Produknya Laris di Pasar Online, Jims Honey Tetap Membuka Toko
KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Saat banyak peritel fashion menutup gerai, tidak demikian dengan Jims Honey. Distributor tunggal produk tas, dompet, kacamata dan berbagai pernak-pernik dari China ini, justru membuka toko pertamanya di DIY, persisnya di daerah Seturan Depok Sleman.
Bukan tanpa alasan Stevi selaku owner Jims Honey membuka toko ini. Sekian lama malang melintang di bisnis online dengan penawaran produk yang sama, tidak sedikit customer atau pelanggannya yang terus bertanya di mana toko Jims Honey.
“Iya saya akhirnya menyadari, tetap perlu toko. Di toko inilah saya bisa bertemu dengan pelanggan atau customer. Mereka bisa memilih dengan lebih nyaman dan pasti. Selama ini, karena saya jualan online kan hanya lewat foto atau video,” kata Stevi, ditemui usai acara peresmian toko pertamanya, Kamis (23/12/2021).
Di kalangan perempuan khususnya remaja putri dan mahasiswi, nama Jims Honey memang cukup dikenal. Pelanggannya bukan hanya dari Jogja, tapi juga dari kota-kota di sekitarnya termasuk Jawa Tengah. Desain dan kualitas yang bagus serta up to date, serta harga yang ramah di kantong, menjadikan dagangan Jims Honey diburu pembeli.
Stevi mengatakan didirikannya store ini memang dilatarbelakangi oleh tuntutan dan desakan dari pelanggan. Konsumen khususnya di Jogja, cenderung lebih puas memilih produk dengan melihat dan bertransaksi langsung dibanding membeli secara online.
“Banyak pembeli sering menanyakan, di mana store Jims Honey? Mereka ingin melihat dan memilihnya secara langsung. Karena permintaan itulah yang mendorong kemudian didirikannya store ini. Dengan adanya toko ini, maka pelanggan saya dan juga calon pelanggan dapat langsung melihat koleksi-koleksi kami dengan leluasa,” kata Stevi.
Keberadaan toko atau store ini akan semakin memperkuat pasar online yang selama ini telah dirintis dan dikembangkan. Stevi yakin, dengan adanya toko ini customer atau pelanggan-pelanggannya lebih senang dan puas. Selain itu, keberadaan toko juga akan meningkatkan penetrasi pasar serta lebih membangun rasa percaya dari customer.
“Jadi saya optimistis sih, toko ini akan meningkatkan pemasaran. Sebab orang tidak akan ragu lagi. Mereka yang masih ragu bisa langsung datang ke toko untuk memastikan produk yang mereka inginkan,” lanjutnya.
Selama ini banyak market online hanya memasang barang secara virtual saja tetapi tidak ada store-nya”. Dengan store ini kami ingin membangkitkan kepercayaan pembeli jika Jims Honey memang berkelas. Jadi pasar online dapat kita raih dan pembeli secara langsung juga bisa kami layani,” tambahnya.
Terkait pemilihan produk dari China, Stevi mengatakan hal itu tidak lepas dari kebiasaan orang Indonesia yang umumnya suka dengan produk berkualitas tapi harganya juga ramah di kantong. Terlebih untuk Yogyakarta yang dikenal sebagai Kota Pelajar, soal harga menjadi sensitif. “Segmen pasar kami kalangan usia remaja dan mahasiswa,” ucapnya.
Oleh karena itu produk-produk Jims Honey sangat ramah di kantong, seperti tas mulai dari harga Rp 70.000, kemudian dompet Rp 40.000, jam tangan Rp 60.000, hingga power bank Rp 80.000.
Stevi di antaranya koleksi tas impor yang didatangkan dari Negeri Tirai Bambu China. (warjono/koranbernas.id)
Walau harga yang dibanderol relatif murah, namun Stevi menjamin produk-produk yang dipasarkannya sangat berkelas. Terbukti permintaan pembeli terhadap Jims Honey terus meningkat walau saat ini masih dalam masa pandemi.
Produk-produk yang dilempar ke pasar merupakan mode terbaru sesuai perkambangan trend saat ini. Siapa pun yang memakai fashion Jims Honey tak akan ketinggalan model dan tetap selalu bisa tampil modis.
“Kualitas dan pelayanan selalu kami jaga, sejauh ini tidak pernah ada komplain. Demikian juga dengan produk-produk yang dijual di store dijamin baru dan kualitasnya bagus dengan model-model terbaru,” ujarnya.
Dari Nol
Sebelum besar seperti sekarang, Jims Honey kata Stevi, dulunya hanyalah usaha kecil-kecilan. Stevi rela kerja keras banting tulang untuk menawarkan tas koleksinya. Bahkan dia juga pernah berjualan di Sunday Morning (Sunmor) Kompleks UGM. Sunmor sendiri adalah istilah yang digunakan oleh paguyuban pedagang Minggu pagi di seputaran kampus UGM.
Stevi dulunya hanyalah perempuan biasa yang menjadi reseller produk-produk Jims Honey. Dia membeli produk China tersebut dalam jumlah terbatas lalu dijualnya kembali. Pada awal menggeluti usaha ini, Stevi menjualnya dari teman ke teman dan dari mulut ke mulut.
“Dari sana, pelan-pelan kami bisa membeli rumah dan menggelar dagangan di rumah,” lanjutnya.
Dua tahun berlangsung, sekitar tahun 2016 Stevi mulai memberanikan diri menjajal pasar online. Produk-produk yang didatangkannya langsung dari China ia tawarkan di pasar online serta di beberapa marketplace. Hasilnya, ternyata luar biasa. Permintaan terus berkembang dan meningkat.
Karena kesuksesannya itu akhirnya Stevi dipercaya menjadi distributor resmi Jims Honey hingga saat ini. Bahkan kini reseller mengambil produk-produk Jims Honey dari Stevi untuk mereka pasarkan kembali.
Stevi mengatakan store miliknya ini merupakan satu-satunya toko resmi produk-produk Jims Honey yang membawahi wilayah Jogja dan Jawa Tengah. Stevi juga merencanakan akan menambah gerai-gerai berikutnya, hingga ke Jawa Tengah.
“Ini store yang pertama. Pembeli produk ini dari DIY, Semarang, Solo dan beberapa wilayah di Jawa Tengah. Kedepan akan membuka store lagi untuk memperkuat pasar kami,” tandasnya. (*)