Biaya Perawatan Medis Naik 11 Persen, AXA Mandiri Gelar Literasi Keuangan dan Kesehatan Kepada UMKM

Biaya Perawatan Medis Naik 11 Persen, AXA Mandiri Gelar Literasi Keuangan dan Kesehatan Kepada UMKM

KORANBERNAS.ID, JAKARTA--Data dari Badan Pusat Statistik dan hasil survei Willis Tower Watson, biaya perawatan medis di Indonesia meningkat 11% dalam kurun waktu dua tahun (2017-2019). Tren ini tidak diimbangi dengan peningkatan daya beli masyarakat Indonesia yang tercermin dengan kenaikan gaji hanya sebesar 4% pada periode yang sama. Hal ini, tentunya akan menimbulkan risiko keuangan yang cukup besar jika masyarakat Indonesia memerlukan penangangan medis, terutama jika terpapar penyakit kritis.

Berlatar belakang fakta ini, PT AXA Mandiri Financial Services (AXA Mandiri) bersinergi dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dalam menyelenggarakan kegiatan literasi kesehatan dan perencanaan keuangan, serta pelatihan kerajinan dengan tema “Lebih Sehat, Lebih Cermat, Lebih Mandiri”. Dalam kegiatan ini, AXA Mandiri memberikan wawasan dan kiat-kiat penting dalam pemeliharaan kesehatan dan perencanaan keuangan, kepada komunitas yang membutuhkan secara berkesinambungan.

Selain edukasi kesehatan dan keuangan, AXA Mandiri juga memberikan pelatihan kerajinan tangan dan menyerahkan donasi peralatan kesehatan kepada Posyandu Cempaka di Surabaya. Juga mengenalkan produk asuransi kesehatan yaitu Asuransi Mandiri Secure CritiCare yang memberikan manfaat perlindungan dari kanker, serangan jantung, stroke, dan gagal ginjal mulai stadium awal hingga akhir.

“Literasi keuangan dan kesehatan merupakan dua hal yang berhubungan erat. Dengan terus meningkatnya biaya perawatan medis, maka secara otomatis pemeliharaan kesehatan dan perencanaan keuangan menjadi dua langkah kunci, guna memastikan masa depan yang sejahtera bagi diri dan keluarga. Kegiatan hari ini diharapkan dapat lebih meningkatkan pemahaman terhadap kedua topik penting tersebut agar para peserta dapat melindungi diri dan keluarga dari risiko keuangan dan kesehatan di masa mendatang,” kata Direktur AXA Mandiri, Rudi Nugraha sebagaimana rilis yang diterima koranbernas.id, Jumat (17/3/2023).

Rudi mengatakan, kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian aktivitas yang dilakukan bersama dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Bank Mandiri, untuk mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS).

Catatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan BPJS Kesehatan, penyakit kritis memerlukan biaya perawatan yang besar dan akan mempersulit kondisi keuangan seseorang jika terpapar. Sepanjang tahun 2019-2021, BPJS Kesehatan telah membiayai pengobatan penyakit jantung hingga Rp30,32 triliun diikuti dengan kanker sebesar Rp11,21 trilun, stroke Rp7,75 triliun dan gagal ginjal Rp6,72 trilun.

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia juga menyebutkan pada tahun 2020, sebesar 75% pasien kanker di Indonesia mengalami kesulitan keuangan sebagai akibat dari pengobatan dan perawatan kanker. Biaya rata-rata yang dikeluarkan pasien penyakit kanker yaitu sebesar Rp102-106 juta. Sementara biaya rata-rata yang dikeluarkan pasien penyakit kardiovaskular atau jantung yaitu sebesar Rp203,7 - Rp404 juta.

“Selain menjaga kondisi kesehatan dengan baik, asuransi kesehatan menjadi salah satu solusi terbaik untuk mencegah pengeluaran dana darurat untuk kebutuhan perawatan medis yang berpotensi mengakibatkan masalah keuangan ke depannya. Contoh produk asuransi kesehatan yang dapat memberikan proteksi dari besarnya biaya perawatan penyakit kritis adalah Asuransi Mandiri Secure CritiCare yang memberikan manfaat perlindungan dari kanker, serangan jantung, stroke, dan gagal ginjal mulai stadium awal hingga akhir,” tambah Rudi.

Sejak tahun 2018, AXA Mandiri berkolaborasi dengan Kemenkes untuk penerapan program GERMAS Presiden (Inpres) No. 1/2017, dan merupakan upaya bersama dalam meningkatkan kesehatan dan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia agar Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di area kesehatan di masa depan dapat tercapai.

“Semoga kolaborasi ini bisa meningkatkan gaya hidup sehat dan produktivitas masyarakat, sehingga dapat menurunkan risiko terjadi penyakit tidak menular. Sehingga memastikan GERMAS mejadi gerakan yang membudaya di tengah-tengah masyarakat,” ujar Dwi Adi Maryandi, SKM, MPH, Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli Muda dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (*)