Ini Alasan Warga, Kiai dan Petani Menolak Rencana Pembangunan Glamping

Berada di tengah-tengah kawasan ponpes dan makam keramat.

Ini Alasan Warga, Kiai dan Petani Menolak Rencana Pembangunan Glamping
Aliansi warga, kiai, petani dan santri membawa spanduk menolak pembangunan glamping. (wahyu nur asmani ew/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, PURWOREJO -- Aliansi warga terdiri dari para kiai, petani dan santri Kelurahan Kedungsari Kabupaten Purworejo Jawa Tengah menolak rencana pembangunan Glamour Camping (Glamping) di Kelurahan Kedungsari.

Glamping tersebut berada pada lahan milik Dinas Lingkungan Hidup dan Perikanan (DLHP) Kabupaten Purworejo Jawa Tengah, seluas empat hektar. DLHP di wilayah Kelurahan Kedungsari memiliki lahan sebelas hektar.

Rencana pembangunan glamping itu berada di sebelah tenggara pendopo Bumi Perkemahan Heroes Park Purworejo.

Sedangkan lokasi yang disiapkan untuk glamping berada di tengah-tengah Pondok Pesantren (Ponpes) Kedungsari dan bersebelahan dengan lahan pertanian milik warga.

Mohammad Edy Suranto atau Kiai Merah. (wahyu nur asmani ew/koranbernas.id)

Seorang tokoh masyarakat setempat, Mohammad Edy Suranto atau biasa disapa Kang Mamad atau Kiai Merah mengatakan aliansi  menolak pembangunan glamping karena dikhawatirkan akan menjadi tempat negatif.

"Di kawasan Heroes Park yang terbuka dijadikan tempat nongkrong, mabuk-mabukan dan berkelahi. Biasanya warga dan santri yang melerai, baru setelah selesai petugas jaga datang. Kawasan Heroes Park kalau malam gelap, lampu dimatikan, sering kali dimanfaatkan oleh pasangan muda mudi berpacaran, kami tidak mau glamping juga dijadikan tempat perbuatan tidak senonoh," jelas Kiai Merah, Minggu (3/9/2023).

Menurutnya, para kiai menolak rencana pembangunan glamping tersebut karena berada di tengah-tengah kawasan ponpes dan makam keramat.

"Kami beberapa orang dari aliansi perwakilan tiga orang sudah melakukan audiensi dengan DLHP, Senin (28/8/2023), adapun hasil dari audensi sudah saya sampaikan kepada kiai. Jawaban kiai dan Aliansi tetap menolak pembangunan glamping tersebut," jelasnya.

Kawasan Heroes Park, lampu menyala saat ada kegiatan. (wahyu nur asmani ew/koranbernas.id)

Kiai Merah juga menyebutkan kekhawatiran keberadaan glamping akan mengganggu sawah warga.

"Posisi glamping berada di perbukitan dan di bawahnya merupakan sawah warga, kami khawatir limbahnya akan mengaliri sawah warga. Pada musim tanam dua saja kami selalu kesulitan air untuk mengairi sawah kami, apalagi jika ada glamping, kami khawatir ketersediaan air bagi pertanian kami terganggu," ungkapnya.

Wartawan telah membuktikan saat melintasi kawasan Bumi Perkemahan Heroes Park sekitar pukul 19:00, benar-benar gelap gulita. Kawasan tersebut terang jika ada kegiatan saja seperti perkemahan.

Kepala DLHP Kabupaten Purworejo Wiyoto Harjono mengatakan Kawasan Heroes Park saat ini terbagi menjadi tiga yaitu kawasan yang saat ini intensif dikelola, karena sudah dibangun pendapa, taman, mushala, toilet. Sekitar 1,5 hektar.

Kawasan inilah yang memang cukup terang pada malam hari.  Kedua, kawasan yang semi intensif dikelola, meliputi bumi perkemahan dan hutan kota yang sudah ada, sekitar 4,5 hektar. Lokasi ini yang memang masih banyak spot yang gelap.

ARTIKEL LAINNYA: Idiom Lagu “Sail Over Seven Seas” Tepat untuk Stipram

"Untuk bumi perkemahan hanya dinyalakan ketika ada event, untuk penghematan," terang Wiyoto.

Dia menambahkan kawasan yang belum intensif dikelola yaitu di lokasi eks lahan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian seluas lima hektar. Pada kawasan inilah sebagian kecil akan direncanakan untuk glamping dan ada penambahan titik lampu di lokasi tersebut.

Sesuai tugas dan fungsi Dinas Lingkungan Hidup dan Perikanan, maka di lokasi Heroes Park ke depan akan digunakan untuk edukasi, konservasi dan bumi perkemahan, sehingga konsep glamping yang akan dibangun untuk mendukung, fungsi-fungsi tersebut.

"Terkait dengan informasi lampu yang mati dan menjadi tempat nongkrong, akan kami jadikan bahan evaluasi internal, karena akses ke lokasi Heroes Park ini terbuka tidak ada pembatas dan menjadi akses penduduk sekitar dan pengunjung," ujarnya. (*)