Demo Mahasiswa di Gedung Agung Yogyakarta sempat Memanas

Demo Mahasiswa di Gedung Agung Yogyakarta sempat Memanas
Aksi demonstrasi mahasiswa di depan Istana Kepresidenan Gedung Agung Yogyakarta. (muhammad zukhronnee ms/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Meski sempat memanas, aksi demonstrasi Aliansi Jogja Memanggil di depan Istana Kepresidenan Gedung Agung Yogyakarta pada Kamis (20/2/2025) tetap berlangsung kondusif. Tidak ada bentrokan fisik antara massa aksi dengan aparat keamanan yang berjaga.

Situasi sempat memanas sekitar pukul 15.30 WIB, ketika massa yang sebelumnya duduk di jalur pedestrian tiba-tiba berdiri dan mendekat ke Gedung Agung.

Mereka menyanyikan yel-yel "buka, buka, buka pintunya, buka pintunya sekarang juga" sambil mengarahkan mobil komando ke arah gerbang.

Beberapa demonstran kemudian mengumpulkan dan membakar ban dan botol plastik. Asap hitam terlihat mengepul hingga pukul 15.50 WIB. 

Sejumlah orang juga melakukan pelemparan botol ke arah Gedung Agung, yang langsung direspon aparat keamanan dengan mengambil posisi siaga di depan gerbang.

Koordinator lapangan dari UIN, Derian menjelaskan, aksi ini merupakan bentuk protes terhadap pemangkasan anggaran pendidikan.

"Tujuan dari aksi ini adalah penolakan inpres terhadap pemangkasan anggaran pendidikan. Yang mana anggaran dipangkas ini mau dikemanakan dan tidak pernah dijelaskan oleh presiden kita," jelasnya kepada wartawan di lokasi.

Sebelumnya, massa yang tergabung dalam Aliansi Jogja Memanggil tiba di Gedung Agung sekitar pukul 13.30 WIB setelah melakukan long march dari Tempat Parkir Abu Bakar Ali. Dalam perjalanan, mereka sempat menggelar aksi teatrikal di Jalan Margo Mulyo dengan 'memakan' lampu neon.

Setiba di lokasi, massa yang mayoritas mahasiswa membentangkan spanduk besar bertuliskan "Rakyat Marah" dengan gambar sejumlah tokoh menyerupai pejabat negara.

Mereka juga mengibarkan bendera Merah Putih setengah tiang dan memasang spanduk hitam-putih bertulisan "#IndonesiaGelap. Garuda Pancasila Bukan Boneka Konstitusi".

Mustofa, salah satu peserta aksi menyampaikan beberapa tuntutan termasuk penolakan inpres mengenai efisiensi anggaran dan prioritas pada sektor pendidikan dan kesehatan. 

"Tuntutan kami pada mengembalikan APBN kepada jumlah yang semestinya yakni 20 persen," ujarnya.

Aksi di Yogyakarta ini merupakan bagian dari gerakan "Indonesia Gelap" yang digelar serentak di berbagai kota dari Banda Aceh hingga Makassar. 

Para demonstran menyoroti berbagai kebijakan era Presiden Prabowo Subianto yang dinilai memberatkan rakyat, mulai dari kenaikan PPN menjadi 12 persen hingga kelangkaan gas LPG 3 kg.

Massa juga mengkritik Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang mengambil dari anggaran pendidikan, kebijakan efisiensi anggaran yang berdampak pada layanan publik, pemberian konsesi tambang kepada ormas dan kampus, serta kekhawatiran akan menguatnya pendekatan militerisme dalam pengelolaan negara.

Meski aksi berlangsung hingga sore hari dengan beragam tuntutan, situasi tetap terkendali berkat koordinasi yang baik antara pengunjuk rasa dan aparat keamanan. 

Massa aksi tetap menyampaikan aspirasi mereka dengan tertib sembari terus dipantau oleh petugas yang berjaga di sekitar Gedung Agung hingga membubarkan diri pada pukul 17:00 petang. (*)