Keroncong Plesiran Digelar di Hutan Pinus Mangunan
Kepala Dinas Pariwisata DIY, Singgih Raharjo, menekankan transformasi pembiayaan acara ini. 2.000 tiket habis terjual.
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Keroncong Plesiran, festival musik yang telah memasuki tahun ke-8 kembali hadir dengan semangat revolusi musik tradisional. Event tahunan ini tidak hanya menjadi ajang pelestarian budaya tetapi juga terbukti sebagai model sukses pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif di Kota Yogyakarta.
Ari Kancil selaku inisiator sekaligus Ketua Panitia Keroncong Plesiran mengungkapkan, edisi ke-8 akan digelar 20 Juli 2024 di Hutan Pinus Mangunan. "Kami kembali menghadirkan sederet artis nasional dan lokal ternama," ujarnya saat konferensi pers, Senin (15/7/2024).
Lineup artis yang akan memeriahkan acara meliputi nama-nama besar seperti Isyana Sarasvati dan Ardhito Pramono. Selain itu, penampil lainnya termasuk Mas Dho, Paksi Raras Alit, dan Boris Sirait yang akan bertindak sebagai konduktor.
Tidak hanya artis solo, Keroncong Plesiran juga akan menampilkan beberapa orkestra keroncong. Di antaranya adalah OK Hompimpah dari Ponorogo, OK Pramudya Swara dan OK Hamkri Bantul.
Berbagai format
"Kami menghadirkan berbagai format keroncong mulai dari keroncong asli, modern, hingga orkestra. Ini adalah upaya kami untuk memberikan pengalaman musik keroncong yang beragam dan inovatif," tambahnya.
Keroncong Plesiran bukan sekadar pertunjukan musik biasa. Event ini memberikan pengalaman estetis berupa kebebasan berekspresi dan berimprovisasi bagi para musisi.
"Kami mengajak penonton untuk menikmati pertunjukan yang menawarkan nuansa refreshing di alam terbuka. Alunan musik keroncong progresif berpadu harmonis dengan keindahan alam sekitar," kata dia.
Kepala Dinas Pariwisata DIY, Singgih Raharjo, menekankan transformasi pembiayaan acara ini. "Sejak 2019, kami mendorong kemandirian dengan penjualan tiket. Hasilnya sungguh menggembirakan. 2.000 tiket habis terjual," ungkap Singgih.
Kesuksesan ini mengubah konsep pembiayaan dari yang sebelumnya ditanggung penuh pemerintah menjadi lebih mandiri. Keroncong Plesiran tidak hanya menawarkan pertunjukan musik tetapi juga pengalaman wisata yang unik. Bersama komunitas Simphony Kerontjong Moeda, acara ini digelar di destinasi wisata di DIY.
Menarik wisatawan
Keroncong Plesiran menerapkan konsep 3A pariwisata taitu Amenitas, Aksesibilitas dan Atraksi. Hal ini menjadikan event ini tidak hanya menarik bagi pencinta musik, tetapi juga bagi para wisatawan.
Kemandirian Keroncong Plesiran berdampak positif pada komunitas dan ekonomi lokal. Event ini menjadi kebanggaan komunitas dan memperkuat ekosistem kesenian.
Dampak positif ini dirasakan oleh berbagai pihak. Mulai dari seniman, pelaku dan pekerja event, hingga masyarakat setempat turut merasakan manfaat ekonomi dari penyelenggaraan Keroncong Plesiran.
Singgih berharap model ini dapat menjadi contoh bagi komunitas lain. "Ke depannya, porsi sponsor akan semakin besar, mengurangi ketergantungan pada bantuan pemerintah," tambahnya.
Sentuhan modernitas
Keroncong Plesiran telah membuktikan bahwa pelestarian budaya dapat berjalan seiring dengan inovasi dan kemandirian ekonomi. Festival ini tidak hanya melestarikan musik keroncong dengan sentuhan modernitas, tetapi juga berkontribusi signifikan terhadap pariwisata dan ekonomi kreatif Yogyakarta.
Kesuksesan Keroncong Plesiran menunjukkan bahwa kolaborasi antara pemerintah, komunitas dan sektor swasta dapat menciptakan model pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif yang berkelanjutan.
Event ini menjadi bukti nyata bagaimana acara budaya dapat berkembang dari ketergantungan subsidi menuju kemandirian finansial. Pada saat yang sama, Keroncong Plesiran tetap berhasil menjaga warisan budaya dan mendukung ekonomi lokal.
Yang tak kalah penting, lanjut Singgih, Keroncong Plesiran berhasil menarik minat generasi muda terhadap musik tradisional. "Dengan pendekatan yang segar dan inovatif, festival ini membuktikan bahwa musik keroncong masih relevan dan menarik bagi berbagai kalangan," tandasnya. (*)