KKN UGM Mendorong Pembangunan Kesehatan Kecamatan Hawu Mehara, NTT

KKN UGM Mendorong Pembangunan Kesehatan Kecamatan Hawu Mehara, NTT

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Tiga puluh mahasiswa UGM Yogyakarta, saat ini hampir menyelesaikan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kecamatan Hawu Mehara, Kabupaten Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Wilayah itu termasuk salah satu yang berpredikat 3-T atau terdepan, terpencil dan terluar. Selain berpredikat wilayah 3-T, Kecamatan Hawu Mehara termasuk wilayah sulit air.

Dosen pembimbing KKN, Dr. Widya Nayati, M.A. dalam keterangannya kepada koranbernas.id Minggu (22/8/2021) menjelaskan, selama menjalani KKN secara daring (dalam jaringan), para mahasiswa KKN dari berbagai fakultas itu mendorong terwujudnya Hawu Mehara sebagai wilayah sehat dan bahagia. Oleh karena itu, program yang dirancang adalah bentuk-bentuk pembelajaran yang dikemas dalam bentuk video, leaflat, booklet, podcast dll.

“Tercatat ada 122 produk. UGM sudah dua kali mengirim mahasiswa KKN untuk wilayah Kecamatan Hawu Mehara. Tahun 2020, ada 24 mahasiswa yang terlibat KKN secara daring di sana,” ujar Widya, yang juga Kepala Pusat Studi Wanita UGM ini.

Ia menambahkan, hasil kerja mahasiswa UGM ini disimpan di perpustakaan yang memiliki Pojok Baca -- yang sudah direncanakan keberadaannya. Semua program kerja berupa tutorial disiapkan untuk menjadikan Hawu Mehara sebagai wilayah sehat dan produktif.

Problem stunting yang ada di Kabupaten Sabu Raijua, jelas Widya yang juga dosen jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya ini, disikapi dengan membangun komunikasi keluarga seperti pada program Tumbuh Kuat dalam Keluarga Sejahtera. Informasi tentang hidup sehat dimulai sejak dini. Program mengenalkan makanan sehat bergizi dengan membuat video animasi. Dalam tayangan ini, masing-masing anak membawa makanan dari rumah ketika mereka berpiknik di lingkungannya. Masing-masing anak menjelaskan apa yang dibawa dan mempraktekkan pelajaran di sekolah tentang karbohidrat, protein  dan sebagainya.

Pemahaman tentang makanan bergizi yang dapat diolah dari lingkungan sekitar juga disampaikan. Usaha memerangi stunting dilakukan sejak anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua. Penyiapan makanan bergizi dengan menyiapkan bahan pangan di keluarga diingatkan kepada masyarakat.  Berbagai cara menanam kebutuhan pangan cara sungkup, vertikal, lele-sayur, mengolah daging menjadi sosis, kornet, pepes ikan, serta penyedap rasa dari rumput laut dan cabai. Selain itu, dikenalkan juga camilan yang sehat misanya cara membuat nastar jagung, permen jelly rumput laut, es cream, kripik jagung-rumput laut, cheese stick kelor. Kesemuanya selain untuk mendukung gizi keluarga juga dapat dikembangkan menjadi bisnis keluarga.

Informasi tentang kesehatan ibu dan anak juga disampaikan melalui video, booklet serta poster.  Masalah diare dan ISPA dikenalkan supaya pasangan suami istri, dan keluarga memahami pentingnya kesehatan.

Kesehatan pasangan yang baru menikah juga menjadi perhatian dalam rangka mengurangi stunting. Program tentang Kalender Bulan-ke-Bulan Kehamilan, penggunaan obat pada ibu hamil dan menyusui dan tentang pengenalan DAGUSIBU (DApatkan, GUnakan, SImpan dan BUang). “Sehat itu bukan berarti tidak sakit, namun sehat adalah mampu hidup berkualitas dengan memanfaatkan bahan pangan sekitar,” katanya. **