Melihat Sastra Bulan Purnama dari Rumah
KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Sastra Bulan Purnama edisi 103 yang digelar Rabu (8/4/2020) tidak diselenggarakan di Tembi Rumah Budaya melainkan live di youtube.
Akibat wabah Corona atau Covid-19, masing-masing penyair yang rencananya tampil di Tembi sengaja dibatalkan. Sebagai gantinya mereka membaca puisi dari rumah, direkam kemudian dikirim ke penanggung jawab event tersebut.
Ini merupakan seri pertama Poetry Reading from Home Sastra Bulan Purnama Tembi Rumah Budaya yang diselenggarakan rutin setiap bulan. Karena kondisi tidak memungkinkan untuk berkumpul maka pentas sastra di Tembi ditiadakan, tetapi pembacaan puisi tetap diteruskan.
Penyair dan penyelenggara tidak saling bertemu namun saling kontak dan hasilnya berupa video rekaman yang diolah Yuladi selaku IT Tembi Rumah Budaya menjadi satu pertunjukan di youtube.
Poetry Reading from Home ditayangkan tepat pukul 19:30, selesai pukul 21:00. Padahal biasanya, Sastra Bulan Purnama berlangsung 2-2,5 jam dimulai pukul 20:00 selesai pukul 22:30.
Retno Darsi Iswandari, seorang perempuan penyair dari Yogyakarta yang kini tinggal di Australia ikut menyaksikan.
Memang tidak banyak yang melihat secara live, ada sekitar 20, kadang-kadang ada yang “lepas” sehingga tinggal 19 orang kemudian tambah lagi.
Mereka yang tidak melihat karena koneksi wifi-nya lambat sehingga putus-putus. Sebagian menyampaikan lupa menonton.
Selain bisa chatt secara interaktif para penyair juga saling menyapa dan memberikan dukungan. Ada pula yang menulis komentar tetapi tidak langsung melalui chatt interaktif melainkan dikirim WA, seperti dilakukan Chandra Gautama, seorang editor senior dari penerbit buku Kepustakaan Populer Gramedia (KPG). “Ons, aku kok malah ngantuk ya nonton acaramu,” tulis Candra.
Ada juga yang mengirim pesan WA tidak bisa akses channel, padahal yang lain bisa membuka dan memberi komentar gambar dan suaranya bagus. Seorang teman lainnya memberikan kiriman screenshoot poetry reading from home kemudian dibalas temannya dengan komentar: “Sudah bisa, jelas gambar dan suaranya” tulis Bambang Kusumo, Dekan Fisip Atma Jaya Yogyakarta.
Ons Untoro selaku penanggung jawab Sastra Bulan Purnama menyampakan, baru kali ini pembacaan puisi dilakukan di rumah.
“Memang membaca langsung di hadapan penonton dengan membaca di depan kamera dua hal yang berbeda. Padahal membaca di depan kamera untuk dilihat orang, ini yang mungkin sering dilupakan ketika sedang membaca dan direkam,” ujarnya.
Tampil kaku
Aming Aminoedhin, penyair dari Mojokerto, mengakui penampilannya terlihat kaku saat membaca puisi di depan kamera. Padahal biasanya membaca di depan penonton tidak memiliki beban bahkan sering santai saja. “Mungkin karena saya tidak terbiasa membaca puisi di depan kamera” kata Aming.
Menurut dia, semua penyakir tampil sungguh-sungguh. Misalnya, Tara Nusantara dan Yanz Haryo D yang mengolah puisi berjudul Kepada Nimas karya Menik Sithik menjadi sebuah pertunjukan tari.
Atau petikan gitar dan lagu puisi salah satunya dari Denny Arivian yang mengalunkan lagu puisi berjudul Persekutuan Sunyi karyanya sendiri.
Para penampil lain, Bambang Supranoto dari Cepu membacakan puisi sambil memainkan piano mengiringi anaknya membaca puisi karyanya disertai nyanyian.
Penampil lain Puji Isdraini dari Jakarta, Minto Rahayu, dari Bogor, Watik Sulistiyo dari solo, Agnes Andhani dari Madiun, Wieranto dari Solo, Deded Setiadi dari Magelang, Kurnia Effendi dari Jakarta dan beberapa penyair lainnya dari Yogyakarta.
“Jadi, Poetry Reading from Home melalui live di yotube, tidak hanya membaca puisi dari rumah, melainkan orang lain bisa melihat pembacaan puisi di Sastra Bulan Purnama dari rumah dan bisa saling bersapa,” kata Ons. (sol)