Jogjawood Bukan Mustahil, Prof Suyanto: Embrionya Sudah Ada

Jogjawood Bukan Mustahil, Prof Suyanto: Embrionya Sudah Ada

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Jogjawood, istilah untuk menjadikan Jogja sebagai pusat perfilman dunia, bukan hal yang mustahil. Menurut Rektor Universitas Amikom Prof Suyanto, modal yang dimiliki Yogyakarta cukup memadai. Terlebih embrio untuk mengarah ke sana sudah ada, yakni dengan kiprah Amikom yang mampu menembus pasar Hollywood.

Oh modal Jogja sangat memadai. Infrasktuktur juga sudah baik. Embrionya sudah ada. Kami di Amikom, sudah bisa masuk industtri film dunia di Hollywood,” kata Suyanto ditemui media di sela-sela Seminar Tantangan Sinergi Dunia Usaha dan Industri Dalam Masa Depan Landskap Pendidikan Indonesia, Rabu (18/1/2023). Seminar ini diselenggarakan oleh Kamar Dagang dan Industri (Kadin).

Suyanto mengatakan, saat ini dunia pendidikan tidak terkecuali perguruan tinggi, sudah semestinya mengembangkan ekosistem pendidikan yang mampu menjawab perkembangan zaman. Perguruan tinggi tidak cukup hanya mengembangkan keilmuan dan profesionalitas, namun pada saat yang sama juga mesti dapat menciptakan SDM yang memiliki kemampuan andal di bidang kewirausahaan atau entrepreneur dan bahkan skill di entertaint karena sekarang zamannya content creator.

Bahkan, riset-riset yang dilakukan perguruan tinggi, idealnya tidak lagi sebatas pada riset keilmuan tapi juga riset-riset yang mampu menyejahterakan masyarakat. Dengan demikian, maka riset yang dikembangkan perguruan tinggi, bukan lagi menjadi riset yang menyedot anggaran, tapi sebaliknya menjadi riset yang menghasilkan banyak uang untuk masyarakat.

“Kami sudah memulai itu. Riset yang kami lakukan seiring dengan apa yang dibutuhkan industri. Maka riset-riset kami menghasilkan uang bukan menyerap biaya,” kata Suyanto.

Terkait pengembangan pendidikan ke depan, Suyanto mengharapkan akan terbangun ekosistem pendidikan yang mampu menumbuhkembangkan talenta-talenta tanah air. Amikom sudah membangun ekosistem industrial application. Maka ke depan, perguruan-perguruan tinggi yang lain bisa mengembangkan fokus pendidikan yang sesuai dengan keunggulan masing-masing. Selanjutnya, keunggulan ini juga harus dikolaborasikan dengan industri, sehingga hasil dari perguruan tinggi mampu mendorong optimalisasi SDM (Sumber Daya Manusia).

“Semua sudah mengarah ke sana. Di Stanford ada 150-an perusahaan yang masuk dan bergabung dalam ekosistem mereka. Amikom sendiri bergandeng tangan dengan 15 perusahaan. Pola-pola semacam ini harus terus dilakukan. Saya memimpikan, suatu saat nanti, Jogja menjadi creative economy valley terhebat di Indonesia dan selanjutnya menjadi pusat ekonomi kreatif dunia. Sekarang ini sudah mulai,” lanjutnya. (*)