Indonesia Kekurangan Tenaga Insinyur, Tantangan bagi Pengembangan Teknologi

Justru teknologi yang dikendalikan oleh para insinyur untuk kemaslahatan umat dan bangsa.

Indonesia Kekurangan Tenaga Insinyur, Tantangan bagi Pengembangan Teknologi
20 insinyur UMY sedang diambil sumpah. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, BANTUL – Dari Data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi diketahui Indonesia hanya memiliki sekitar 2.671 insinyur per 1 juta penduduk. Angka ini jauh tertinggal dibandingkan dengan negara tetangga seperti Vietnam yang memiliki 9 ribu insinyur per 1 juta penduduk dan Korea Selatan dengan 25 ribu insinyur per 1 juta penduduk.

Ketua Badan Pelaksana Pengembangan Program Profesi Insinyur, Prof Ir Asep Kurnia Permadi M Sc Ph D IPU ASEAN Eng, menyatakan angka insinyur di Indonesia masih sangat sedikit dan jauh dari kata ideal.

Bahkan, Wakil Presiden RI KH Ma’ruf Amin dalam kongres Persatuan Insinyur Indonesia (PII) tahun 2021 menyebutkan jumlah insinyur Indonesia masih sangat terbatas. Jika dihitung, Indonesia masih memerlukan 300 ribu insinyur, bahkan dalam konteks tertentu, Indonesia masih membutuhkan 1 juta insinyur.

"Kalau kita bandingkan dengan negara-negara lain, maka angka kita sangat kecil, bahkan jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga sekalipun," ungkap Asep Kurnia Permadi, Ketua Badan Pelaksana Pengembangan Program Profesi Insinyur dalam keterangan tertulis Minggu (1/10/2023).

ARTIKEL LAINNYA: Haedar Nashir Kagumi Ketekunan Rektor UAD untuk Menjadi Guru Besar

Upaya untuk mengatasi tantangan ini termasuk mendorong lebih banyak sarjana teknik mengikuti Program Studi Program Profesi Insinyur (PSPII). Saat ini, ada sekitar 49 perguruan tinggi di Indonesia yang menyelenggarakan PSPII, tetapi kumulatif lulusannya masih jauh dari kebutuhan yang ada, seperti yang dijelaskan oleh Asep.

"Namun, tantangan ini tidak hanya menjadi tanggung jawab PII sebagai penyelenggara PSPII, melainkan juga melibatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjadi insinyur profesional," kata dia.

Asep menekankan perlunya promosi dan sosialisasi pembelajaran kepada masyarakat bahwa untuk berprofesi sebagai seorang insinyur, seseorang harus menjadi seorang insinyur profesional, dan langkah pertama adalah berpartisipasi dalam program profesi ini.

Selain jumlah yang terbatas, insinyur Indonesia juga menghadapi tantangan global yang relatif berat.

ARTIKEL LAINNYA: Poltek Nuklir Kuatkan Kerja Sama Internasional Siap Dukung Net Zero Emissions 2060

"Terutama status kita sebagai negara yang belum bisa mandiri seperti halnya negara-negara maju yang lain. Kita masih banyak tergantung khususnya dalam teknologi kepada negara lain. Untuk itu, kita harus menghadapinya dengan kompetensi dan karakter profesionalitas yang mumpuni sebagaimana terdapat di dalam undang-undang," tambah Asep.

Wakil Rektor UMY Bidang Akademik, Prof Dr Ir Sukamta ST MT IPM menyatakan saat ini Indonesia berada pada era generasi insinyur 5.0, di mana yang menjadi pusat dari segala teknologi adalah manusia.

Oleh karena itu, manusia perlu menempatkan diri pada posisi tengah untuk mengendalikan semua teknologi, sehingga teknologi menjadi ramah kepada manusia.

“Bukan manusia yang dikendalikan oleh berbagai teknologi tapi justru teknologi yang dikendalikan oleh para insinyur untuk kemaslahatan umat dan bangsa,” ujarnya.

ARTIKEL LAINNYA: Brownies Kacang Hijau, Inovasi Mahasiswa KKN UNY Ngrancah, Pendoworejo, Girimulyo

Ia pun mengajak seluruh perguruan tinggi untuk berperan aktif menjadikan lulusannya kompeten dan profesional di bidang keteknikan, sehingga jumlah insinyur Indonesia dapat meningkat dengan signifikan.

“Karena kita tahu, semua pekerjaan infrastruktur dominan ditangani oleh para insinyur. Kalau insinyurnya berkompeten, maka bangunan-bangunan infrastruktur, baik itu sipil, militer maupun pabrik akan dikerjakan dengan baik," kata dia.

Memenuhi standar mutu dan hal itu tentu akan memberikan nilai tambah bagi pabrik, atau lembaga itu sendiri dan pada akhirnya akan memberikan kontribusi terbaik bagi bangsa Indonesia. “Sehingga insinyur kita akan diakui tidak hanya di level Asia tapi juga di level dunia,” kata Sukamta. (*)