Kemarau, Tak Surutkan Nyali Petani Urut Sewu untuk Bertanam

Kemarau, Tak Surutkan Nyali Petani Urut Sewu untuk Bertanam

KORANBERNAS.ID--Petani lahan tadah hujan di kawasan Urut Sewu, Kabupaten Kebumen tidak mengenal kata istirahat bercocok tanam. Meskipun musim kemarau, lahan yang membentang di kanan kiri jalan Pantai Selatan (Pansela) Jawa, masih nampak menghijau oleh tanaman.

Karena air yang terbatas, petani tetap bertahan dan memilih budidaya tanaman palawija.

Pengamatan koranbernas.id, di Kecamatan Buluspesantren, Ambal hingga Mirit, Selasa (23/9/2019) menunjukkan, sebagian besar lahan tadah hujan masih ditanami berbagai jenis palawija. Ada tanaman jagung, cabai, kacang tanah, terong dan tanaman palawija lainnya.

Tidak ada air di permukaan lahan, namun tanaman masih nampak hijau.

“Petani di sini menyiram tanaman tergantung kondisi tanaman. Jika sudah mulai layu, disiram,“ kata Nur Salisin (49), petani dari Desa Entak, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen.

Nur mengatakan, memang butuh biaya tambahan untuk menyiram tanaman dengan memanfaatkan pompa air. Kedalaman air di lahan mereka sekarang, rata rata 5 meter. Petani umumnya membuat sumur galian atau sumur bor dengan kedalaman sampai 7 meter.

Menurut Nur Salisin, semangat petani mengolah lahan dengan kondisi kesuburan yang relatif kurang baik tetap tinggi kendati di musim kering. Sehingga bukan hal yang aneh, jika lahan mereka terlihat kering, tetapi masih nampak hamparan hijau tanaman palawija.

Selain menyiram air, pupuk kandang menjadi andalan petani Urut Sewu, agar tanaman mereka tumbuh subur dengan hasil maksimal. (SM)