Inovasi Teknolgi Dorong Peningkatan Layanan Program JKN
KORANBERNAS.ID, DENPASAR -- Teknologi Artificial Intellegence (AI) dinilai mampu meningkatkan efisiensi operasional khususnya bagi penyelenggara jaminan sosial kesehatan. Pemanfaatan teknologi AI bisa membawa manfaat dan meningkatkan kualitas pelayanan bagi masyarakat.
“Saat ini BPJS Kesehatan telah memanfaatkan teknologi dalam penyelenggaraan Program JKN,” ungkap Lily Kresnowati, Direktur Jaminan Pelayanan Kesehatan BPJS Kesehatan pada acara 17th International Conference on Information and Communication Technology in Social Security (ICT) 2024 di Denpasar Bali, Rabu (6/3/2024).
Melalui siaran pers ke redaksi koranbernas.id, Jumat (8/3/2024), Lily menyampaikan langkah tersebut diambil guna membuka akses layanan bagi peserta JKN saat ingin mendapatkan pelayanan baik di kantor cabang maupun di fasilitas kesehatan.
"BPJS Kesehatan lebih dulu telah memanfaatkan teknologi dalam memberikan layanan bagi peserta. Optimalisasi Aplikasi Mobile JKN, misalnya. Adanya fitur baru seperti telekonsultasi, skrining riwayat kesehatan, antrean online hingga fitur i-Care JKN diyakini mampu menjadi solusi atas pelayanan yang diakses peserta," kata Lily.
Kemudian, layanan administrasi non-tatap muka berbasis digital pun tak luput dari BPJS Kesehatan. Pelayanan Administrasi melalui Whatsapp (Pandawa), Chat Asisstant JKN (CHIKA), Voice Interactive JKN (VIKA) hingga BPJS Kesehatan Care Center 165 juga menjadi alternatif bagi peserta yang ingin mengakses pelayanan kesehatan secara mudah.
ARTIKEL LAINNYA: Digitalisasi Pelayanan Peserta JKN Terus Dikembangkan
"Berbagi inovasi yang dihadirkan berdasarkan customer journey. Ini kami lihat bagaimana inovasi yang kami hadirkan bisa mengakomodir semua kebutuhan masyarakat dan bisa diakses dengan mudah. Apalagi dengan komitmen BPJS Kesehatan melalui upaya transformasi mutu layanan, harapannya pengelolaan teknologi informasi ini bisa mendukung dalam menghadirkan pelayanan yang semakin mudah, cepat dan semua setara," jelasnya.
Secara internal, Lily menyebutkan BPJS Kesehatan memanfaatkan teknologi untuk menyimpan dan berbagai informasi regulasi. Dia menyadari penyelenggaraan Program JKN tidak terlepas dari adanya peraturan dan regulasi yang mengikat.
Seluruh duta BPJS Kesehatan juga didorong mengetahui dan memahami seluruh peraturan tersebut agar dapat menjalankan operasional sehari-hari berdasarkan peraturan tersebut.
"Kami menghadirkan aplikasi SIM Regulasi untuk memudahkan pencarian berdasarkan kata atau kalimat yang terdapat dalam regulasi. Ini mengidentifikasi data gambar atu file yang telah disimpan dalam aplikasi. Saat ini fitur tersebut digunakan pada aplikasi regulasi yang memudahkan pengguna dalam mencari kebutuhan produk regulasi berdasarkan kata kunci," tambahnya.
Meskipun begitu, lanjut dia, penerapan teknologi AI juga menimbulkan beberapa tantangan. Salah satunya adalah kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang ahli dalam bidang ini.
ARTIKEL LAINNYA: PKB Purworejo Meraih Enam Kursi
BPJS Kesehatan telah memulai langkah-langkah untuk mengatasi tantangan tersebut melalui program pelatihan bagi Duta BPJS Kesehatan, kolaborasi dengan lembaga pendidikan, dan menggandeng konsultan eksternal untuk mendapatkan wawasan baru.
"Tantangan lainnya adalah pemahaman yang terbatas tentang AI di kalangan stakeholder. Untuk mengatasi masalah ini, BPJS Kesehatan secara aktif melakukan sosialisasi terhadap seluruh stakeholder, termasuk bagi lembaga pendidikan. Hal ini bertujuan untuk membangun pemahaman yang lebih baik tentang potensi dan risiko teknologi yang akan datang," jelas Lily.
Dengan terus memanfaatkan teknologi AI, Lily percaya BPJS Kesehatan dapat menciptakan sistem jaminan kesehatan yang lebih efisien, inklusif, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat Indonesia.
“Melalui inovasi yang terus dihadirkan serta komitmen untuk meningkatkan layanan, BPJS Kesehatan terus aktif dalam menghadirkan inovasi berbasis teknologi demi menciptakan sistem jaminan sosial kesehatan yang berkualitas,” kata dia. (*)