebih mengutamakan duniawi. Padahal, dunia ini hanya tempat ujian, bukan tujuan akhir,” ungkapnya.

Keseimbangan hidup

Khutbah ditutup dengan ajakan untuk kembali memperkuat keimanan dan keseimbangan hidup.  “Jangan sampai kita lalai dan melupakan tujuan hidup sejati,” tandasnya.

Salat Idul Fitri di Lapangan Minggiran berjalan lancar dan penuh khidmat menjadi momentum kebersamaan bagi umat Muslim di Yogyakarta, setidaknya sebagai langkah awal mengembalikan silaturahmi dengan cara tatap muka langsung, tanpa meninggalkan teknologi. (*)