Kebutaan Jadi Masalah Serius, Pendonor Kornea Masih Kurang

Kebutaan Jadi Masalah Serius, Pendonor Kornea Masih Kurang
Prof. Dr. Suhardjo SU Sp. (MK), ahli dari Subdivisi Lensa dan Refraktif Poli Mata RSUP Dr. Sardjito. (muhammad zukhronnee ms/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, SLEMAN--Kebutaan kornea merupakan salah satu masalah kesehatan mata yang paling serius di Indonesia. Menurut data dari Kementerian Kesehatan, sekitar 250.000 orang di Indonesia mengalami kebutaan kornea, dengan prevalensi 1 per 1.000 penduduk.

Untuk itu, kebutuhan kornea di Indonesia sangat tinggi. Menurut data dari Kementerian Kesehatan, setiap tahun ada sekitar 10.000 orang yang membutuhkan cangkok kornea. Namun, hanya sekitar 5.000 orang yang berhasil mendapatkan kornea.

Hal ini disebabkan oleh kurangnya pendonor kornea di Indonesia. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kurangnya pendonor kornea di Indonesia, diantaranya adalah kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya donor mata.

Selain itu, budaya atau kebiasaan yang masih menganggap donor mata sebagai hal yang tabu serta masih terbatasnya regulasi yang mengatur tentang donor kornea mata.

Prof. Dr. Suhardjo SU Sp. (MK), ahli dari Subdivisi Lensa dan Refraktif Poli Mata RSUP Dr. Sardjito, mengatakan bahwa kebutaan kornea dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain infeksi mata, trauma, dan penyakit autoimun.

“Cangkok kornea merupakan satu-satunya cara untuk mengembalikan penglihatan bagi orang yang mengalami kebutaan kornea. Ini adalah prosedur medis yang melibatkan penggantian kornea yang rusak dengan kornea yang sehat dari donor,” kata Prof. Suhardjo kepada wartawan Jumat (24/11/2023).

“Prosedur ini dapat dilakukan dengan baik di Indonesia, dan dapat mengembalikan penglihatan secara signifikan bagi orang yang mengalami kebutaan kornea,” imbuhnya.

Sayangnya, tingkat tindakan cangkok kornea di Indonesia masih rendah, yaitu rata-rata 54 tindakan per tahun. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya donor kornea, keterbatasan ketersediaan donor kornea, dan kurangnya fasilitas dan tenaga medis yang memadai.

Dia mengatakan bahwa kesadaran masyarakat tentang pentingnya donor kornea perlu ditingkatkan. Masyarakat perlu memahami bahwa donor kornea merupakan tindakan mulia yang dapat menyelamatkan nyawa orang lain.

“Donor kornea dapat dilakukan oleh siapa saja yang sehat dan meninggal dengan cara alami. Selain itu pendonor kornea tidak akan mempengaruhi penampilan jenazah, dan keluarga pendonor akan menerima santunan dari bank mata,” kata Prof. Suhardjo.

Dia menekankan pentingnya dukungan komunitas dan rumah sakit dalam meningkatkan donor kornea lokal.

Dukungan komunitas dan rumah sakit dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan, seperti penyuluhan, kampanye sosial, dan kerja sama dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya donor kornea lokal.

Dengan dukungan dari berbagai pihak, kebutaan kornea di Indonesia dapat ditekan dan bahkan dihilangkan. Berikut adalah beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan upaya menanggulangi kebutaan kornea di Indonesia.

Peningkatan edukasi masyarakat, edukasi masyarakat tentang pentingnya donor kornea perlu ditingkatkan. Masyarakat perlu memahami bahwa donor kornea merupakan tindakan mulia yang dapat menyelamatkan nyawa orang lain.

“Edukasi dapat dilakukan melalui berbagai media, seperti seminar, penyuluhan, dan kampanye media sosial,” kata dia.

Jumlah donor kornea lokal perlu ditingkatkan untuk mengurangi ketergantungan pada donor kornea internasional. Rumah sakit dan komunitas perlu bekerja sama untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya donor kornea lokal.

Pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan pihak swasta perlu bekerja sama untuk meningkatkan upaya menanggulangi kebutaan kornea. Dukungan dalam bentuk pendanaan, sumber daya manusia, dan infrastruktur perlu ditingkatkan. (*)