Yogyakarta Barometer Pantomim, 45 Pantomimer akan Tampil di TBY

Yogyakarta patut berbangga memiliki sejarah panjang jejak pantomim.

Yogyakarta Barometer Pantomim, 45 Pantomimer akan Tampil di TBY
Konferensi pers menjelang Pentas Pantomim Tahun 2024 dengan tajuk Pantomim dan Api Gagasan, Jumat (26/4/2024), di TBY. (sholihul hadi/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Taman Budaya Yogyakarta (TBY) kembali memberikan ruang ekspresi bagi seniman pantomim. Sejumlah 45 pantomimer akan tampil pada pergelaran dengan tajuk utama Pantomim dan Api Gagasan, Selasa (30/4/2024), di TBY. Langkah tersebut sekaligus menjadi bukti hingga saat ini Yogyakarta masih menjadi barometer pantomim di Indonesia.

Kepala TBY, Purwiati, saat konferensi pers di TBY, Jumat (26/4/2024), menyampaikan Pentas Pantomim Tahun 2024  konsepnya memang agak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Para seniman memperoleh kesempatan mengekspresikan ide-ide yang liar dan gila, dalam tanda kutip.

“Tahun ini Pentas Pantomim dengan ide eksperimental sehingga tersaji pantomim yang unik. Setiap tahun kami rutin memberi ruang kolaborasi untuk mengekspresikan ide-ide kreatif. Harapan kami, pantomim tidak lagi terpinggirkan,” ujarnya.

Menurut dia, event tahun ini ibarat angin segar sehingga seni di DIY, termasuk pantomim, dapat beradaptasi dengan zaman. “Ternyata sekarang dengan sarana digital dan teknik lainnya akan menambah keunikan gelaran pantomim,” tambahnya.

Bagi TBY, Pentas Pantomim Tahun 2024 yang bisa disaksikan oleh masyarakat umum secara gratis itu diharapkan menjadi referensi untuk melihat gambaran lima tahun ke depan seperti apa geliat seni pantomim di provinsi ini.

ARTIKEL LAINNYA: Seniman Purworejo Pentas Pantomim di Alun-alun

Prinsip, kata Purwiati, berbagai jenis seni memperoleh fasilitasi. “Tidak ada (anggapan) sing difasilitasi kok pertunjukan tari dan ketoprak saja. Fotografi juga, sudah mulai dua tahun ini. Mudah- mudahan menjadi oase dan ruang berekspresi,” harapnya.

Melihat kondisi sosial serta modal sejarah dari para pelaku seni, lanjut dia, sudah seharusnya dan wajib Pemerintah DIY menjadikan pantomim Yogyakarta sebagai aset dan salah satu visi penting bagi tawaran pertumbuhan nilai gagasan keistimewaan Yogyakarta dalam bidang kebudayaan, baik di tingkat daerah, nasional maupun internasional.

“Harapan ke depan adalah pantomim Yogyakarta sebagai sebuah wacana disiplin pengetahuan dapat terbuka terhadap disiplin pengetahuan lain. Pantomim sebagai pertunjukan memiliki nilai multiinterpretasi serta inklusi,” tambahnya.

Dia menambahkan, Taman Budaya Yogyakarta selalu berusaha menggandeng dan memfasilitasi para narasumber seniman pantomim Yogyakarta sebagai mitra kerja sama untuk mengembangkan ide, gagasan, pengembangan karya pantomim bagi seniman dan masyarakat.

Sebagai salah satu wadah dan upaya perhatian TBY terhadap para seniman dan perkembangan gagasan pantomim, tahun 2024 ini muncul tajuk utama Pantomim dan Api Gagasan.

ARTIKEL LAINNYA: 25 Penulis Perempuan pada Bulan Purnama

“Harapannya tajuk tersebut dapat mengakomodasi visi dan misi mengenai pantomim di Yogyakarta dalam jangka panjang.  Pantomim selama ini sering diasumsikan sebagai seni yang tersubordinasi atau terpinggirkan,” kata dia.

Anggapan tersebut mencuat karena kurang dan jarangnya pelaku, karya, peneliti, arsip, sarasehan, workshop, yang secara intens memperbincangkan topik pantomim sebagai disiplin pengetahuan mandiri.

Disebutkan, tahun ini Taman Budaya Yogyakarta mengundang tiga narasumber. Mereka adalah Broto Wijayanto (Yayasan Seni Jemek Supardi), Andy Sri Wahyudi (Bengkel Mime Theatre) dan Ficky Tri Sanjaya (Institut Hidup).

Broto Wijayanto menjelaskan, Pergelaran Pantomim Yogyakarta kurang lebih sudah berjalan sepuluh tahun dengan dukungan UPT Taman Budaya Yogyakarta (TBY). Setiap tahunnya memiliki tema, bentuk dan kreasi yang unik dan beragam.

Pada pementasan Pantomim dan Api Gagasan 30 April 2024 akan ditampilkan tiga karya. Pertama, GMT Jogjadrma: Belajar Menjadi Laki-laki. Ini merupakan kolaborasi antara Ahmad Jalidu x Nisa Ramadhani.

ARTIKEL LAINNYA: Penonton Terpesona, Komunitas Seni Purworejo Pentas Memperingati Hari Kartini

Kedua, Fireflies Collective: Kepada Waktu, sebagai wujud kolaborasi antara Ihsan Kurniawan x Tiaswening Maharsi. Ketiga, Banyumili Art Performance & Anonimime, kolaborasi Megatruh Banyumili x Aldo Adriansyah.

Sebelumnya, selama dua bulan mereka telah menyelenggarakan beberapa Program Kerjasama Bersama Taman Budaya Yogyakarta. Pada 9 - 10 Maret 2024 diadakan workshop pantomim di Ruang seminar Taman Budaya Yogyakarta diikuti 30 orang. Peserta terdiri anak-anak maupun dewasa.

Berikutnya, pada 19 Maret 2024 dilaksanakan Seleksi Sutradara Pantomim dan Api Gagasan karya inovasi dan pergelaran. Pada 24 April 2024 Podcast Pergelaran Pantomim dan Api Gagasan dengan narasumber Broto Wijayanto, Andy Sriwahyudi dilanjutkan pertunjukan karya pendek disutradari oleh Ficky Tri Sanjaya. Program itu disiarkandi akun Youtube Taman Budaya Yogyakarta.

Selain itu, juga telah berlangsung Program Kolektif Komunitas Pantomim dan Api Gagasan. Pada 14 Maret 2024 digelar nonton bareng video dokumentasi karya Jemek Supardi dan sharing pantomim di  Galeri Rumah KPY.

Sedangkan pada 21 April 2024 dilakukan pengumpulan arsip pantomim di Kafe Susu Tuli (KASULI). Tiga hari menjelang pementasan, Sabtu (27/4/2024), diselenggarakan Syawalan Pantomim.

ARTIKEL LAINNYA: Warga Mengarak 14 Kendi, Peringatan Hari Jadi Sendangadi Meriah

Lebih lanjut Broto menyampaikan Pentas Pantomim berawal dari Gelar Pantomim Yogyakarta 2013, Bringharjo 2014, Festival Pantomim 2015-2016, Dokumime 2017-2019, Mupakara Mime tahun  2023.

Sebagai salah satu barometer pantomim di Indonesia, lanjut dia,  Yogyakarta patut berbangga memiliki sejarah panjang jejak pantomim, dimulai dari Wisnu Wardhana seorang seniman asal Yogyakarta yang bersekolah di Modern Dance Connecticut College School of Dance Dramatic Dance and Mime, Tari Jacob’s pillow the University of dance massachusetts, Amerika Serikat (1957).

Kemudian, Bagong Kussudiardja yang menciptakan tari pada tahun 1954 Layang-Layang yang mengguncang wacana tari di Yogyakarta. Tari yang dibuat itu konon gerak-geriknya menyerupai pantomim.

Ada pula Moortri Purnomo, salah seorang pendiri Bengkel Teater, yang memiliki banyak basis pengalaman pertunjukan (tari, teater dan beladiri)  yang turut membangun karya pantomim melalui pengajaran di Akademi Seni Drama dan Film Indonesia (ASDRAFI). Nama yang tidak boleh dilupakan adalah Jemek Supardi, Dedy Ratmoyo, Didi Nini Thowok,  Merit Hendra, Djaduk Ferianto dan Nur Iswantara.

Yogyakarta pada tahun 1990-an pernah memiliki Gabungan Aktor Pantomim Yogyakarta  (GAPY) sebagai wadah pelaku pantomim yang pada periode 2000-an kemudian menumbuhkan banyak kelompok dan generasi baru  pantomim Yogyakarta,  mulai dari Ende Reza, Broto Wijayanto, Bengkel Pantomim Yogyakarta, Kopi Moka, Deaf Art Community, Temu Karya Mimer.

“Bila dilihat begitu banyak modal dan potensi pengembangan pantomim di Yogyakarta. Lalu pertanyaan lanjutan yang muncul bagaimana pantomim Yogyakarta hari ini akan membangun dan mendorong kulturnya tumbuh?” kata Broto.

Kepada wartawan para pantomimer menilai pergelaran kali sangat menantang. Sesuai tajuk, mereka berupaya untuk menjadi tungku, bukan arang yang kemudian jadi abu yang terbuang atau tersapu. (*)