Geblek Renteng Kaku dan Susah Dijual, Ini Kata Pengusaha Batik Kulonprogo

Jujur, para pegawai Pemkab Kulonprogo jujur banyak yang tidak suka padahal mereka wajib mengenakan.

Geblek Renteng Kaku dan Susah Dijual, Ini Kata Pengusaha Batik Kulonprogo
Hanang Mintarta memamerkan koleksi batiknya di Galeri Banyu Sabrang, Lendah Kulonprogo. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, KULONPROGO -- Desakan agar batik motif Geblek Renteng dihentikan atau dicabut terus disuarakan oleh para pemilik usaha dan perajin batik di Kabupaten Kulonprogo.

“Jujur customer saya tidak suka motif Geblek Renteng, maka saya setuju dihentikan,” ujar Hanang Mintarta, pengusaha sekaligus pemilik Batik Hanang Banyu Sabrang, Sembungan Lendah Kulonprogo, Jumat (17/1/2025).

Hanang Mintarta lantas membandingkan dengan kabupaten lain seperti Kabupaten Bantul yang terus bergerak membangun industri batik dengan menciptakan sejumlah motif yang keren.

“Coba kita lihat di Kabupaten Bantul, ada sejumlah motif bagus yang dikembangkan di sana sebagai motif khas, seperti Ceplok Kembang Kates menjadi Segoro Amarto dan masih ada sejumlah motif lain di sana tetapi saya lupa namanya,” ungkap Hanang.

Data sejujurnya 

Dia menambahkan, jika harus mengeluarkan data sejujurnya banyak customer dari lokal Kulonprogo maupun luar Kulonprogo itu mengejek motif Geblek Renteng.

“Jujur ya mereka tidak suka dengan motif Geblek Renteng. Kalau ada lomba motif khas Kulonprogo, mari diciptakan motif-motif yang bikin pasar kita ini melesat, kita senang, kita dukung,” tambah Hanang.

Dia menegaskan, sebagai pelaku industri batik Kulonprogo sekaligus sebagai perajin, apabila para pelaku usaha batik hanya berkutat pada motif Geblek Renteng rasanya sangat berat.

“Kabupaten Bantul itu dari Ceplok Kembang Kates sekarang sudah jadi Segoro Amarto dan masih banyak lainnya. Saya rasa sebagai pelaku dan perajin batik Kulonprogo kalau masih muter-muter Geblek Renteng ya berat,” tegasnya.

Wajib mengenakan

Menurut dia, sebenarnya para pegawai negeri di berbagai dinas di Pemkab Kulonprogo banyak yang tidak suka Geblek Renteng. Padahal mereka yang wajib mengenakan motif batik khas Kulonprogo itu.

“Banyak yang tidak suka Geblek Renteng, orang dinas saja nggak mau kalau ada motif Geblek Renteng. Itu orang dinas di Kulonprogo,” katanya bersemangat.

Kenyataan ini menambah data yang membuatnya tidak bersemangat memproduksi motif tersebut. “Tentu saya sebagai pelaku perajin batik juga nggak bakalan semangat memproduksi kalau melihat pangsa pasar Geblek Renteng sudah nggak disukai kayak gini,” tambahnya.

Hanang Mintarta mengatakan, komentar masyarakat terhadap motif Geblek Renteng adalah kaku, tidak luwes dan tidak gagah. “Komentar masyarakat terhadap motif Geblek Renteng itu kaku, nggak luwes dan nggak gagah,” katanya memberi data terbaru.

Motif baru

Dia setuju apabila ada sayembara membuat motif baru atau semacam lomba atau mengeluarkan desain baru untuk memunculkan motif khas daerahnya, Kulonprogo.

“Kalau ada sayembara membuat motif baru atau semacam lomba atau mengeluarkan desain baru untuk memunculkan motif khas daerahnya Kulonprogo saya mendukung,” katanya.

Menariknya, Pemkab Kulonprogo terus mengangkat motif Geblek Renteng tetapi faktanya mereka tidak menyukai atau tidak membeli.

Ya, jangan hanya digembar-gemborkan motifnya tetapi tidak dicari (tidak dibeli - red). Sementara kita kan hanya ada motif Geblek Renteng saja. Nama (motifnya) saja yang digembar-gemborkan tetapi tidak pada dicari,” tegasnya.

Setuju dihentikan

Anggota DPRD Kulonprogo dari Fraksi Amanat Persatuan dan Pembaruan (APP), Nasib Wardoyo, ketika diminta komentarnya mengatakan sangat setuju motif Geblek Renteng dihentikan. “Harus dihentikan, motif Geblek Renteng ini (alot) susah dijual,” ujarnya.

Dia menyarankan agar dilakukan pencarian motif baru dengan melibatkan banyak tenaga terampil perajin batik Kulonprogo sehingga ada beberapa motif yang marketable alias kemedol dan lebih millenial. “Zaman sudah Z kok masih ngomong geblek, ah gimana ini,” ujarnya. (*)