Hasil Panen Cabai Hanya Dibeli Rp 1.000 Per Kilogram, Jogja Tetulung Langsung Bergerak

Hasil Panen Cabai Hanya Dibeli Rp 1.000 Per Kilogram, Jogja Tetulung Langsung Bergerak

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Komunitas Jogja Tetulung dengan koordinator Dwi Kuswantoro melakukan audiensi ke Bupati Bantul Drs H Suharsono, Senin (15/6/2020), Saat diterima di ruang kerja bupati Kompleks Parasamya, Dwi mengatakan Jogja Tetulung adalah komunitas sosial untuk membantu kesulitan masyarakat.

“Di tengah  pandemi, masyarakat tidak hanya merasakan dampak kesehatan namun juga sosial-ekonomi. Harga komoditas pertanian anjlok namun kadang-kadang tidak diketahui publik,” kata Dwi.

Komunitas ini berinisiatif membantu pemasaran melalui sosial media maupun menggunakan pesan yang kemudian viral di grup WA khusnya untuk komoditas cabai beberapa hari lalu.

Niat menolong petani cabai diawali keprihatinan pada akhir Mei silam saat harga cabai merah teropong jatuh sampai kisaran Rp 3.000. Bahkan ada yang hanya dibeli Rp 1.000.

Saat itu Jogja Tetulung melakukan gerakan di sosmed hingga membuat orang-orang tertarik membeli cabai. Harganya langsung terkatrol menjadi Rp 5.000 per kilogram.

Kemudian membuat gerakan lagi sampai harga cabai di masyarakat mampu menembus Rp 7.000 per kilogram. “Kami hanya sebagai mediator. Ketika ada yang pesan, kami belikan dan kami antar ke pembeli. Kami tidak mengambil untung, jadi benar-benar memfasilitasi,” katanya.

Gerakan tersebut berhasil mendongkrak harga cabai yang kini mencapai Rp 10.000 per kilogram. Jogja Tetulung mempromosikan hasil panen cabai dari petani di kawasan Dusun Samiran Desa Tirtohargo Kretek Desa Srigading Sanden dan Desa Gadingsari Sanden. Ketika nanti panen bawang merah dan harganya anjlok, Jogja Tetulung siap membuat gerakan serupa.

Bupati Suharsono memberikan apresiasi atas kegiatan komunitas Jogja Tetulung yang sangat bermanfaat bagi masyarakat. “Kalau bisa jangan hanya petani cabai saja, bisa ke komoditas  lain,” kata dia.

Apabila harga hasil pertanian anjlok Pemda akan membeli dan bisa dijual lagi ke Pasar Induk Kramat Jati. “Itu menjadi alternatif pilihan terakhir. Namun kami juga akan bergerak memasarkan lewat sosial media agar hasil pertanian di Bantul bagus,” kata bupati. (sol)