Fujifilm Hibahkan Alat Deteksi TB Berbasis AI ke UGM

Berukuran mini dengan berat kurang lebih tiga kilogram.

Fujifilm Hibahkan Alat Deteksi TB Berbasis AI ke UGM
Penyerahan hibah alat deteksi TB berbasis AI dari Fujifilm di FKKMK UGM. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, SLEMAN – Sabagai upaya mendukung program penemuan kasus TBC (Tuberculosis), Fujifilm Indonesia memberikan dukungan berupa bantuan satu unit Portable Digital X-ray dengan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) yakni FDR Xair kepada FKKMK UGM (Universitas Gadjah Mada).

Bantuan alat X-ray portable ini diserahkan langsung oleh Presiden Direktur Fujifilm Indonesia, Masato Yamamoto, kepada Dekan FKKMK UGM, dr Yodi Mahendradhata M Sc Ph D, Rabu (9/8/2023), di ruang Auditorium Tahir Foundation FKKMK UGM.

Masato Yamamoto menjelaskan FDR Xair adalah Alat rontgen portable yang merupakan salah satu inovasi teknologi terkini dari Fujifilm yang mampu melakukan foto Rontgen dengan lebih cepat, dengan dosis radiasi yang rendah dan mudah dibawa ke mana saja, termasuk ke daerah-daerah yang lokasinya jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan. 

“Penggunaan alat ini dapat mempercepat proses skrining penyakit tuberkulosis menggunakan rontgen dada karena alat ini sudah dilengkapi dengan artificial intelligence yang akan membantu dalam menentukan terduga sakit tuberculosis,” katanya.

ARTIKEL LAINNYA: Lebih dari 36 Ribu Pengunjung Padati Food & Hotel Indonesia 2023 di JIEXPO

Yodi Mahendradhata menyambut baik bantuan alat deteksi TB portable yang diserahkan oleh Fujifilm Indonesia ini. Hal itu selaras dengan komitmen FKKMK untuk berkontribusi terhadap permasalahan kesehatan di Indonesia terutama TB.

"Kita sudah lama bergerak untuk zero TB di Yogyakarta ini berjalan sejak 2020 dan pada hari ini kita dapat bantuan untuk lebih meningkatkan lagi berkontribusi eliminasi TB di Indonesia,” kata dekan.

Project Leader Zero TB Yogyakarta, dr Rina Triasih Sp AK Ph D mengatakan salah satu kegiatan utama Zero TB Yogyakarta adalah melakukan deteksi TB menggunakan rontgen dada.

Dia bekerja sama dengan Puskesmas membawa alat rontgen dalam kendaraan bus turun ke tengah masyarakat.

ARTIKEL LAINNYA: 16 Siswa SMAN 11 Purworejo Mengikuti Raimuna Nasional

Tidak jarang kendaraan yang membawa alat rontgen seberat 250 kg tersebut tidak menjangkau daerah yang aksesnya jalannya sulit dilalui oleh kendaraan. Ia pun menyambut baik adanya bantuan alat X-Ray yang berukuran mini dengan berat kurang lebih tiga kilogram tersebut.

“Saya kita ini inisiatif bagus sebagai komitmen dari pihak non government untuk ikut eliminasi TB di Indonesia. Sebelumnya kita secara aktif berkeliling dari desa ke desa, kalau dulu pakai bus atau mobil. Dengan alat yang lebih kecil ini bisa mencapai lokasi yang sulit ditempuh,” katanya.

Alat yang menggunakan teknologi kecerdasan buatan ini juga mengurangi secara langsung jumlah sampel pasien terduga TB.

”Kita melakukan screening terduga TB untuk diambil dahaknya. Adanya bantuan dengan kecerdasan buatan ini bisa mengurangi sampel positif palsu, menghemat biaya dan waktu,” jelas Rina.

ARTIKEL LAINNYA: 30 Peserta Mengikuti Pelatihan Kepemimpinan Pemuda Lintas Agama

Alat X-Ray portable ini, menurutnya, akan lebih mendekatkan layanan ke masyarakat mengingat wilayah DIY juga beragam meliputi perkotaan, pesisir maupun dataran tinggi. Dia sangat mengapresiasi dukungan dari Fujifilm Indonesia dalam upaya eliminasi TBC di Indonesia.

Dia berharap akan banyak pihak lainnya yang terlibat dalam upaya yang sama karena eliminasi TBC bukan hanya merupakan tanggung jawab sektor kesehatan, dan hanya akan tercapai jika semua pihak terlibat.

Disebutkan, selama kurang lebih satu tahun menggunakan alat Fujifilm X-air, pihaknya telah melakukan skrining TBC pada 18.207 populasi risiko tinggi Tuberkulosis, dan menemukan 3.474 (18,4 persen) terduga TBC, dan 260 pasien TBC (1,4 persen).

Selanjutnya dari temuan tersebut ditindaklanjuti agar pasien berobat ke puskesmas. “Selama ini pasien tidak mengetahui jika sudah terkena TBC,” katanya.

ARTIKEL LAINNYA: Prabowo Datang, 6 Ribu Warga Gunungkidul Merasa Terbantu

Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang dapat menyebabkan kematian apabila terlambat ditangani. Penyakit ini erat kaitannya dengan kondisi kemiskinan, permukiman padat penduduk, tempat yang terisolasi dan daya tahan tubuh yang rendah.

Sebagai negara dengan jumlah pasien Tuberkulosis terbanyak di dunia bersama dengan India dan China, jumlah kasus tuberkulosis yang terdeteksi di Indonesia pada 2022 mencapai 717.941 kasus, masih di bawah 969.000 kasus yang diperkirakan.

Salah satu penyebab masalah ini karena masih banyak pasien TBC yang belum periksa dan berobat ke layanan kesehatan karena kesulitan akses ke layanan pemeriksaan TBC, baik karena alasan ekonomi atau kendala geografis (lokasi terpencil). Saat ini pemerintah telah menargetkan setidaknya 90 persen dari kasus tuberkulosis di Indonesia dapat terdeteksi pada 2024.

Upaya untuk penemuan kasus secara aktif menjadi langkah yang penting dalam upaya penanggulangan tuberkulosis di masyarakat dan skrining menggunakan Portable Digital X-ray ini menjadi salah satu solusi mengatasi penemuan kasus TBC.

Di Yogyakarta sendiri, FKKMK UGM telah melakukan penanggulangan kasus TB dengan adanya program Zero TB Yogyakarta. (*)