Beyond Anesthesia: Ketika Dokter Spesialis Harus Berjuang di Luar Ruang Operasi

Ditempatkan di daerah terpencil, dokter muda tersebut harus bertahan tanpa rumah dan tunjangan selama tiga bulan.

Beyond Anesthesia: Ketika Dokter Spesialis Harus Berjuang di Luar Ruang Operasi
Dr Bambang Suryono, pakar anestesi senior saat ditemui di sela pembukaan Simposium Biennial ke-7 tentang Komplikasi Anestesi (SOAC) 2024 di Royal Ambarrukmo Hotel Yogyakarta. (muhammad zukhronnee muslim/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Sebuah paradoks mengejutkan terungkap dalam pembukaan Simposium Biennial ke-7 tentang Komplikasi Anestesi (SOAC) 2024 di Royal Ambarrukmo Hotel Yogyakarta. Dr Bambang Suryono, seorang pakar anestesi senior mengungkapkan fakta mencengangkan yang selama ini luput dari perhatian publik.

Ternyata, banyak dokter anestesi sebenarnya bersedia ditempatkan di daerah terpencil Indonesia. Namun, keinginan mulia ini terhambat oleh kurangnya dukungan pemerintah setempat.

"Teman-teman sebenarnya mau bekerja di daerah, hanya saja sambutan warga lokal kurang," ungkap dr Bambang, Kamis (27/6/2024), membuka tabir atas masalah yang selama ini jarang dibicarakan secara terbuka.

Kisah seorang mahasiswanya menjadi bukti nyata permasalahan ini. Ditempatkan di daerah terpencil, dokter muda tersebut harus bertahan tanpa rumah dan tunjangan selama tiga bulan.

Cerita isolasi

Tanpa dukungan yang memadai, akhirnya sang dokter muda menyerah dan kembali ke Yogyakarta. Kasus ini bukan sekadar cerita isolasi melainkan potret besar tantangan pelayanan kesehatan di daerah terpencil Indonesia.

"Hal ini menyebabkan kita sering disalahkan seolah-olah tidak mau bekerja di daerah, padahal teman-teman sebenarnya mau, hanya saja dukungannya kurang memadai," tegasnya.

Menanggapi masalah penempatan dokter di daerah terpencil tersebut, dia menyerukan pemerintah daerah untuk lebih proaktif. Ia mengingatkan tentang sistem yang pernah berjalan efektif di masa lalu.

"Pada zaman Puskesmas Inpres, ketika dokter datang ke daerah, rumah, kendaraan dan gaji sebagai pegawai negeri sudah disiapkan. Jadi, daerah harus siap dengan sarana pelayanannya sehingga dokter bisa langsung bekerja dengan baik," ujarnya.

Regulasi kesehatan

Ironi ini menjadi sorotan utama dalam SOAC 2024 yang mengusung tema Anesthesia Beyond Tomorrow. Acara yang dihadiri 1062 peserta ini tidak hanya membahas perkembangan ilmu anestesi.

Lebih dari itu, simposium ini menyoroti tantangan regulasi kesehatan nasional. Termasuk di dalamnya dampak Undang-Undang Cipta Kerja terhadap praktik medis sehari-hari.

Dokter Bambang menekankan pentingnya dokter anestesi untuk terus memperbarui pengetahuan mereka. "Regulasi kesehatan seperti Undang-Undang Cipta Kerja membawa banyak perubahan yang mempengaruhi praktik kita. Kita harus terus belajar dan mengikuti perkembangan ilmu serta regulasi yang berlaku," ujarnya.

Tidak hanya itu, dr Bambang juga menyoroti pentingnya mengikuti perkembangan jurnal ilmiah. "Setiap tahun, ribuan jurnal ilmiah terbit dengan penemuan-penemuan baru yang harus kita ikuti demi kepentingan pasien, keselamatan, penyembuhan, dan peningkatan kualitas pelayanan," katanya.

Subsidi

Lebih lanjut, dia menekankan pentingnya subsidi pendidikan kedokteran dari pemerintah. Langkah ini diyakini dapat meningkatkan kualitas tenaga medis di Indonesia secara signifikan.

"Negara seharusnya memikirkan untuk memberikan subsidi agar pendidikan dapat berjalan lebih baik," tambahnya seraya menyuarakan harapan banyak tenaga medis.

Simposium SOAC 2024 diharapkan dapat menjadi katalis perubahan. Membuka dialog antara tenaga medis dan pembuat kebijakan menjadi agenda penting dalam acara tersebut.

Tujuan akhirnya jelas yaitu menemukan solusi kongkret bagi masalah kekurangan dokter anestesi di daerah terpencil. Dengan demikian, pelayanan kesehatan yang lebih merata dan berkualitas di seluruh pelosok Indonesia bukan lagi sekadar impian.

"Saya berharap pertemuan SOAC 2024 ini dapat memberikan manfaat besar bagi perkembangan ilmu anestesi dan meningkatkan kualitas pelayanan medis di Indonesia," harapnya. (*)