Menengok Kalurahan Srigading, Desa Pantai yang Menyimpan Potensi Wisata Laut Selatan
Kami memanfaatkan potensi wisata nggo golek duit masyarakat dan pemerintah.
KORANBERNAS.ID, BANTUL – Kalurahan Srigading sebagai bagian dari wilayah Kapanewon Sanden terkenal sebagai desa pantai. Ini karena hampir semua wilayah desa tersebut merupakan dataran rendah dengan ketinggian 2 - 10 meter di atas permukaan laut.
Desa ini memiliki wilayah Pantai Selatan (Pansela) Jawa serta dilewati aliran Sungai Winongo Kecil sebagai salah satu potensi wisata yang masih tersimpan dan belum seluruhnya tergarap optimal.
“Terus terang, kami memanfaatkan potensi wisata nggo golek duit masyarakat dan pemerintah. Kami sudah menjadi desa wisata dan desa maritim. Dari desa maritim kami memperoleh anggaran Rp 750 juta, dua kali,” ungkap Prabowo Sugondo, Lurah Srigading Bantul.
Berbicara pada Forum Diskusi Wartawan Unit DPRD DIY, Rabu (24/7/2024), dia menyampaikan optimismenya mampu mengelola potensi tersebut untuk menggerakkan perekonomian masyarakat.
Mantan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang pernah bertugas di Kulonprogo itu menambahkan, salah satu potensi yang terus dikembangkan adalah keberadaan Laguna Pengklik yang tidak jauh dari Pantai Samas.
Peroleh danais
Laguna tersebut kini menjadi lokasi penanaman mangrove. ”Wilayah Pengklik ke arah timur ini memang cocok ditanami mangrove. Kita sudah tanam sembilan ribu mangrove dengan nilai Rp 191 juta,” ungkapnya.
Dari mangrove itulah akhirnya Laguna Pengklik dikembangkan lagi menjadi destinasi wisata wisata kano setelah memperoleh Dana Keistimewaan (Danais) sebagai konsekuensi dari predikat yang disandangnya, Desa Mandiri Budaya.
Diakui, destinasi Laguna Pengklik memang sempat mati suri sekitar lima-enam tahun. Sedangkan upaya mencari investor terkendala status lahan yang seluruhnya Sultan Ground (SG) atau tanah milik Keraton Yogyakarta.
Prabowo Sugondo bersyukur saat ini Laguna Pengklik kembali menggeliat seiring mengalirnya dukungan dari Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul maupun Pemda DIY. Harapannya, keberadaan mangrove serta wisata kano mampu membuat perekonomian warga Srigading terus bergerak.
"Danais kami peruntukkan untuk investasi fisik maupun SDM agar perekonomian menggeliat. Di Pengklik mangrovenya bisa tumbuh, kano ada kegiatan, juga outbound. Harapannya terus ada pergerakan perekonomian masyarakat," kata Prabowo Sugondo.
Konservasi
Kepala Bidang (Kabid) Pengembangan Destinasi Dinas Pariwisata Bantul, Yuli Hernadi, menambahkan wisata Laguna Pengklik merupakan obyek wisata air dan konservasi.
Laguna Pengklik menawarkan wahana air wisata kano yang dikelola oleh kelompok Dewilambudi Rejosari (Desa Wisata Alam Budaya dan Edukasi Tegalrejo Tegalsari). Dengan semangat, kelompok desa wisata melakukan renovasi dan pembersihan area Pengklik mulai dari memperbaiki fasilitas toilet hingga gedung pertemuan.
Menariknya, wisata kano Laguna Pengklik tarifnya relatif rendah, paket 30 menit cukup dengan harga Rp 30 ribu, sedangkan paket satu jam dipatok Rp 50 ribu, dengan perahu kano yang berkapasitas dua orang.
Ketua Penggerak Dewilambudi Rejosari, Rizal Archa Madhani, menyampaikan kano yang tersedia saat ini berjumlah 10 unit, 9 kano berkapasitas 2 orang dan 1 kano berkapasitas 1 orang. Wisata kano pengklik juga menawarkan jasa pemandu, foto dan video, agar bisa mendokumentasikan momen berharga wisatawan.
Keselamatan wisatawan dalam wisata air terjamin dengan adanya pelatihan pemandu kano dari Pos TNI AL Samas. Sarana pendukung di Pengklik saat ini terdiri dua gazebo untuk wisatawan serta fasilitas parkir dan toilet.
Dukungan DPRD DIY
Menurut Rizal, wahana air kano untuk sementara baru melayani wisatawan pada hari Sabtu dan Minggu. Apabila wisatawan ingin berwisata pada hari Senin sampai Jumat harus reservasi terlebih dahulu.
Anggota Komisi B DPRD DIY yang salah satunya membidangi pariwisata, Suwardi, memberikan dukungan penuh upaya Pemdes Srigading maupun Dewilambudi Rejosari yang terus berbenah.
Wakil rakyat dari Partai Golkar itu bersemangat ingin ikut mengangkat destinasi yang belum banyak dieksplorasi supaya lebih dikenal. "Kami berharap ketika obyek wisata ramainya bertahap, dengan proses, maka bisa berberlanjutan kemudian menimbulkan efek jangka panjang meningkatkan ekonomi masyarakat,” kata Suwardi, anggota dewan yang pernah menjadi kades itu.
Sudah selayaknya Pemda DIY memberikan dukungan kepada Pemerintah Kalurahan Srigading bersama Dinas Pariwisata Bantul mem-branding destinasi wisata itu.
Misalnya, dengan atraksi wisata pada event-event tertentu sehingga mampu menjadi bagian dari kebijakan besar menjadikan Kabupaten Bantul sebagai Wisata Budaya Bumi Mataram. (*)