Ribuan Jamaah Memadati Masjid Agung Kulonprogo

Dengan perdamaian, kelompok atau bangsa yang awalnya saling menyalahkan dan mengganggu sesama, akhirnya berhenti dan saling memaafkan, bahkan mereka menjadi kelompok yang sangat solid dan akur.

Ribuan Jamaah Memadati Masjid Agung Kulonprogo
Khatib Kiai Samsudin saat Khutbah Idul Fitri 1446 Hijriah di Masjid Agung Wates, Senin (31/3/2025). (anung marganto/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, KULONPROGO -- Ribuan jamaah Salat Idul Fitri 1446 Hijriah memadati Masjid Agung Wates Kulonprogo. Wakil Bupati Kulonprogo Ambar Purwoko menjadi imam sedangkan khatib oleh Kiai Samsudin dan bilal Kiai Ali Sodiqin.

Kiai Samsudin mengawali khutbahnya mengajak untuk senantiasa memantapkan takwa dan iman kepada Allah SWT. Sesama muslim harus selalu menguatkan dan mengingatkan dalam ikatan ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah Insaniyah sesama hamba Allah.

“Sebulan menjalani ibadah Ramadan telah banyak memperoleh capaian di antaranya  kasih sayang, limpahan ampunan dan ketakwaan kepada Allah SWT,” katanya.

Semua capaian itu, menurut dia, melekat sebagai karakter dan identitas yang diterapkan dalam pergaulan dan interaksi terhadap masyarakat baik sesama muslim maupun sesama manusia.

Para ulama berfoto bersama usai Salat Idul Fitri 1446 H di Masjid Agung Wates Kulonprogo. (istimewa)

“Itulah wujud Islam sebagai Rahmatan lil ‘Alamin, yakni agama yang selalu mengedepankan pentingnya kerukunan dan kedamaian dalam kehidupan,” ungkapnya.

Kiai Samsudin mengambil pandangan dari Imam Fakhruddin ar-Razi dalam kitab Tafsir Mafatihul Ghaib menjelaskan salah satu kandungan yang berisi perintah mengajak orang lain berdamai dan menciptakan perdamaian.

Sebab, lanjutnya, dengan perdamaian potensi terjadinya hal-hal yang bisa membahayakan manusia akan hilang. Misalnya, tidak akan terjadi konflik, peperangan dan pertumpahan darah.

Dan apabila ada dua golongan orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat zalim terhadap (golongan) yang lain, maka perangilah (golongan) yang berbuat zalim, sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah. Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlakulah adil. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.”.

Berdamai

Dia menambahkan pandangan dari Imam Abu Muhammad al-Baghawi dalam kitab Tafsir Ma’alimut Tanzil. Allah SWT menurunkan ayat ketika dua golongan sahabat Ansar terjadi konflik.

Mereka tidak ada yang mau memaafkan kesalahan yang lainnya dan saling menyalahkan. Setelah ayat ini turun, kemudian kedua pihak dari sahabat Ansar itu dipanggil oleh Rasulullah SAW untuk dinasihati dan dibacakan ayat tersebut, seketika itu juga akhirnya mereka berdamai dan saling memaafkan.

“Dengan perdamaian, kelompok atau bangsa yang awalnya saling menyalahkan dan mengganggu sesama, akhirnya berhenti dan saling memaafkan, bahkan mereka menjadi kelompok yang sangat solid dan akur. Oleh karena itu kita semua harus meneladani semua yang dicontohkan oleh Nabi SAW, tidak hanya perihal ibadah dan muamalah saja, namun juga dalam menjaga stabilitas keamanan dan perdamaian antar sesama, guna menciptakan kerukunan dan solidaritas antar sesama manusia,” kata Kiai Samsudin.

Hal ini sangat relevan dengan nilai-nilai Islam yang menganjurkan umat mukmin untuk berbuat baik dan berlaku adil kepada siapa pun termasuk pada mereka yang berbeda agama.

Berbuat adil

“Allah tidak melarang kalian berbuat baik kepada non-muslim yang tidak memerangi kalian seperti berbuat baik dan adil kepada wanita dan orang yang lemah di antara mereka,  karena Allah menyukai orang yang berbuat adil,” terangnya.

Misi utama Al Quran dalam kehidupan bermasyarakat dalam ayat itu adalah untuk menegakkan prinsip kerukunan dan kedamaian serta toleransi sekalipun di antara warganya terdapat perbedaan keyakinan.

Kiai Samsudin pada akhir khutbahnya mengambil pandangan Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya Iman wal Hayah (Iman dan Kehidupan) menjelaskan beberapa prinsip yang menjadi dasar kedamaian.

Disebutkan, buah kasih sayang yang ditanamkan oleh iman dalam hati dan kehidupan seorang muslim adalah kebebasan nurani dari iri hati dan dengki. Iman merupakan mesin penggerak kedamaian yang menghancurkan potensi kebencian dan permusuhan.

Murah hati

Lebih lanjut dia menyatakan muslim yang baik tidak menaruh dendam dan permusuhan karena dia suka memberi maaf dan bermurah hati, dia sanggup menahan kemarahan walau dia berkuasa, berhak dan mampu melaksanakannya, dia berlapang hati, walaupun dia benar.

“Muslim yang baik lebih mendahulukan dan mengutamakan kepentingan saudaranya, daripada keperluan sendiri. Hal ini dibuktikan di zaman Rasulullah, Kaum Ansar (penduduk asli Madinah) memberi bantuan terhadap saudaranya kaum Muhajirin sehingga tercipta persaudaraan yang sangat erat berdasarkan jiwa dan semangat kasih sayang, serta keikhlasan,” terangnya.

“Selain itu, Al Qardhawi menekankan bahwa toleransi dan dialog sebaiknya lebih menekankan pada titik kesamaan pandangan dan bukan justru menunjukkan sisi perbedaan. Islam menganjurkan untuk menyebarkan semangat toleransi, kerahmatan, persahabatan dalam berinteraksi antar penganut agama dan bukan semangat fanatisme,” kata alumnus Pondok Pesantren Lirboyo Kediri itu.

Hadir dalam Salat Idul Fitri sejumlah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kulonprogo bersama warga masyarakat sekitar. (*)