Dua Politisi Muda Bantul Berbagi Pengalaman

Generasi muda bisa ikut mendampingi pengembangan desa wisata.

Dua Politisi Muda Bantul Berbagi Pengalaman
Syawalan dan diskusi Ruang Kolaborasi Pemuda. (sariyati wijaya/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Ruang Kolaborasi Pemuda menggelar acara syawalan dan diskusi di Pendopo Pujakemara Kompleks Wisata Puncak Sosok Pleret Bantul, Sabtu (20/4/2024) sore.

Tampil sebagian narasumber dua politisi muda asal Bantul yakni Arni Tyas Palupi ST (42) dari Partai Golkar yang dalam pemilu lalu lolos menduduki kursi DPRD DIY dari Dapil Bantul barat. Arni sebelumnya sudah 15 tahun sebagai anggota DPRD kabupaten Bantul.

Narasumber lainnya adalah Herry Fahamsyah MIP (37) politisi Partai Amanat Nasional yang dalam pemilu ini lolos menduduki kursi DPRD Kabupaten Bantul periode 2024-2029 dari Daerah Pemilihan (Dapil) IV.

"Jadi anak muda itu jangan takut untuk berkontribusi dan berperan dalam bidang apapun. Misal politik, ekonomi sosial, pendidikan dan bidang lainnya. Seperti saya  terjun ke politik sejak saya masih muda dan saya biasa berorganisasi seperti teman-teman saat ini. Yakinlah dengan berkumpul, berorganisasi, berkegiatan akan menambah wawasan dan jaringan teman-teman semua dan akan bermanfaat di kemudian hari," kata Arni di hadapan 50 peserta dialog dari berbagai organisasi kepemudaan tersebut.

Berbagi seputar pengalamannya di dunia politik, dia berpesan kepada anak muda untuk mengisi hari-harinya dengan kegiatan-kegiatan yang positif.

ARTIKEL LAINNYA: Golkar Resmi Buka Pendaftaran Bakal Calon Bupati Bantul

Sedangkan Herry Fahamsyah mengatakan generasi muda bisa ambil peran dalam berbagai bidang di Kabupaten Bantul. Misalnya saja generasi muda yang terwadahi dalam ruang kolaborasi pemuda ikut mendampingi dalam pengembangan desa wisata yang saat ini banyak bermunculan.

"Desa wisata hendaknya memiliki ciri khas dan juga keunggulan masing-masing sehingga orang ketika berkunjung ke tempat tersebut dia akan kembali lagi. Jangan hanya mengejar tempat untuk view dan update di sosial media atau instagramable namun tidak memiliki ciri khas. Selesai update, datang sekali orang tidak kembali,” kata dia.

Menurutnya, yang terpenting adalah desa wisata memiliki dan menggali potensi yang ada, lalu dikemas sehingga wisatawan terkesan dan mereka akan kembali lagi. Contoh adalah pembuatan mi secara tradisional menggunakan tenaga sapi di daerah Srandakan. “Ini bisa menjadi unggulan kemasan wisata di wilayah tersebut," kata Herry.

Ditambahkan, di Bantul perlu dibangun gedung kesenian yang akan menampilkan secara berkala berbagai seni tradisi. "ini tentu akan menjadi atraksi seni budaya sebagaimana yang ada di Pulau Bali. Di sana pertunjukan tari Kecak sudah mampu menarik kedatangan wisatawan dan menjadi salah satu unggulan," kata Herry seraya berharap di Bantul ada yang seperti itu.

Ketua Ruang Kolaborasi Pemuda, Muhammad Asruri Faisal Alam, mengatakan diskusi ini diharapkan bisa memberikan tambahan wawasan bagi generasi muda. “Pemuda sangat perlu dilibatkan dalam berbagai kebijakan karena pemuda yang akan banyak  berperan saat Indonesia emas 2045," kata Faizal. (*)