Ironi Wisata Pantai Gunungkidul, SAR Sulit Gerak Cepat Tolong Wisatawan Terseret Ombak

Ironi Wisata Pantai Gunungkidul, SAR Sulit Gerak Cepat Tolong Wisatawan Terseret Ombak

KORANBERNAS.ID, GUNUNGKIDUL – Ada semacam ironi di balik gemerlap wisata pantai Kabupaten Gunungkidul. Tidak sedikit wisatawan terseret ombak Samudera Indonesia. Sebagian berhasil selamat, sebagian lagi meninggal. Minimnya peranti membuat para personel SAR Satlinmas sulit bergerak cepat menyelamatkan para korban.

Ini terungkap saat pimpinan dan anggota Komisi A DPRD DIY, Kamis (5/3/2020), meninjau Posko SAR Wediombo Gunungkidul. Kunjungan kerja dalam rangka Monitoring Sarana dan Prasarana (Sarpras) SAR Wediombo kali ini dipimpin Wakil Ketua Komisi A, Suwardi, didampingi anggotanya Heri Dwi Haryono, Bambang Setyo Martono serta Stevanus Christian Handoko.

Pada pertemuan yang berlangsung di pendapa pantai setempat, Sunu Handoko selaku Kordinator SAR Satlinmas Wilayah 1 mengakui minimnya sarpras menjadi kendala saat mereka bertugas. Meski begitu para relawan itu tetap bersemangat melaksanakan tugas kemanusiaan.

Mereka saat ini membutuhkan jetsky. Pertimbangannya, kendaraan air berkecepatan tinggi itu mampu melaju cepat menerobos gelombang saat terjadi kelakaan laut.

Pengalamanan selama ini, para personel SAR menggunakan peranti berupa longboat yang tidak mampu bergerak gesit. “Apabila terkena ombak besar membahayakan para penolong,” kata dia.

Posko SAR Wediombo Gunungkidul. (istimewa)

Luasnya daerah operasi juga menjadi kendala. SAR Wediombo memantau wilayah mulai dari Pantai Sadeng, Siung hingga Pantai Ngetun. Mereka bertanggung jawab di 16 titik sepanjang garis pantai 35 kilometer yang berada di dua wilayah kecamatan.

Menurut Sunu, persoalan lain adalah di wilayah ini sama sekali tidak ada sinyal telepon seluler alias blank spot. SAR Wediombo hanya punya dua unit ambulans. Mobil tua merek Espass itu berasal dari hibah Pemkab Gunungkidul. “Itu saja sering mogok,” kata Sunu.

Keberadaan ambulans yang layak sangat penting untuk mendukung respons cepat saat terjadi kecelakaan laut maupun untuk kegiatan SAR lainnya.

Para personel SAR Wediombo tidak hanya menangani laka laut tetapi juga kecelakaan lain, di antaranya menolong warga terjebur sumur, gantung diri atau membawa orang sakit ke layanan medis.

SAR Wediombo juga membutuhkan posko baru. “Sekarang baru ada dua posko padahal pantai yang harus diawasi jumlahnya sangat banyak,” tambahnya. Pengunjung Pantai Wediombo sekitar 500 sampai 1.000 wisatawan per hari, sementara personel SAR Satlinmas Istimewa Wediombo 35 orang.

Ilham Junaedi mewakili Kepala Satpol PP DIY yang menyertai kunjungan kerja anggota DPRD DIY mengakui pihaknya baru mampu memberikan honorarium dan uang makan untuk personel SAR. Satpol PP DIY akan mengusulkan pengadaan perahu pada anggaran yang akan datang.

Kunjungan kerja Komisi A DPRD DIY monitoring Sarpras SAR Wediombo. (istimewa)

Heri Tri Haryono menyatakan Komisi A DPRD DIY mendorong Pemkab Gunungkidul dan Pemda DIY memberi perhatian serius SAR Satlinmas Istimewa Wediombo, baik sarpras maupun sarana pendukung lainnya termasuk honorarium.

Adapun pengadaan ambulans bisa melalui program CSR (Corporate Social Responsibility) dengan cara menggandeng perusahaan-perusahaan besar di DIY. Jika ada investor masuk diajak kerja sama pengadaan ambulans.

Mengenai blank spot yang merepotkan, menurut Heri, DPRD DIY akan berkoordinasi dengan Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) DIY guna menganalisis kemungkinan pendirian BTS (Base Transceiver Station) supaya komunikasi berjalan lancar.

Bambang Setyo Martono menambahkan, potensi wisata pantai selatan Gunungkidul sangat besar. Perhatian pemerintah jangan hanya fokus kenyamanan wisatawan tetapi juga fasilitas pendukung SAR termasuk SDM pariwisata lainnya.

Sedangkan Suwardi mengaku prihatin. Destinasi wisata pantai Gunungkidul yang menjadi perhatian dunia internasional seharusnya mengutamakan keamanan wisatawan.

Jangan sampai ketika turis datang, begitu melihat peralatan SAR yang jauh ketinggalan zaman mereka justru ketakutan. Mau tidak mau pengembangan destinasi wisata harus didukung seluruh stakeholder, tidak hanya Dinas Pariwisata saja tetapi juga melibatkan instansi terkait termasuk Satpol PP DIY. (sol)