Dekat Rumdin Wakil Bupati, Janda Difabel Ini Tempati Rumah Rusak

Dekat Rumdin Wakil Bupati, Janda Difabel Ini Tempati Rumah Rusak

KORANBERNAS.ID – Selama bertahun-tahun, seorang janda difabel Ny Heri Purwaningsih (52) warga Senepo Barat RT 01 RW 03 Kecamatan Kutoarjo Purworejo Jawa Tengah ini menempati rumah tidak layak huni.

Mbak Pur Kecil, begitu para tetangga memanggilnya, karena di kampung itu ada banyak nama serupa, maka julukan itu disandangnya hingga sekarang. Mungkin karena tubuhnya mini.

Letak rumah Mbak Pur Kecil berada di selatan Rumah Dinas (Rumdin) Wakil Bupati Purworejo. Jaraknya hanya sekitar 300 meter saja.

Ironis memang, secara fisik jarak rumah Pur yang relatif dekat Rumdin Wakil Bupati Purworejo itu ternyata tak membuatnya menikmati rumah yang layak untuk berteduh bersama anaknya.

Rumah ibu dua putri tersebut kondisinya sangat merana. Apalagi berada di tengah para tetangga yang menghuni rumah permanen gedhong dan berkeramik.

Dengan kondisi tersebut Mbak Pur berusaha tegar menerima keadaan.

Rumah berukuran 3 x 7 meter itu hanya terdiri dari teras 1 meter, satu ruang besar 5 meter dan 1 meter bagian belakang untuk dapur dan kamar mandi.

Pada Kamis (5/12/2019) koranbernas.id memperoleh kesempatan melihat dari dekat keadaan di dalam rumahnya.

Ternyata atap rumah bagian tengah bolong-bolong. Kayu penyangga genting lapuk dan keropos. Atap bagian belakang ambrol.

Rumah Heri Purwaningsih tampak dari depan. (w asmani/koranbernas.id)

Menatap bulan dari dapur

Jika malam tiba penghuninya bisa menatap bulan dan bintang dari dapur atau kamar mandi milik perempuan dengan tinggi badan sekitar 1 meter tersebut.

Mbak Pur mengatakan bila hujan datang bisa dipastikan rumahnya banjir. Air datang dari atap rumahnya.

Bagian rumah yang tidak bocor hanya teras. "Masak iya saya harus tidur di teras rumah," tuturnya.

Dirinya hanya mampu memperbaiki rumah bagian teras karena alasan biaya.

"Rumah ini memang milik adik saya yang berada di Jakarta, saya disuruh menempati dan memperbaiki kalau ada kerusakan," ucap difabel yang berprofesi sebagai juru parkir difabel itu.

Apabila kondisi rumah itu rusak parah dia tidak mampu memperbaiki. "Penghasilan saya tidak seberapa, hanya cukup untuk biaya hidup sehari-hari," kata Pur.

Pulang dari berjualan cakwe. (w asmani/koranbernas.id)

Jualan cakwe

Penghasilan perempuan difabel tersebut diperoleh dari berjualan cakwe keliling menggunakan sepeda mini.

Setiap pagi usai mengantar buah hatinya bersekolah di SD Nasional Kutoarjo, dia langsung mengambil dagangan cakwe di Jalan Pasar Hewan Kutoarjo.

Cakwe dia ambil seharga Rp 1.000, kemudian dia jual per satunya Rp 1.500, kalau beli 2 biji cukup membayar Rp 2.500.

Setiap pagi dia kulakan 30 biji, kemudian dijajakan keliling Kutoarjo, mulai dari kawasan Pecinan sampai kampung-kampung.

"Cakwe sebanyak 30 biji kalau laku semua, saya mendapat hasil sekitar Rp 20 ribu, tetapi kalau tidak habis saya bagikan ke tetangga atau tukang becak di sekitar saya parkir," terangnya.

Pur menambahkan pada hari Jumat dia pun berusaha berbagi dengan sesama. Pada hari sangat istimewa bagi umat Islam itu, cakwe tidak dia jual tetapi dia bagi-bagikan ke orang-orang yang membutuhkan.

"Saya percaya, dengan berbagi Allah pasti akan membuka rezeki saya lagi," ujarnya bersemangat.

Saat menjajakan cakwe terkadang ada orang membutuhkan jasa pijatnya. Dengan serta merta Pur mengerjakan order pijat.

Dia tidak pasang tarif. Berapa pun dia terima dengan penuh rasa syukur.

Menjalani pekerjaan sebagai juru parkir. (w asmani/koranbernas.id)

Juru parkir

Setelah pulang keliling jualan cakwe, Heri Purwaningsih berganti pekerjaan menjadi juru parkir di Bakso Sukar, tidak jauh dari rumahnya.

"Saya tidak mematok tarif parkir, orang mau memberi uang receh Rp 1.000 atau Rp 2.000 saya terima," terang dia.

Hasil parkir rata-rata per hari Rp 50 ribu kemudian dipotong setoran Rp 30 ribu, jadilah Pur menikmati Rp 20 ribu rata-rata per harinya.

“Kadang-kadang ada dermawan mengulurkan hartanya untuk saya, Rp 50 ribu atau Rp 100 ribu. Tentu saja uang itu tidak saya setor. Uang itu milik pribadi saya, maka tidak saya setorkan," jelasnya.

Pada masa awal dia bertugas sebagai juru parkir, uang tip dari dermawan disetorkan. Mbak Pur diberi pengarahan pemilik Bakso Sukar, uang tip tersebut mutlak menjadi haknya. (sol)