Cerita Anggota MPR RI tentang Suara Kentongan KH Ahmad Dahlan

Cerita Anggota MPR RI tentang Suara Kentongan KH Ahmad Dahlan

KORANBERNAS.ID – Anggota MPR RI dari unsur Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI daerah pemilihan Yogyakarta, M Afnan Hadikusumo, punya sepenggal cerita tentang suara kentongan dari rumah KH Ahmad Dahlan.

Cerita yang diperoleh dari penuturan cucu pendiri organisasi Muhammadiyah itu diangkat kembali kisahnya di hadapan ratusan Pemuda Muhammadiyah tatkala mengikuti Sosialisasi Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika dan Ketetapan MPR, Kamis (28/11/2019) malam, di Kantor DPD RI DIY Jalan Kusumanegara Yogyakarta.

“Setiap kali terdengar suara kentongan yang dibunyikan oleh KH Ahmad Dahlan, warga Kauman sudah mengetahui ada urunan (iuran),” ungkap Afnan yang juga cucu pahlawan nasional Ki Bagus Hadikusumo itu.

Pada hari berikutnya begitu terdengar lagi suara kentongan dengan ritme berbeda, warga kampung tempat berdirinya organisasi Muhammadiyah itu mengetahui, itulah pertanda akan ada lelang barang.

Biasanya, barang yang dilelang berupa jam, meja kursi atau lainnya.

Pelajaran yang bisa dipetik dari suara kentongan itu adalah perlunya generasi muda sekarang meneladani sikap kemandirian para pendahulu.

“KH Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah untuk memberantas kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan saat berusia 20 tahun,” ungkap Afnan.

Afnan juga sedikit bercerita tentang perjuangan kakeknya, Ki Bagus Hadikusumo, saat mengikuti rapat-rapat BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia).

Waktu itu belum ada dana dari pemerintah mengingat pemerintahan belum terbentuk, Kakeknya berangkat ke Jakarta dengan biaya sendiri. “Ki Bagus membawa batik kemudian dijual di sana. Dia tidak pernah minta ganti ke pemerintah,” ungkapnya.

Afnan mengakui, tantangan pemuda di era globalisasi saat ini terasa berat. “Eranya memang beda. Dulu pemuda selalu ada pada setiap peristiwa besar sekaligus sebagai cucuk lampah,” tambahnya.

Sebut saja peristiwa bersejarah Sumpah Pemuda, Proklamasi maupun Hari Pahlawan yang dimotori oleh para pemuda.

Afnan yang juga Ketua Umum PP Tapak Suci ini mengakui meski zaman sudah berubah namun pengaruh Muhammadiyah masih sangat besar.

Sebagai gambaran, anggota Tapak Suci saja sejumlah 12 juta orang berasal dari 18 negara. Terakhir, cabang Tapak Suci berdiri di Riyadh Arab Saudi.

“Kalau umrah silakan mampir melihat latihan Tapak Suci di padang pasir. Latihan mengejar unta. Itu namanya jurus langkah seribu,” kelakar Afnan disambut tawa peserta sosialisasi.

Menurut dia, tantangan berat harus mampu diatasi dengan cara peningkatan mutu pemuda supaya tidak kalah bersaing dengan negara lain.

Meski tidak pernah menonton televisi, melalui facebook Afnan tidak ketinggalan informasi seputar fenomena penyanyi Agnes Monica yang go international. “Saya tidak pernah nonton tv. Agnes itu setiap kali bicara pengaruhnya begitu luas,” ujarnya.

Lagi-lagi terdapat pelajaran yang perlu dipetik oleh para Pemuda Muhammadiyah. Mereka tidak boleh kalah dengan Agnes Monica.

“Generasi muda kita seharusnya sekali bicara kuat pengaruhnya, lebih besar dari Agnes Monica. Kita sudah ditempa di Darul Arqam dari tingkat madya, dasar dan paripurna. Kita juga punya jaringan,” tambahnya.

Peserta Sosialisasi Pancasila di Gedung DPD RI DIY Jalan Kusumanegara Yogyakarta. (sholihul hadi/koranbernas.id)

Tiga syarat

Afnan menambahkan, untuk mampu bersaing di kancah internasional, generasi muda Muhammadiyah harus memenuhi tiga syarat.

Pertama, harus mandiri. “Orang yang mandiri itu lebih bersikap obyektif. KH Ahmad Dahlan saat mendirikan Muhammadiyah tidak pernah meminta dana. Jika diberi diterima. Dengan kemandirian kita tidak bisa disetir,” ujarnya.

Kedua, harus ikhlas. Adapun syarat ketiga, pemuda harus punya kebiasaan literasi tetapi tidak sekadar membaca namun harus dipraktikkan.

“Baca thok tetapi tidak dipraktikkan, setelah itu hilang percuma,” tambahnya.

Dalam kesempatan itu Afnan juga menyampaikan pesan penting untuk Pemuda Muhammadiyah sebagaimana termaktub dalam Al Quran, agar menginfakkan sebagian hartanya dalam kondisi lapang maupun sempit.

“Pemuda Muhammadiyah dan Aisyiyah bisa sukses jika mengedepankan sikap sukarela, pemaaf dan harus bisa menahan marah. Ingin maju harus sabar menghadapi tantangan. Mudah marah itu biasane mutungan nek wis rabi njuk leren atau biren,” kata Afnan.

Ahmad Syauqi Soeratno selaku Wakil Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan PP Muhammadiyah menambahkan, menyikapi situasi perubahan zaman seperti sekarang para Pemuda Muhammadiyah perlu ngugemi Al Quran.

“Apa kaitannya dengan Pancasila? Jarang terungkap, negara ini berdiri berangkat dari semangat spiritualisme,” terangnya.

Sepakat dengan Afnan, dia mengingatkan para Pemuda Muhammadiyah jangan melupakan apa yang sudah diperjuangkan oleh para pendahulu.

“Tantangan pemuda hari ini berat, mereka harus siap menjadi pemimpin di mana pun,” kata Syauqi. (sol)